Cast : Yesung, Kyuhyun, Donghae, Hjukjae and other members

Rate : T (masih awam)*manggut-manggut

Disclamer : Yesung punya saya#PLAK, hehe all Super Junior belong to God and their Umma Appa

Warning : Boys Love, aneh , typos, Newbie,DLDR!

PipinPapo

The Lost Soul

Chapter 1

Ruangan yang dapat kita sebut kamar rumah sakit itu terletak di ujung koridor lantai 3. Tertutup rapat kedua belah pintu kayu jati yang kokoh. Bau menyengat obat-obatan akan membelai indera penciumanmu saat kau masuk kedalamnya.

Disana.

Tubuh itu tergolek lemah terbalut fabric putih di atas ranjang, dengan selang bening yang mengalirkan cairan asin pada pergelangan tangan pucatnya. Asupan oksigen menancap dalam lingkupan selang yang menyumbat kedua jalur pernafasan, menutup area bibir hingga pangkal hidung dengan lapisan plastic bening…mengakibatkan embun tercipta di tiap hembusan nafas si pasien.

Wajah yang masih terbalut perban di beberapa area wajah dengan luka serius yang nyaris pulih. Kulitnya nampak pucat. Sementara kedua mata itu masih terkatup rapat…tanpa kesadaran, kemungkin suatu saat nanti akan terbuka kembali...

Atau tidak

"Kyu…ini Eomma, bangunlah sayang…"

Kedua sosok yang sedari tadi memandangi wajah itu lekat. Raut wajah mereka menyiratkan kesedihan yang begitu dalam kala melihat tubuh pucat si pasien. Terutama yang wanita, tangannya mengepal erat jemari panjang si pasien, puteranya. " Kyuhyun, Eomma akan lakukan apa saja untukmu, kumohon sadarlah...kau mendengar Eomma disana sayang?" Lirihnya tanpa mengharapkan jawaban. Pertanyaan itu, pertanyaan yang selalu wanita itu ajukan dari hari ke hari. Menangisi buah hati yang tergolek tanpa kesadaran dalam fase koma.

"Chagi, sudah…aku yakin sebentar lagi Kyuhyun akan sadar. Jangan terus seperti ini…kau akan membuatnya semakin sedih." Telapak tangan lebar itu mengusap punggungnya pelan.

"Sampai kapan, sampai kapan Kyuhyun akan terus begini, Chagi… hingga selama ini aku bahkan belum pernah melihat tubuhnya bergerak sesentipun. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana." Air mata bening itu kembali jatuh untuk yang kesekian kalinya.

Ayah si pasien hanya dapat memeluk istrinya erat. Hanya tuhan dan istrinya saja yang tahu betapa terkikisnya ia dibalik wajah kebapakan itu.

Tanpa mereka sadari kedua belah daun pintu itu terbuka, menampakkan sosok pria paruh baya bersetelan jas putih. Bersama seorang suster muda berwajah cantik.

Senyum professional terukir, menimbulkan kerutan halus. "Selamat pagi Tuan Cho, Nyonya Cho…" Tanpa harus dijab pun mereka tahu, hal apa yang selanjutnya akan dilakukan tangan ahli itu. Dokter mendekati tubuh si pasien.

Disibakkan selimut itu hingga separuh badan pasien.

Tangan berbalut sarung tangan itu memasukkan dirinya dalam baju putih si pasien dan menekan ujung stetoskop di sekitar area dada hingga perut. Suster mencatat dengan sigap tiap bilah kata yang dokter ucapkan.

Alat pengukur detak jantung menunjukkan grafik yang selalu sama.

Tuan dan Nyonya Cho hanya memandangi mereka tanpa gairah. Sudah terlalu terbiasa melihat rutinitas medical check up tiap pukul 07.30 pagi.

Dokter menyudahi kegiatannya dengan senyum yang masih tetap sama. "Kondisi putera kalian masih stabil…namun belum ada tanda-tanda dia akan sadar dalam waktu singkat. Sudah 3 bulan berlalu…"Senyum professional itu pudar." Sebaiknya anda berdua pikirkan saran saya kemarin…karena penggunaan alat bantu kehidupan itu juga tidak membuahkan hasil yang berarti. Tanpa benda itu putera kalian memang bisa saja meninggal, tapi bukankah itu lebih baik daripada harus melihatnya tersiksa di ambang kesadarannya yang belum juga kembali? " Dokter menyudahi penjelasan pahitnya.

Ya, mereka tahu. Kehidupan semu yang selama ini masih menjaga si pasien hanyalah dari bantuan alat-alat medis. Tanpa itu, si pasien mati.

Tapi orang tua mana yang rela membiarkan putera mereka pergi begitu saja?

"Apakah tidak ada cara lain, Dok?" Tanyanya pilu. Hatinya sakit mendengar harapan hidup buah hatinya yang semakin menipis.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan saat ini, kecuali jika ada keajaiban yang membuat putera anda sadar kembali…namun kemungkinan itu tipis." Dokter tersenyum kecut.

"Dan juga, tunggakan biaya untuk alat itu semakin hari semakin membengkak. Hanya ada dua pilihan Tuan, Nyonya…" Jeda. "Membiarkan putera anda pergi atau membiarkannya tetap dalam kesadaran semu…" Sambungnya pahit.

Kenapa bisa tuhan sekejam ini?

Dan tanpa mereka semua sadari. Di ujung ruangan itu tengah berdiri sesosok namja persis dengan fisik si pasien yang tergolek di ranjang. Dengan tubuh transparan tanpa kepadatan.

"Eomma…Appa."

.

.

.

BRUK

Punggung mungil itu menabrak permukaan loker dengan keras. Matanya memincing tajam.

