Joker Game © Yanagi Koji
saya tidak mengambil keuntungan materiil apa pun dari menulis fanfiksi ini.
.
apricity (n.) the warmth of the sun in winter
moderncollege!au. sekuel dari fic saya yang lain, mizzle.
.
rencana buat bikin sekuelnya mizzle akhirnya kesampaian /o/ soalnya selain cheesecake, waktu itu juga dikasih prompt pai. buat suki, alice dan fins-san, ohoho semoga bisa dinikmati~ (´・ω・`)
Begitu kotak putih yang dihiasi logo patisserie langganan mereka memasuki jarak pandangnya, Tazaki bertanya dengan satu alis yang terangkat, "Lagi, Kaminaga? Aku masih lumayan yakin kalau kita tidak mengambil kelas yang sama, tapi kalau kau memang butuh bantuan untuk tugas atau apa pun—"
"Terima saja, astaga."
"Terima kasih."
"Ojama." Kaminaga masuk ke kamar asramanya, menanggalkan sepatu dan menggantung mantel tipis di balik pintu.
Sambil diiringi dengung pemanas ruangan ia berpikir, memang laju waktu itu seperti pengendara yang hobi mengebut ya, tahu-tahu saja sudah mau bulan terakhir dalam tahun. Toh bukan masalah buatnya (selain fakta bahwa mereka nyaris memasuki minggu ujian), karena cuaca apa pun sebenarnya tidak begitu mengganggunya; malahan ia bersyukur harinya sedang cerah—yang bagi London di musim seperti ini, mungkin bisa disamakan dengan mukjizat.
"Sedang apa, Tazaki?"
"Mencicil paper."
"Di hari libur," Kaminaga menarik napas dramatis, "yang cerah pula seperti ini? Nikmati hidup dong, Tazaki, lihat keluar jendela, tengok langit biru, tertawalah bersama matahari."
"Itu ide bagus sih," balasnya, "tapi aku lebih suka tertawa nanti begitu melihat hasil ujian tengah semester."
"Oh."
"Iya, oh." Tazaki duduk di sisi tempat tidurnya, memangku kotak kue. "Ini apa, omong-omong?"
"Pai apel." Kaminaga bergerak ke rak yang terpasang pada dinding di atas kulkas, sudah hafal tata letak kamar Tazaki seperti miliknya sendiri.
"Kesukaan Miyoshi kan, ya?"
"Jangan sebut namanya, demi merpati-merpati dan kelinci sulapmu." Pemuda itu mengacak rambut, kemudian mengambil sepasang piring kecil berserta garpu. "Lagi pula bukannya aku bisa memilih juga, itu imbalan dari Hatano."
"Untuk apa?" Tazaki bertanya sambil membuka kotak karton, tersenyum begitu mendapati dua potong pai apel yang kuning keemasan indah. Ia menoleh ke arah Kaminaga yang sedang mengaduk-aduk tempat sendok, garpu serta sumpit. "Ah, pisaunya kupindahkan ke keranjang yang itu, hati-hati."
Dengan denting-denting pelan, pemuda itu membawa semua barang dan duduk di hadapan Tazaki, lalu mengambil satu potongan kecil dan membawanya ke mulut untuk dicicipi. "Biasalah, Hatano kan selalu gengsi buat bilang terima kasih terang-terangan, jadi sebagai bentuk apresiasi karena aku sudah berbaik hati memberikan tips-tips asmara," sahabatnya mengunyah, "dia membawakanku ini dari tempat kerja sambilannya."
"Memangnya saran dari orang yang cintanya juga kandas itu valid?"
Kaminaga tersedak.
