Tittle » The First

Author » Namitsu Titi

Rate » PG-13

Genre » Friendship, School-life, Slice Of Life.

Cast » Yoo Ara, Park Chanyeol, Lime, Kim Jongdae.

Others Cast » Kris, Oh Sehun.

Summary » 'Aishhh... kenapa aku seperti ini?! Oh astaga, ada apa dengan jantungku? Kenapa berdegup samar dua kali?'

Disclaimer » Semua cast milik orang tuanya masing-masing dan Tuhan YME. Popularitas Cast milik agency dan diri nya masing-masing. Tapi, alur cerita milik saya.

A/n : FF ini telah di tulis ulang dengan versi berbeda, dengan judul The First Time Say Love [Park Jiyeon-Nam Wohyun Fanfiction] dan telah saya share di 'catatan' Fb dan blog pribadi saya.

.

© 2014 Namitsu Titi

.

.

.

~Happy Reading~

.

.

.

.

Terlihat seorang pemuda dan seorang gadis sedang berdiri di depan sebuah pintu dengan papan nama Class 1-C. Sepertinya kedua orang itu tengah membicarakan sesuatu.

"Yang akan berbicara, aku atau dirimu?" pemuda itu bertanya pada seorang gadis di hadapannya.

"Kau saja. Kau kan laki-laki," jawab gadis itu seperti meremehkan.

"Huh, dasar kau ini. Gender dipakai alasan!" protesnya, sambil merapikan penampilannya.

"Biarin!" gadis itu kembali menatap pintu di hadapannya. Tangan kanannya terangkat, kemudian mengetuk pintu itu.
Ia membuka pintu di hadapannya, setelah mengetuknya tiga kali.

Semua penghuni kelas itu terdiam dan mengamati gerak-gerik kedua orang itu, yang belum mereka kenali, kecuali seorang wanita berumur yang berdiri di samping papan tulis.

"Maaf, songsaenim, menganggu kelas anda. Bolehkah kami meminta waktunya sebentar?" izin pemuda itu dengan sopan, setelah ia dan temannya membungkuk hormat.

"Ne. Silakan," jawab wanita berumur itu sembari tersenyum.

"Selamat pagi," sapa pemuda itu, setelah menghadapkan tubuhnya ke siswa-siswi yang mengisi semua kursi yang ada di hadapannya itu.

"Selamat pagi~" jawab mereka serempak.

"Perkenalkan, nama saya Kim Jongdae, sunbae kalian dari kelas 2-A." Pemuda itu membungkukkan tubuhnya sebagai tanda perkenalan.

"Perkenalkan, saya Lee Sunkyu, sunbae kalian dari kelas 2-B." Gadis itu juga melakukan hal yang sama seperti temannya.

Sebelum membuka suaranya lagi, Jongdae memberikan senyuman terbaiknya, dan itu sukses membuat seluruh siswi yang ada di kelas itu nge-fly. "Kami dari anggota OSIS, meminta partisipasi kalian dalam kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan oleh pihak OSIS. Kami akan membagikan formulir pendaftarannya. Mohon partisipasinya," diakhiri dengan senyum menawannya, dan lagi-lagi membuat seluruh siswi di kelas itu nge-fly.

Sunkyu dan Jongdae mulai membagikan formulirnya. Setelah semua adik kelasnya mendapatkan formulir itu, keduanya kembali ke depan kelas dan mengobrol ringan dengan guru wanita itu, selagi menunggu adik kelasnya selesai mengisi formulirnya.

Sebuah meja yang ditempati oleh dua orang gadis, barisan paling belakang dekat tembok, terlihat bahwa salah satu gadis dari keduanya, yang ber-name tag Yoo Ara, sepertinya tengah fokus memperhatikan daftar-daftar ekstrakulikuler yang tertulis di lembar formulir itu.