"Apa maumu? Choi Siwon!?" Bentaknya penuh amarah. Sementara si pelaku yang mendorong namja tersebut hanya menyeringai puas. "Mauku? Kau mau tahu apa mauku? Bukankah kau sudah tahu Kim Yesung?" Diraupnya kedua pipi berisi itu dengan satu tangan." Aku hanya mau kau berhenti mengelak dan terima saja aku sebagai namjachingumu, manis…" Sambungnya.

Pernyataan macam apa itu? "YA! Apa kau tidak mendengarku kemarin? Kubilang aku tidak mau…lepas!" Berontaknya kasar, mencoba melepaskan diri dari kungkungan kokoh namja tampan arogan di hadapannya. "Ck…kenapa sulit sekali membujukmu, Yesungie chagi. Dengar aku baik-baik, kau tidak tahu siapa aku? Aku Choi Siwon dan segala yang aku inginkan selalu aku dapatkan, termasuk jika itu kau. " Manik obsidian itu menatap si namja manis lekat-lekat…" Kau beruntung aku mengejarmu sampai seperti ini, harusnya kau tersanjung…bitch!" Begitu lekat. Menggerilya dari atas sampai bawah. Seolah menelanjanginya.

Mata Yesung berkelana kesana-kemari, mencari celah untuk setidaknya mencoba kabur. "Mau apa,hm? Kau mau lari? Jangan berpikir terlalu jauh Kim Yesung…hanya akan menyakiti dirimu sendiri, karena bagaimanapun caranya. Kau harus jadi milikku, hari ini, detik ini juga." Tegasnya bulat. Bencana bagi Yesung. Siwon membolak-balikan wajah putih Yesung yang begitu mulus tanpa cacat. Mata sipit yang menguarkan aura kebencian, pipi chubby, hidung mancung, bibir mungil yang indah…bersemu merah seperti milik kebanyakan yeoja.

Sayangnya dia seorang namja, kau ingat Choi Siwon?

Sudut bibirnya terangkat. "Wajar saja banyak sekali yang mengejarmu. Dari apa yang ku lihat saat ini sudah cukup mewakili rasa kagum mereka. Kau memang indah, Kim Yesung. Ah, Yesung…Yesung, kau tahu betapa namamu itu terus saja memenuhi otakku setiap harinya?" Kedua belah bibir tipis Siwon meraba halus pipi kenyalnya. Mengirimkan rangsangan halus yang membuat kulitnya meremang.

Tidak! Tidak! Kumohon seseorang..hentikan mahluk sialan ini! Apakah itu yang sedang Yesung pikirkan saat ini?

Sudah pukul 14.30. Seluruh penjuru sekolah sudah kosong melompong. Itu artinya tidak ada orang …berita buruk bagi si namja manis –yang tadinya berharap akan ada seseorang yang menyelamatkannya dari si kuda liar-. Bencana..bencana!

Kepalan tangan Yesung mengerat dalam cengkraman Siwon. Semakin mengerat tiap kali namja angkuh itu semakin berani melakukan lebih. Tubuhnya dihimpit, tangannya dicengkram kuat…apa yang bisa ia lakukan saat ini? Berteriak sama sekali tidak berguna.

"Hng!" Hanya cicitan itu yang dapat Yesung keluarkan saat Siwon kembali melakukan sentuhan intim. Membaui setiap inchi leher putih Yesung dari ceruk hingga dagunya. Sementara tangan Siwon yang satu lagi masih terus menginvasi area pantat dan pinggulnya.

"Hentikan. Hentikan Choi Siwon! Kumohon…"

"Hm? Kau mengatakan sesuatu Yesungie Chagi? Suaramu terdengar rendah, aku suka. Tapi akan lebih baik jika kau menyimpan suaramu untuk acara utama kita." Kini lidah basah Siwon yang mengambil alih permainan…meninggalkan jejak basah di atas kulitnya.

"Hentikan…aku tidak mau." Siwon tak menggubrisnya.

Kenapa? Kenapa selalu seperti ini? Selalu mendapat perlakuan yang tidak seharusnya dari orang-orang. Serendah itukah ia dimata orang lain?

"Siwon! CHOI SIWON!" Entah mendapat keberanian dari mana. Dengan sekuat tenaga ia memberontak bagai anjing dalam teralis.

"Apa hakmu hingga bertindak sejauh ini?! Kau mau apa? Kau hanya mau tubuhku dan bukannya hatiku! Kau mau aku menjadi namjachingumu? Jangan harap! Kau namja arogan dan brengsek…LEPASKAN AKU!" Giginya gemertak. Si pelaku pelecehan menatapnya tampak kehabisan kesabaran. Diangkatnya dagu mungil tersebut. "Tsk, bukankah sudah kubilang untuk jangan banyak bicara. Kau berisik seperti perempuan!"

Mata sabit Yesung membeliak. Tidak sempat mengelak, karena namja jangkung itu sudah lebih dahulu menciumnya nafsu.

"Hmphhhhhh!" Namja manis menjerit tertahan. Harga dirinya diinjak-injak begitu saja. Tidak! Tidak bisa seperti ini! Ia harus melawan bagaimanapun caranya. Jemarinya mengepal. Sekuat tenaga mendorong bagian tubuh manapun yang bisa ia dorong. Tapi nihil, cumbuan itu semakin liar dan menuntutnya lebih.

Lebih basah dan berisik.

Entah sejak kapan tangan-tangan nakal itu sudah melucuti semua kancing atasannya. Membuat kemejanya longgar dan menyibakkan kedua bahu mulusnya. Bahaya! Dapat ia rasakan remasan pada tangannya turun membelai menuju dada, kesempatan yang tidak Yesung sia-siakan. Langsung saja tanganya yang bebas mendorong tubuh Siwon sekuat tenaga dan…

BUAKSSS

Tepat ujung sepatu usangnya menghajar habis benda keramat milik Choi Siwon. Antara selangkangannya.

"Semoga saja aset berhargamu itu tidak terluka parah Choi Siwon. Karena aku menendangnya keras sekali!"

"Argh! Brengsek kau Kim Yesung!"

Dan namja manis itu lari secepat yang ia bisa.

.

XD

.

"Sialan kau Choi Siwon!" Yesung, namja itu menghentakan kakinya dengan kasar melewati trotoar. Sedari tadi berusaha menghapus jejak cumbuan Choi Siwon di bibirnya. Sungguh, ia tidak menyangka Salau classmate yang rajin sekali menggodanya itu akan melakukannya hingga sejauh ini. Hell no! Choi Siwon nyaris memperkosanya! Beruntung ia orang yang lihai dalam memanfaatkan keadaan. Kalau tidak…hilang sudah semua harga dirinya.

"Aku akan membalasmu melebihi yang aku lakukan tadi! Kau lihat saja Choi Siwon!" Sesumbarnya. Kalau ada Siwon, belum tentu ia dapat berbicara selantang itu.

Tak lama berselang, mata sabit namja manis itu melihat sebuah kursi panjang di pinggir trotoar. Yang bagi orang lain terlihat seperti kursi kayu biasa, namun tidak baginya…kursi itu terlalu banyak menyimpan kenangan lama. Kenangan yang menjadi kisah masa lalu hidupnya.

"Haahh…hidupku berat Eomma."

Duduk sejenak mungkin akan membuat pikirannya sedikit lebih tenang. Didudukannya pantat berisi itu dengan kasar…sudah terlalu kesal, harinya teramat buruk untuk sekedar memasang wajah beradab.

Orang-orang berlalu lalang di hadapannya. Cukup ramai mengingat matahari sudah mendekatkan diri ke ufuk barat. Traffic Light berkedip-kedip di seberang sana, terasa waktu berhenti sejenak bagi Yesung yang tengah menikmati suasana padat kota Seoul di sore hari. Matanya terpejam erat, ia lelah…ia jengah.

Ia ingin segera pulang dan berkeluh kesah pada Eomma angkatnya, Kim Heechul. Ya, ia tidak punya orang tua maupun saudara kandung. Ia hanya seorang anak angkat dari keluarga sederhana.

Yesung ingat saat ia ditinggal sendirian di pinggir jalan malam-malam, disini…di kursi ini. Usianya baru 5 tahun kala itu, mencoba meraih tangan Eommanya yang bergegas menjauh. Apa yang dapat ia lakukan sementara kedua orang tuanya melaju begitu saja dengan mobil mewah mereka. Ia juga ingat saat itu ia menangis lalu ditemukan oleh seorang namja cantik…Kim Heechul, bukan, Chullie Eomma. Namja yang berbaik hati mengangkatnya sebagai seorang anak.

Namja itu menggelang pelan.

Sudahlah, kenapa ia harus memikirkan hal itu. Hanya membuat ulu hatinya sakit…setiap kali mengingat perlakuan mereka, orang tuanya. Memangnya apa salahnya hingga harus diperlakukan seperti itu? Hal yang sampai saat ini Yesung tak tahu.

Kelopak matanya terbuka spontan.

Menampakkan wajah seorang namja tampan yang tengah menatapnya intens, begitu dekat…terlalu dekat!

"YA! APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN?!" Jantung si namja manis nyaris loncat keluar dari dadanya. Begaimana tidak, siapa yang tidak akan terkejut saat mendapati orang asing yang tengah menatapmu sedekat itu?

Si namja tampan sama sekali tidak menjawab. Wajah pucat itu nampak kebingungan, kepala brunettenya menengok kanak-kiri terlihat memastikan sesuatu. Apa dia orang yang tersesat?

Telunjuk panjang si namja tampan menunjuk wajahnya sendiri seperti orang bodoh. Seolah berkata 'kau bertanya padaku?'. "Tentu saja kau bodoh! Apa yang kau lakukan dengan menatapku sedekat itu? HAH!" Sungutnya tak terima.

Dapat Yesung lihat wajah namja tampan itu semakin terkejut. Siapa yang seharusnya terkejut dalam kasus ini? Yesung semakin tak habis pikir. Namja di depannya tercenung, masih dengan posisi memandangi Yesung lekat. Apa pertanyaannya salah? ataukah ada sesuatu di mukanya?

"Kau…kau dapat melihatku?" Suara bassnya membuyarkan Yesung. Pertanyaan macam apa itu? Memangnya dia siapa? Hantu? Arwah gentayangan? Mahluk astral? Hingga Yesung bisa saja tidak melihatnya!?

Namja manis berdecak sebal. "Tentu saja aku dapat melihatmu! Lagipula pertanyaan macam apa itu? Memangnya kau ini hantu jadi aku tidak dapat melihat wajah mesummu itu!?" Bentak Yesung kesal. Ia masih tidak terima.

Hening.

"Kau sungguh-sungguh bisa melihatku?" Nadanya tidak tedengar sedang bercanda. Wajah pucatnya masih menunjukkan keterkejutan berlebihan. Apa yang sebenarnya terjadi pada orang ini? Datang dengan cara yang tidak lazim…dan memberikan Yesung pertanyaan yang sama tidak lazimnya. "Wae? Kubilang aku bisa melihatmu, buktinya aku berbicara padamu sekarang!" Sepertinya dia orang gila, pikir Yesung.

Si namja aneh mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Tentu saja kau seharusnya memang tidak bisa! Karena aku…err," Nampak ragu. " Aku adalah roh." Sambungnya.

Hening. Hening…hanya suara deru kendaraan yang membelai indera mereka. Dan suara gelak tawa Yesung yang menggantung di batang tenggorokannya.