Ara menggaruk-garuk kepalanya. Ia bingung harus ikut apa. "Lime, kau mau ikut apa saja?" tanyanya, masih menatap tulisan-tulisan yang tertera di kertas itu. Ara mengerutkan keningnya karena tidak ada jawaban dari sahabat sekaligus teman sebangkunya. "Lime?" tanyanya sekali lagi, karena Lime tidak menyahut.
Ara menoleh ke arah Lime. "Yaak!" teriaknya pelan, sambil menyenggol bahu Lime.

"A-apa?" jawab Lime sedikit gelapan.

"Huffthh... kau pilih ekstrakulikuler apa?"

Lime menatap pilihannya yang sudah di ceklist di lembaran itu. "Aku ikut IT Software dan Karya Ilmiah Remaja. Bagaimana denganmu?"

Ara berfikir sejenak, "Eum... aku bingung. Sama sajalah sepertimu hehe...," jawabnya, kemudian menyengir.

"Huh, dasar ikut-ikutan!" cibir Lime.

Ara baru akan membuka suaranya, tapi Sunkyu keburu membuka suaranya.

"Apakah sudah selesai mengisinya?" tanya Sunkyu pada adik kelasnya.

"Ne~" jawab mereka bersamaan.

"Kalau begitu, kami akan mengambil formulirnya," kali ini Jongdae yang bersuara.

"Ne~"

Sunkyu dan Jongdae mengambil formlir-formulir itu. Setelahnya, mereka mengundurkan diri untuk pamit pada penghuni kelas itu. Dan sepeninggal mereka, bel pelajaran ketiga berbunyi.

"Baiklah, materi kali ini saya cukupkan sampai disini," ujar guru itu.

"Ne~" sahut penghuni kelas itu semangat.

Setelah membereskan perlengkapan mengajar, wanita itu meninggalkan kelas 1-C.

"Huahhh... akhirnyaaa... selesai juga!" Ara mendesah lega, kemudian menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Heh, jangan senang dulu. Memangnya PR Lee Songsaenim sudah selesai?" tanya Lime, memandang malas sahabatnya itu.

"E-eh? Aku belum! Mana PR-mu? Sini aku lihat!" paniknya. Segera saja ia mengambil buku PR yang dimaksud.

"Kau ini kebiasaan. Nih!" gerutu Lime sambil memberikan buku PR-nya.
Tanpa membuang banyak waktu, Ara segera menyalin PR Lime.

"Ara, aku keluar kelas dulu, ya. Disini membosankan!"

"Iya. Sudah sana pergi!"

.

.
Disaat sedang asyik-asyiknya mengerjakan PR, tiba-tiba saja ada yang mengganggunya.
Ara menyipitkan mata kanannya karena silau. Ada yang memainkan kaca bedak dan menghadapkannya pada Ara. Dari kaca itu memantulkan cahaya matahari dan itu membuatnya risih dikarenakan silaunya.

Dengan kesal, ia menoleh ke meja paling belakang, pojok kiri, karena pantulan cahaya itu berasal dari sana. Namun, setelah melihat siapa pelakunya, yang tadinya aura kesal berubah menjadi aura malu-malu.
Ternyata pelakunya adalah seorang pemuda yang selalu memperkenalkan dirinya dengan nama Mr.X.

Pemuda itu menatap jahil pada Ara, dan bukannya menghentikan aksi bodohnya, si Mr.X malah terus menggodanya dengan kaca itu. Dan Ara langsung mengalihkan pandangannya dari pemuda itu, lalu mengerjakan PR-nya lagi.
Sebenarnya Ara berpaling bukan karena kejahilan Mr.X, tapi karena orangnya. Ia semakin malu saat pemuda itu menatapnya sambil terus tersenyum.

.

.

.

.

~After School~

Ara mendekati Lime yang sedang nongkrong diluar kelasnya sembari senyum-senyum sendiri. Tapi sepertinya Ara menghiraukan tingkah aneh sahabatnya itu.

"Lime, kenapa masih ada disini? Ayo pulang," ajaknya. Ara menyelesaikan piketnya lebih dulu, jadi ia pulang sedikit terlambat. Dan wajar saja Ara menanyakan itu pada Lime, karena biasanya gadis itu selalu pulang tepat waktu.