"Bwahahahaha…kau? Kau roh? Hahaha jangan bercanda, apa-apaan semua ini? Kau ingin mengerjaiku? Apa ini semacam acara tv?! " Yesung tertawa terbahak-bahak hingga matanya jadi tinggal segaris. Pernyataan kekanak-kanakan itu harusnya ditujukkan pada bocah ingusan, bukan kepadanya. Benar-benar, ucapan orang bodoh di depannya membuatnya tidak bisa berhenti tertawa.

"Ya! Aniya aku serius…aku adalah roh! " Si namja yang -mengaku - sebagai roh itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sedikitnya dia mengerti apa yang membuat Yesung tak akan percaya pada kata-katanya…yang terdengar seperti omong kosong.

"Hei, dengarkan aku, ya! Kau membuatku terlihat seperti orang gila yang tertawa sendiri!" Tersedak tawanya sendiri. Yesung berhenti tergelak, jarinya mengusap air mata bahagia(?) akibat tawanya tadi.

'Kau memang tertawa sendirian seperti orang gila…' Agaknya si namja jadi-jadian itu miris. Melihat Yesung yang tertawa sendirian tengah ditatap orang-orang bagai 'orang gila sungguhan'. Hem?

"Kau ini, jangan bercanda pikir aku ini bocah berumur 5 tahun yang akan percaya dengan bualanmu begitu saja? Jangan mempermainkanku!"

Namja itu nampak berpikir untuk membuat Yesung percaya dengan ucapannya. "Hmm. Kau mau bukti?" Yesung mengangguk antusias " Lihat ini!" Namja itu nampak serius. Membalikkan tubuhnya dan maju menuju jalan raya yang ramai. Mengabaikan laju kendaraan yang hilir-mudik dengan kecepatan diatas rata-rata. Apa yang mau dia lakukan? Mau bunuh diri?!

Si namja tampan berhenti di tengah jalan, tepat sebelum sebuah truk besar menabrak tubuhnya. "YA! APA YANG—" Yesung memejamkan matanya erat. Tidak mau melihat pemandangan mengerikan orang yang terlindas ban mobil. Tapi beberapa detik berselang, kenapa ia tidak mendengar jeritan atau suara riuh klakson -pertanda terjadi sesuatu-? Penasaran, ia membuka matanya dan menyadari bahwa semua baik-baik saja. Tidak ada kecelakaan, tidak ada tabrakan…tidak ada darah berceceran atau mungkin kepala seseorang yang bergelindingan di jalan.

Yang ada hanya tubuh si namja tampan yang masih berdiri di tengah jalan…dengan mobil yang menembus tubuhnya bergiliran. Sungguh, tidak ada yang dapat membuat mata sipit Yesung membelalak hingga bentuknya sekarang mirip kelereng utuh…kecuali pemandangan unbelievable tepat di depan batang hidungnya.

Mobil-mobil menembus tubuh jangkung itu seolah memang tidak ada apa-apa disana. Seolah memang tidak ada seorang namja gila yang berdiri di tengah jalan dengan tubuh yang dapat ditembus oleh benda apapun.

Dapat ia lihat senyum mengejek si namja tampan di sebrang sana. Seolah berteriak 'Aku benar bukan?'.

.

PipinPapo

.

Sejak kecil, Yesung tidak pernah percaya dengan hantu. Hantu itu tidak ada. Itu yang selalu ibunya-atau mungkin mantan ibunya- dan Heechul katakan. Ia hanya takut dengan kegelapan…dan petir. Mereka menyebalkan. Tapi, semenjak kejadian mengejutkan beberapa menit lalu. Mungkin ketakutan Yesung akan bertambah satu point.

Hantu itu ada! Yesung berani bersumpah.

Ya, seperti hantu penasaran yang sejak tadi menguntitinya.

"Ya! Apa yang sedang kau lakukan! Behenti mengikutiku!" Bisik si namja manis kepada seorang, ah bukan orang…kepada sesosok roh halus yang sedari tadi mengikutinya sampai saat ini. Wajahnya sama sekali tidak menoleh, hanya gerakan mulut yang mendominasi. Sengaja ia buat begitu, tidak mau dicap sebagai orang gila yang berbicara sendiri.

Bicara mengenai si namja roh itu. Ya, dia mengikuti Yesung dari sana sampai sini…maksudnya dari tempat kejadian perkara saat si arwah 'mengakui' bahwa dirinya adalah roh. Yeah, pernyataan yang mustahil tapi nyata.

Si namja roh tidak menggubris protes Yesung. Tubuh ringan itu masih betah berdekatan dengan Yesung, terlihat kecanduan untuk memandangi wajah si manis berlama-lama. Dia penasaran. Bukankah harusnya Yesung takut? Diikuti oleh sesosok mahluk yang tidak bisa disebut manusia itu. Tapi jawabannya YA…Yesung takut, hanya saja ketakutannya tidak ia salurkan melalui jeritan berlebihan ataupun wajah horror yang ketakutan. For Gods Sake! Ia bahkan tidak bernah bermimpi akan dipertemukan dengan arwah penasaran itu sebelumnya.

Bahkan saat ini Yesung masih tak dapat percaya. Bagaimana bisa ada arwah handsome seperti itu? Err lupakan.

Tubuh si namja roh beringsut maju mendahului langkah Yesung. Membalikan posisinya hingga saat ini tengah berjalan mundur, mengahadap si namja manis. "Hei…manis, apa kau tidak takut denganku?" Tanyanya penasaran. Hem, bagaimana Yesung menjawabnya…dibilang takut, tidak juga. Wajah tampan si roh itu terlalu manusiawi untuk membuat Yesung takut. Tapi dibilang tidak takut…tidak juga, mana bisa Yesung tidak takut saat sosok di hadapannya ini adalah ROH GENTAYANGAN. Catat.

Yesung tidak menjawab. Mencoba membuat wajahnya terlihat sewajar mungkin di mata orang-orang. Kemudian memfokuskan pandangannya pada jalan yang terhalangi tubuh tegap si roh-yang entah kenapa telihat transparan saat terkena sinar matahari-.

'Apa maunya mahluk halus ini? Mau mengikutiku hingga sampai ke rumah?!' Batinnya jengkel.

"Jangan mengacuhkanku manis, apa kau masih marah soal kejadian tadi? Aku hanya bercanda, sungguh. Lagipula aku tidak tahu kalau kau dapat melihatku…jadi kupandangi saja wajahmu itu. Tapi kau malah berteriak…" Ujarnya santai. Masih terus mempertahankan posisi menghadap si namja manis.

'BERISIK! Berhenti mengoceh dan diamlah. Atau mungkin segeralah pergi dari hadapanku.'

"Mianhae, aku hanya penasaran…jangan marah-marah seperti itu. Kau membuat wajahmu jadi terlihat semakin lucu." Seolah mengerti dengan apa yang ada di otak Yesung. Namja transparan itu menyeringai tampan, di matanya Yesung sananglah menarik…dan cantik. Tidak pernah ia sangka selama 3 bulan ia 'hidup' sebagai sosok mahluk halus…akan ada peristiwa menarik seperti ini. Akan ada seorang namja cantik yang dapat melihat wujudnya secara sempurna.

Ia bukan hantu, bukan arwah gentayangan, bukan juga mahluk mistis. Ia adalah sebuah roh yang terpisah dari tubuh aslinya, ia tidak mati…setidaknya belum. Tubuh aslinya masih hidup, hanya saja dalam keadaan koma…dan mungkin tidak akan sadar dalam waktu dekat. Pada awalnya ia juga tidak mengerti kenapa rohnya bisa terlepas begitu saja. Terakhir kali ia ingat, setelah kecelakaan ia tidak sadarkan diri lalu terbangun dan melihat tubuhnya sendiri tengah terbaring di ranjang rumah sakit.

Apakah seperti ini rasanya orang koma? Apakah orang lain juga merasakan hal yang sama? Terkadang sekelumit pertanyaan itu lolos begitu saja dari pikirannya. Ia juga tidak tahu kapan ia akan kembali sadar. Atau mungkin tubuhnya akan benar-benar mati dan ia akan selamanya terjebak sebagai hantu betulan.

Ia tidak mau. Tentu saja…masih ada banyak hal yang ingin ia lakukan sebagai seorang manusia. Bersenang-senang, menjalin kasih bersama kekasihnya-Victoria-, ah! Tiba-tiba ia ingat, bagaimana kabarnya yeoja cantik itu…apa dia masih mengingatnya, masih merindukannya. Atau mungkin sudah melupakannya? Roh itu bertaruh kemungkinan ketiga yang benar.

"Mahluk astral. Berhenti mengikutiku…kau membuatku takut!" Bisikan rendah super seksi Yesung -bagi si roh- membuyarkan pikiran anehnya.

"Kenapa harus takut? Aku tidak menyeramkan. Bukankah aku tampan? "

'Dalam mimpimu. Jangan terlalu percaya diri tuan Hantu…kau ini hanyalah sesosok mahluk halus, bukan maksudku menghinamu…sungguh. Tapi setampan apapun dirimu, kau tetaplah hanya HANTU!' Balas Yesung dalam hati.

"YA! Aku bukan hantu, aku adalah roh. Tubuhku masih hidup kau tahu? Aku hanya belum bisa memasukinya…" Sepertinya ekspresi wajah Yesung bisa menggambarkan apa yang ingin ia ucapkan, sehingga roh tersebut mampu mengambil kesimpulan.

'Haha…berhenti membual tuan Hantu. Sudah jelas bukan kau ini hantu gentayangan yang sedang mengikutiku! Kau tidak bisa dilihat orang, kau juga transparan, dan kau menyeramkan. Bukankah itu ciri-ciri hantu?'

"Kau itu lucu ya, manis. Darimana kau tahu ciri-ciri hantu seperti itu? Aku sudah pernah melihat hantu dan mereka bahkan jauh lebih buruk dari itu. Mereka juga tidak tampan sepertiku."

"Tentu saja kau pasti tahu. Kau kan teman mereka…" Lirih Yesung sinis. Mencoba menyamarkan gerakan bibirnya sehalus mungkin. Berjaga-jaga agar orang lain tidak menyadarinya.

"Dasar keras kepala. Tapi jika aku benar-benar mati …aku akan menjadi hantu betulan dan menakut-nakuti namja manis sepertimu."

'YA! Jangan melibatkanku dalam urusanmu!' Alis tebal Yesung mengerut. Sedikit terguncang dengan ucapan mahluk di depannya.

"Semakin diperhatikan, wajahmu semakin cantik…kau itu namja atau yeoja? Wajahmu terlalu cantik untuk ukuran seorang namja…tapi kalau yeoja, sayang sekali kau tidak punya payudara. Atau mungkin pertumbuhanmu sedikit terhambat, noona?"

"…"

Kenapa mahluk astral itu terus saja bertanya? Kenapa tidak cepat pergi?! Ia ingin berteriak, tapi naluri kewarasannya mencegah kemungkinan ia hilang kendali lalu memaki-maki udara kosong dan disangka orang gila baru... Mungkin seperti itulah kira-kira isi pikiran Yesung saat ini.

"…"

"Sudahlah…tapi sungguh, aku masih penasaran. Bagaimana bisa kau melihatku…aku ini roh, dan kau manusia. Harusnya memang tidak bisa, atau mungkin kau orang yang istimewa?" Yesung tidak tahu artian istimewa yang dimaksud itu berarti bagus atau buruk.

"…."