"E-eoh? Jangan pulang dulu. Kita ada les. Justru itu aku masih disini," jawabnya, setelah mendengar suara Ara yang sudah menyadarkannya dari fantasy-nya.

"Hah? les apa?"

"Aduh~ Ara sayang, apa kau tak tahu, kalau hari ini kita Les IT Software. Makannya, tadi dilihat dulu saat kau memilih ekstrakulikuler itu."

"IT Software? Jadi les itu, sekarang?-" Lime mengangguk "-Eh, aku kan hanya ikut-ikutan saja sepertimu. Ngomong-ngomong siapa pembimbingnya?"

"Shin Songsaenim. Ayo kita ke halaman saja menunggu Shin Songsaenim-nya, karena aku juga belum tahu di ruangan mana les-nya."
Ara hanya mengangguk-ngangguk mengerti.

Keduanya berjalan menuju halaman, setelah menuruni tangga dari lantai tiga -kelas mereka berada.
Ara menyarankan untuk menunggu pembimbing mereka di depan yang berada di dekat tangga, dan Lime menyetujuinya.

Sudah sepuluh menit mereka menunggu disana, tapi orang yang mereka tunggu belum muncul, dan itu membuat mereka bosan, khususnya Ara, gadis itu sudah merasa haus.

"Lime~ ayo ke kantin dulu. Aku kehausan," Ara merengek-rengek seperti anak kecil pada Lime, karena ia takut, Lime tidak mau menemaninya.

"He? Memangnya kantin masih buka? Ini kan sudah jam pulang sekolah."

"Aaah... kita kesana saja dulu. Lagipula Shin Songsaenim juga bakal lama tidak muncul-muncul."

"Baiklah... baiklah..."

Ara dan Lime berjalan menuju kantin yang berada di depan mereka, gedung bagian timur -dimana hampir semua fasilitas sekolah berada.

Tapi, saat keduanya berada di anak tangga kedua, tiba-tiba saja Jonghan -teman sekelas keduanya- berteriak memanggil Ara. Sedangkan Jonghan sendiri berada di depan ruang aula yang letaknya tak jauh dari tangga yang sedang kedua gadis itu naiki, dan Jonghan tidak sendiri, ia bersama seorang pemuda yang masih asing bagi Ara maupun Lime.

"Ara, les nya jadi atau tidak?" teriak Jonghan. Sepertinya pemuda itu juga sudah menunggu lama disana. Dan ia ragu, les nya jadi
hari ini atau tidak, karena ia juga belum bertemu dengan Guru Shin.

"Aku juga tidak tahu, Jong!" sahut Ara dengan suara yang bisa dibilang cukup keras.

"Oh...," Jonghan mengangguk, kemudian mengobrol lagi dengan pemuda di sampingnya.

.

.
~Canteen~

Kedua gadis itu sampai di kantin. Untungnya, kantin masih buka. Langsung saja, Ara memesan minumannya, jus jeruk. Lime juga memesan. Rupanya Lime juga tergiur.

Saat menunggu pesanan Lime, tiba-tiba saja seorang gadis yang merupakan teman sekelas sekaligus mengikuti les yang sama, memanggil kedua sahabat itu, "Ara, Lime, les nya akan dimulai! Ruangannya di pertama. Aku duluan, ya!" teriaknya, kemudian berjalan lebih dulu bersama teman-temannya.

"Iya! Iya!" sahut Ara, kemudian menyeruput jus nya lagi, karena ia sudah tidak tahan.

.

.

.

.

Ara dan Lime berjalan cepat ke lantai empat, dimana ruangan itu berada. Sesekali mereka menyeruput jus nya, karena tadi keduanya memesan di wadah khusus.

Setelah menghabiskan banyaknya jarak yang ditempuh, akhirnya Ara dan Lime tiba juga di ruangan itu, yang berada dilantai empat.
Ternyata guru pembimbing dan anggota yang lain juga baru sampai.