Dan semua pertanyaan dan ocehan itu terus memenuhi gendang telinga Yesung hingga pada akhirnya namja manis itu menginjakkan kakinya di sebuah bangunan sederhana. Tidak begitu besar, dengan pekarangan mini yang dihiasi rumput hias. Bergegas ia mendekati rumah tersebut.

Tepat sebelum jemari mungil itu menarik knop pintu. Tubuh Yesung berbalik.

"Kenapa masih mengikutiku? Kau mahluk aneh! Berhenti mengikutiku dan cepat pergi ke tempatmu yang seharusnya." Umpatnya kasar. Akhirnya ia luapkan segala sumpah serapah yang ia pendam sejak perjalanannya hingga sampai disini. Beruntung tidak ada orang lain yang melihat saat ini…jika saja ada, kalian bayangkan sendiri.

"Ish, kenapa kau suka sekali mengusirku. Baiklah baik, aku akan pergi…" Yesung bernafas lega." Tapi…ini pertanyaan terakhirku, sungguh! Hem, siapa namamu?"

"Yesung, Kim Yesung. Jangan lupa untuk cepat pergi…dan jangan pernah muncul dihadapanku lagi." Kerutan halus nampak menyapa pangkal hidung Yesung.

"Kyuhyun, Cho Kyuhyun. Dan senang sekali dapat mengenalmu…Kim Yesung yang manis."

Poof

Namja roh bernama Kyuhyun itu menghilang sedetik sebelum sepatu kets Yesung melayang ke depan mukanya.

PipinPapo

"Aku pulang…"

Pandangannya meredup begitu membuka pintu. Gelap gulita…kenapa rumahnya bisa gelap seperti ini? Apakah aliran listriknya terputus? Tapi ia rasa tidak mungkin jika PLN memutus aliran listrik. Mengingat bangunan tetangga yang terang benderang di luar sana.

Yesung terdiam. Rasa ragu menyelimuti hatinya untuk sekedar masuk dan memastikan semuanya, ia takut tentu saja… masih ingat 3 point apa saja yang Yesung takuti? Salah satunya adalah kegelapan. Ia benci, ia benci kegelapan.

Bagaimana jika mahluk yang serupa dengan Kyuhyun -yang jauh lebih mengerikan- tiba-tiba saja muncul dan menculiknya dalam kegelapan? Seperti di film horror! Atau memang sekarang ini si namja astral itu yang berulah mematikan lampu? Memikirkannya saja sudah membuat bulu kuduk Yesung berdiri.

"Err…Chullie Eomma…siapa saja. Kalian ada di dalam?"Tidak ada sahutan. Itu artinya tidak ada orang.

Mengumpulkan segala keberaniannya sebagai seorang LAKI, namja itu memutuskan untuk masuk dan menepis segala ketakutannya, ia namja dan seorang namja tidak takut pada apapun! Meski keraguan itu belum sepenuhnya hilang tapi Yesung tetap berjalan semakin dalam, menyapu lantai dengan kakinya yang tremor hebat.

Tangannya meraba-raba udara mencoba menyusuri benda apapun yang dapat ia raih sebagai pegangan. Terlalu gelap, kakinya melangkah dengan pelan. Takut-takut akan menabrak tembok nantinya. Perlahan jemari mungilnya menyusuri tembok dingin berusaha mencari letak tombol lampu. Sesekali mengaduh akibat kakinya yang selalu saja terkantuk sesuatu.

Butuh sedikit waktu untuk menemukan benda sekecil itu di tengah kegelapan. Dan...gotcha! Ia menemukannya.

Klik.

"SELAMAT ULANG TAHUN! KIM YESUNG!"

Dan pemandangan pertama yang Yesung lihat saat lampu menyala…adalah seluruh keluarga angkatnya yang tengah meneriakinya heboh. Lengkap dengan dekorasi meriah berornamen pita di tiap sudut ruang keluarga. Yesung tercenung. Ia tak dapat berkata apapun ditengah rasa terkejut, bahagia, dan haru yang bercampur menjadi satu. Semua ini terlalu indah untuknya.

Kim Heechul, namja cantik bersurai pirang itu sibuk menyalakan lilin merah berbentuk angka 17.

"E-Eomma…" Yesung tak dapat membendung air matanya yang sebentar lagi jatuh. Semua ini untuknya, untuk Kim Yesung.

" Ya! Yesungie sayang, kenapa kau menangis. Apa kau tidak menyangka kami akan melakukan semua ini? Semuanya kami persiapkan hanya untukmu Yesungie sayang…" Heechul tersenyum keibuan.

Seorang namja bertubuh mungil menghambur dalam pelukan Yesung. "Hyung! Selamat ulang tahun. Kau tahu semua dekorasi pesta ulang tahunmu aku sendiri yang merancangnya! Indah bukan? Semua ini demi hyung! Semoga panjang umur dan diberkahi oleh tuhan. Dan kuharap hyung-ku akan semakin cantik dan semakin baik lagi…aku menyayangimu Hyung!" Banyak yang ingin namja mungil itu ungkapkan pada Yesung, semua yang barusan ia ungkapkan hanya sebagian kecil dari itu.

"Hiks…Wookie, kamsahamnida, kamsahamnida Wookie." Isakan kecil lolos dari bibirnya. Namja bernama asli Kim Ryeowook itu kembali membenamkan wajah manisnya pada bahu sang kaka angkat. "Sudah Hyung, jangan menangis. Ini hari bahagiamu…aku percaya itu adalah air mata bahagia, ne Hyung?"