Guru Shin terlihat sedang memeriksa keadaan setempat. Setelah melihat ada sedikit debu yang menempel di lantai, ia menghela nafas, kemudian, "Sebelum kita mulai, silakan bersihkan ruangan ini terlebih dahulu. Lihat... banyak debu, kan?" Guru Shin menunjuk-nunjuk dimana saja debu yang berserakan.

Serempak, semua anggota menoleh ke arah yang dituju Guru Shin, lalu secara bersamaan juga, mereka menghela nafas, saat melihat hanya ada sedikit bahkan terlihat samar debu itu. 'Benar-benar pecinta kebersihan!' gerutu mereka dalam hati.

.
Setelah ruangan bersih, Guru Shin mengambil sebuah CPU -yang masih terhubung ke listrik, kemudian memperlihatkannya pada siswanya.

"Sudah pernah melihat isi CPU?"

"Belum, songsaenim~"

"Karena ini masih pertama, kita tidak akan membahas IT dulu, tapi kita akan belajar setruman. Tapi jangan khawatir, karena ini aliran listriknya kecil." Guru Shin segera membongkar CPU itu, dan menjelaskan bagian-bagiannya. Beliau menargetkan hardisk sebagai bahan uji coba. Semua siswa disuruh mencobanya satu persatu, dengan menyentuh permukaan hardisk itu. Meskipun takut, tapi akhirnya melakukan juga. Hanya menyentuh sedikit dengan telunjuk, dan saat merasakan aliran listriknya, mereka segera menjauhkan jarinya.

Tapi, hanya satu orang yang berbeda dengan yang lainnya. Bahkan, beberapa dari mereka sempat melongo tak percaya dengan apa yang dilakukan pemuda itu. Dia tidak hanya menyentuh menggunakan telunjuk, tapi dengan telapak tangannya dan itu cukup lama. Dan ternyata, orang itu adalah pemuda yang bersama Jonghan tadi.

'Woahhh! Dia berani sekali! Daebak!' puji Ara dalam hati tentunya.
Ara menatap lekat pemuda itu, 'Emmm... sepertinya dia sunbae hehe...,'

.

.

.

.

Hari ini adalah hari yang membosankan bagi Ara. Hari rutin upacara bendera! Kaki Ara sudah pegal, rasanya ia ingin sekali duduk sekarang.

Akhirnya, setelah empat puluh menit berlalu, upacara selesai dilaksanakan, tapi sebelum kembali ke kelas masing-masing, Waka Kesiswaan menyuruh peserta upacara, tidak boleh masuk ke kelas terlebih dahulu, karena ada sesuatu yang akan diumumkan oleh kepala sekolah. Pemenang olimpiade, itu yang akan diumumkan oleh beliau.

"Kepada saudara Kris Wu, dari kelas 1-B, segera maju ke depan-"

'Kyaaa! Kris dapat juara, yeay!' batin Ara berteriak senang. Ia terus menatap Kris, saat pemuda berambut pirang itu sudah berdiri di dekat kepala sekolah, bahkan ia sampai lupa untuk memperhatikan sekeliling, karena saking asyiknya memandangi Kris.

"-selanjutnya, saudara Park Chanyeol, dari kelas 1-B, bla...bla... bla..."

Dan ucapan lanjutan kepala sekolah tidak didengar lagi, karena Ara sudah terperangkap oleh seorang pemuda yang bernama Kris Wu.

Ara melihat Kris tengah bersalaman dengan pemuda dihadapannya, dan masih berdiri di dekat kepala sekolah.

Saat itu juga, Ara mengernyit bingung dengan seorang pemuda yang sedang bersalaman dengan Kris.

'Bukankan... dia yang pemberani itu?' pikirnya, kemudian menyenggol bahu Lime.

"Eh, Lime, lihatlah yang sedang berdiri di samping Kris. Bukankah, dia yang pemberani itu? Di IT Software?"

Lime menatap lekat pemuda yang bernama Park Chanyeol itu, kemudian menggaruk-garuk pelipisnya. Ia tidak ingat sama sekali.

"E-em, aku tidak tahu," jawabnya.

"Ah, dasar gadis pelupa!" gerutu Ara pelan.

.

.

.

.

Jika seminggu yang lalu adalah Les IT Software, maka sekarang Les KIR (Karya Ilmiyah Remaja). Sepertinya les tersebut telah dimulai, terbukti bahwa Guru Lee –pembimbing les itu- sedang membacakan anggota kelompok untuk anak didiknya. Saat Guru Lee sedang membacakan anggota lain, Ara nampak sedang melihat sekeliling, dan... ia melihat Kris sedang tertawa bersama pemuda disampingnya.

Ara tersenyum senang, 'Kris juga ikut? Beruntungnya hehe..,'

Ara langsung menatap Guru Lee, saat namanya disebut.

"Yoo Ara, Oh Sehun, dan Park Chanyeol. Anggota dari kelompok ketiga."

Ara ber'yes-ria' saat dirinya sekelompok dengan Sehun, karena pemuda itu adalah teman sekelasnya.

"Kelompok keempat; Kris Wu, Alice, bla... bla... bla...,"

'Yahhh, Alice beruntung sekali sekelompok dengan Kris,' Ara membatin lemas.

Ara menoleh ke arah Sehun, tepatnya ke arah seorang pemuda yang duduk persis di belakang Sehun.

Pemuda itu menyebut-nyebut namanya pada teman sekelasnya. "Eh, yang namanya Ara, mana?" bisik pemuda itu pada Sehun, tapi suaranya masih bisa di dengar oleh Ara.

Menyadari Sehun akan menunjuk dirinya, Ara segera berpaling dari kedua pemuda itu, kemudian mengingat-ingat lagi, siapa pemuda itu. 'Dia... dia, si pemberani di IT dan yang telah bersalaman dengan Kris? Jadi dia sekelompok dengan... ku? P-Park Chanyeol? Kita beretemu lagi di les yang sama, ya? Tapi dia beneran sunbae atau... ahhh sudahlah, tidak ada untungnya juga aku mengetahui siapa dia'

.

.

"Hei, Sehun, kapan kita mendiskusikan perlengkapan untuk KIR-nya?" tanya Ara, saat Sehun melewati meja yang ditempatinya.

"Ah, tidak usah terburu-buru. Santai saja," jawab Sehun.

Chanyeol yang berada tidak jauh di belakang Sehun, mengampiri Ara dan Sehun, berniat untuk ikut terlibat dalam pembicaraan, mungkin? Tapi berhubung Ara dan Sehun sudah selesai pembicaraannya, Chanyeol langsung berjalan keluar dari ruang les itu.

Ara yang menyadari maksud tersirat dari Chanyeol tadi, hanya menatap punggung Chanyeol sejenak, saat pemuda itu akan melewati ambang pintu. Setelahnya, ia juga ikut keluar untuk pulang, karena Les KIR telah selesai tujuh menit yang lalu.

.

.

.

.

~Two Days Later~

Dengan malas Ara berjalan menaiki anak tangga yang menghubungkan ke area kantin dan fasilitas lainnya. Ia ke kantin sendirian, karena Lime mengatakan bahwa ia ada keperluan di perpustakaan.

Setelah sampai di lantai kedua, tak disangka, ia bertemu Chanyeol disana.

"Mau kemana?" tanya Chanyeol sembari tersenyum ramah.

"K-ke kantin," jawab Ara dengan suara yang tidak seperti biasanya, dengan tangan kanan yang memegang leher bagian belakangnya, dan terkesan salah tingkah?

'Aishhh... kenapa aku seperti ini?! Oh astaga, ada apa dengan jantungku? Kenapa berdegup samar dua kali?' gerutu Ara dalam hati.

Jujur saja, ini adalah pertama kalinya bagi Ara ditanya dengan senyum ramah yang begitu menghanyutkan oleh seorang pemuda yang baru dikenalnya. Apa mungkin hal samar itu, karena pemuda yang baru dikenalnya menyapanya? Yah mungkin saja jika ia sudah mengenal pemuda itu, ia tidak akan merasakan hal itu, kan?

.

.

.

.

To Be Continued