" Berhentilah menangis Hyung, wajahmu jadi terlihat tidak menarik lagi." Kali ini seorang namja bermata sipit menimpali. Wajah orientalnya menyunggingkan senyuman manis untuk Yesung. "Selamat ulang tahun Hyung. Kau adalah Hyung yang paling aku sayangi di dunia…meskipun kau aneh dan cerewet, tidak bisa diam, dan selalu bertengkar denganku. Tapi aku tetap menyayangimu, Yesung Hyung!" Dapat Yesung perkirakan si namja bernama Lee Hyukjae itu sekarang tengah mati-matian membuang rasa gengsinya. Sebuah pelukan hangat kembali merengkuh tubuh Yesung.

"Aku tahu Eunhyuk pabbo. Aku juga menyayangimu, meskipun kau menyebalkan dan selalu membuatku susah. Kau masih tetap menjadi dongsaeng kesayanganku."

"Ya! Jangan memanggilku pabbo Hyung! Kau bahkan lebih pabbo dariku…dasar Hyung aneh!" Dan Eunhyuk kembali pada sifatnya yang sombong dan menyebalkan. Batin Yesung dalam hati.

"Hyung! Selamat ulang tahun! Selamat karena kau menjadi semakin tua…" Suara baritone menyebalkan itu terlalu familiar bagi Yesung. " YA! Donghae! Kau ini bermaksud memberi Hyung-mu ini selamat atau malah berniat menghinaku!"

"Hmm, dua-duanya Hyung. Hehe...selamat ulang tahun dan tetaplah menjadi Hyung-ku yang manis dan cerewet, okay?" Lee Donghae mencium lembut pipi chubby Hyungnya. "Dan kuharap kau menjadi lebih tinggi Hyung. Lihat, sekarang aku bahkan jauh lebih tinggi darimu! Padahal tahun lalu aku masih setara denganmu."

"LEE DONGHAE!" Namja tampan itu menghardik amukan Yesung dan bersembunyi di balik tubuh pendek Eunhyuk.

"Sudah-sudah kalian semua berhenti bertengkar, ini masih ulang tahun Yesung! Nah sekarang cepat tiup lilinnya Yesungie sayang, lihatlah lilinnya terus meleleh!" Heechul mendekatkan kue ulang tahun Yesung ke depat wajahnya. Dengan senang hati Yesung meniup lilin merah yang sudah nyaris meleleh sebagian. Sweet 17-nya.

'Tuhan, aku tidak akan berharap terlalu banyak. Tapi biarkanlah aku bersama keluarga ini hingga nanti aku mati.'

"Terimakasih Eomma. Wookie, Hyukkie, Hae…aku mencintai kalian semua." Bibirnya bergetar menahan tangis yang sudah mengalir di kedua pipi chubbynya.

Dan malam itu mereka habiskan dengan saling berbagi tawa dan berbagi kebahagiaan. Tidak harus dijabarkan maka kalian pun sudah tahu betapa bahagianya Yesung saat ini. Yesung tidak pernah absen tersenyum sepanjang malam. Ia tidak pernah menyesal harus dibuang kedua orang tuanya, ia tidak pernah menyesal pernah diangkat Kim Heechul sebagai anaknya, ia tidak akan pernah menyesal memiliki keluarga hangat seperti sekarang. Keluarga yang selalu mencurahkan kasih dan sayang hanya untuknya. Tidak peduli jika sekarang ini keluarga aslinya sedang bersenang-senang dengan uang mereka…ia tidak peduli. Karena banginya , keluarga yang ia miliki sekarang jauh lebih berharga dari apapun. Selalu membuat ia bahagia dengan cara mereka sendiri.

Dengan cara sederhana mereka.

.

PipinPapo

.

Pagi yang cerah. Terbukti dengan kehangatan sinarnya yang meraba halus wajah putih Yesung. Membuat namja yang baru saja menginjak usia 17 tahun itu mendesah sebal lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Ia malas bangun, bukan karena alasan ia seorang pemalas. Melainkan kegiatan kemarin malamnya yang menguras waktu dan tenanga. Ya, Yesung menghabiskan pesta ulang tahunnya hingga larut malam. Bahkan sisa-sisa whipped cream di rambutnya –berkat ulah jahil ketiga dongsaengnya- belum sempat ia bersihkan.

"Hei, Yesung, Kim Yesung…kenapa kau belum bangun? Ini sudah siang." Tiba-tiba sebuah suara bass asing -yang Yesung yakin pernah mendengarnya- membelai halus indera pendengarannya.

Apakah Donghae? Tapi ia rasa suara dongsaeng pertamanya itu tidaklah se-manly ini. Mengingat namja tampan itu baru menginjak usia 16 tahun.

" Ngh…Hae-ya, aku malas bangun. Kau bisa sarapan duluan~" Menepis keanehan suara Donghae. Yesung menggeliat di bawah selimut, berusaha kembali memejamkan matanya. Namun nihil.

"Yesung? Kim Yesung! YA! Kubilang bangun sayang~"

"Nghh…pergi Hae-ya!"

"Hei! Yesung sayang…aku bukan Donghae."

Yesung sama sekali tidak menggubrisnya. Ia pikir ini hanya akal-akalan Donghae untuk membuatnya bangun, dan setelah Yesung bangun namja itu pasti akan memberikan cengiran terbaiknya lalu kabur begitu saja.

"Ini aku…apa kau tidak ingat?" Semakin diperhatikan, rasanya Yesung kenal siapa pemilik suara ini. Tapi siapa?

Sret

Tampaklah wajah seorang namja yang Yesung sangat kenali. Masih segar dalam ingatannya. Rambut brunette itu, mata elang itu, hidung mancung itu, dan…bibir tebal yang tengah menyunggingkan seringai mirip srigala. Dengan jarak wajah yang nyaris bersentuhan. Wajah seorang namja aneh yang baru saja kemarin ia temui.

Dejavu.

Dan akhirnya Yesung tahu, siapa orang yang sedari tadi berusaha membangunkannya.

"Hai, Kim Yesung."

"KYAAA! ARWAH GENTAYANGAN!"

.

"Sungie? Kau kenapa? Apa yang terjadi di atas sana!"

Heechul yang tengah berkutat dengan bahan masakan dapur itu langsung tersentak saat mendengar suara lengkingan Yesung dari dalam kamarnya. Takut terjadi sesuatu, namja cantik itu langsung mematikan pelatuk kompor lalu bergegas menuju kamar Yesung yang terletak di lantai atas.

"Wae Eomma? Kenapa terlihat buru-buru?" Eunhyuk yang baru saja keluar dari kamarnya dan berpenampilan rapi. Mengetnyit melihat eommanya yang terburu-buru menuju lantai 2.

"Cepat makan sarapanmu. Eomma akan membangunkan Hyung pemalasmu itu!"

"Terserah Eomma saja…" Namja bertubuh tidak-tinggi itu memilih untuk memakan sarapannya.

Tap tap tap

Tidak butuh waktu lama bagi Heechul untuk mencapai kamar Yesung. "Dikunci?"

"Sungie buka pintunya! Kau tidak apa-apa? Kenapa berteriak?"

Tak lama berselang, terdengar suara gaduh dari dalam kamar. Seperti suara seseorang yang tengah melemparkan segala perabotan kamarnya, batin Heechul penasaran. "Sungie?" Ulangnya.

"N-ne! Eomma. Aku sudah bangun…tadi aku terjatuh dari ranjang! Tapi sekarang tidak apa-apa. Aku akan pergi mandi…" Sayup-sayup dapat Heechul dengarkan suara Yesung dari dalam sana. Apa benar semuanya baik-baik saja?

Yesung memang tidak pandai berbohong. Bagaimana bisa suara seseorang yang terjatuh dari ranjang malah terdengar heboh seperti orang yang sedang melemparkan perabotan rumah? Tapi lebih bodoh lagi Heechul yang percaya begitu saja dengan ucapan puteranya.

"Ya sudah, cepat selesaikan mandimu dan segeralah turun! Ini sudah siang Sungie!"

.

"KAU! Apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau bisa masuk! Kau mau apa? Mau menculikku?" Seolah lupa jika namja yang berada di depannya ini adalah segumpal mahlum halus. Yesung mencercahinya dengan segelintir pertanyaan absurd. "Aku? Aku hanya ingin melihat wajah seorang Kim Yesung saat bangun di pagi hari, ku akui kau memang tetap cantik. Dan untuk masalah kenapa aku bisa masuk kesini…kau lupa aku adalah roh? Aku bisa berada dimana saja kapanpun aku mau." Jawabnya enteng.

"Aku tidak peduli dengan alasanmu! Kau roh mesum kurang ajar! Untuk apa kau datang menemuiku lagi? Terlebih pagi-pagi seperti ini! Kau mau membuatku mati terkena serangan jantung?"

Yesung tidak mengerti dengan isi pikiran mahluk aneh di depannya. Bukankah mahluk itu sudah berjanji untuk tidak muncul di hadapan Yesung lagi?

"Mianhae, Kim Yesung. Tadinya aku memang tidak bermaksud untuk datang menemuimu lagi, meskipun aku sangat ingin tapi aku sudah berjanji padamu. " Yesung tahu itu!" Tapi aku dapat masalah besar, orang tuakau memutuskan untuk mencabut alat kehidupan yang selama ini membuatku tetap hidup. Aku tidak tahu harus bagaimana, sementara aku tidak bisa memasuki tubuhku sama sekali. Lalu aku ingat bahwa masih ada kau, yang bisa melihat wujudku secara nyata! Kumohon beritahu orang tuaku untuk tidak melepaskanku, kumohon…Kim Yesung!"

"A-Aku tidak mau! Bukankah kau ini hantu, dan hantu memangnya sudah mati bukan? Jadi tidak ada alasan bagiku untuk menyanggupi permintaanmu!" Yesung semakin merapatkan dirinya pada tembok, takut saat melihat Kyuhyun berjalan mendekat

"Kumohon, hanya sekali ini dan aku berjanji aku tidak akan muncul dihadapanmu lagi. Aku hanya punya waktu satu minggu!"

"Kubilang tidak! Berhenti mendekatiku…kau, kau membuatku takut!"

"Hanya sekali ini…akan kulakukan apapun sebagai imbalannya."

"Kau bisa apa? Kau itu hantu, apa imbalan yang bisa kau berikan untukku?"

"Tsk! Kau itu bodoh atau apa! Tentu saja saat aku sadar nanti aku akan menemuimu dan akan mengabulkan semua keinginanmu!"

"Jika aku tidak mau?"

Kyuhyun berhenti berbicara. Memikirkan kemungkinan apapun yang bisa ia perbuat saat namja manis di depannya berani menolak permintaannya sekali lagi.

"Apa kau yakin tidak mau membantuku?"

Tanpa berfikir panjang Yesung menjawab." Ya, aku yakin…dan kau tidak bisa memaksaku!"

"Jika itu memang permintaanmu, Kim Yesung. Akan ku kabulkan…tapi kau tentu harus menerima resikonya bukan?"

Saat melihat smirk mengerikan itu mengembang di wajah Kyuhyun. Saat itu juga ia tahu bahwa hidupnya tidak akan tentram seperti dulu.

"Akan kubuat hidupmu tidak tenang, manis."

.

.

.

TBC or DELETE?

R n R?

PLEASE T_T

Pipin kembali#gak ada yang ngarep!

Btw ini cerita yang udah lama banget terngiang di kepala Pipin, jadi daripada mubazir lebih baik Ppin jadikan Fanfic multiChap. Untuk FF Seonsaengnim! Saya gak jamin bakal buat Update, soalnya idenya udah buntu : (

FF ini cerita ke-2 Pipin. Kalau reviewnya gak melebihi perkiraan, ya saya hapus aja. : )