10 Facts of Human

AUTHOR : HUANG AND WU

GENRE : ROMANCE, ALTERNATE UNIVERSE

LENGTH : ONESHOT (with planning of sequel)

CHARACTER : OH SEHUN, XI LUHAN, and another SURPRISING CASTS

POINT OF VIEW : AUTHOR (side of SEHUN)

RATE : K+ (college-life)

SUMMARY :

Menyambut momen ulangtahun Sehun (12 April) dan Luhan (20 April), hadirlah FF 10 Facts of Human ini. Didasari dari pengalaman dan pendapat tentang manusia dan sifat-sifatnya, akhirnya dibuatlah list fakta ini. Menceritakan tentang seorang lelaki muda yang hidup sendiri karena orangtuanya ada di negara lain, ia kemudian mengajar menjadi seorang dosen sosiologi di salah satu universitas di Korea. Lelaki ini pun hidup bersama keluarga kawan ayahnya, dan ia mulai dikenalkan dengan seorang gadis muda arogan anak kawan ayahnya itu. Selama hidupnya, ia tak pernah setertarik itu pada seorang gadis. Dan gadis itu pula diam-diam membuat sebuah list tentang 10 sifat lelaki tersebut (tidak diceritakan pada part sebelumnya)

WARNING! IT IS GENDERSWITCH!

Hai readers!

Yaps, HAPPY LUHAN DAY guys! Well, Huang and Wu seneng banget pas akhirnya Huang and Wu bisa update untuk HAPPY SEHUN DAY kemarin, khkhkh! Thanks for everyone yang udah ngesupport Huang and Wu sejauh ini! FF spesial untuk Luhan nih!

Update FF ini akan terbalik, ya! Saat ultah Sehun, FF Part Luhan yang diupdate. Saat ultah Luhan, FF Part Sehun yang diupdate! You guys already knew it, right?

Keep fav and review please! I'll be waiting here! ^_^

.

-10 Facts of Human-

.

.

PART TWO : SEHUN

"Selamat datang di Incheon International Airport. Silahkan mengecek barang bawaan anda."

"Sudah lama tidak kemari."

Namja tinggi itu berjalan dengan sebuah tas besar–semacam carrier (read, tas gunung)–dan sebuah tas jinjing besar di tangannya. Ia berjalan bersama beberapa kerumunan, menuju sebuah pintu yang diketahui adalah pintu keluar bandara.

WUSH!

Udara kota tersebut langsung menyapanya, membuat dia terdiam sejenak dan menghela nafas pelan. Jaket gunung biru mudanya tersampir, dengan sebuah snapback yang menghiasi kepalanya. Skinny jeans yang cocok dengan kaki jenjangnya, membuatnya terlihat sangat tampan–tak dipungkiri bahwa beberapa yeoja menatapnya penasaran sedari tadi.

"Welcome to South Korea."gumamnya.

Namja yang diketahui bernama Oh Sehun itu–main actor kita saat ini–berjalan menyusuri trotoar jalan, tidak mempedulikan betapa beratnya carrier pada punggungnya. Toh, dia sudah terlatih untuk membawa beban berat–sering nge-gym–makanya ia biasa saja.

"Aku butuh taksi untuk pergi ke pusat kota Seoul."gumamnya.

Sehun merogoh ponselnya, kemudian membuka situs layanan taksi online di situ. Ia mulai mem-booking satu taksi yang berada di dekatnya, lantas memutuskan untuk menunggu taksi itu datang sembari mendengarkan lagu lewat earphone-nya. Ia pun duduk di sebuah bangku trotoar dekat situ.

10 menit berlalu.

TIN TIN

Sehun menoleh, dan mendapati sebuah taksi yang datang di hadapannya. Sehun mempersiapkan barang bawaannya, kemudian memasukkannya ke dalam taksi.

"Ada yang bisa aku bantu?"tanya sang supir taksi.

"Yap. Pusat Kota Seoul, Kawasan Apartemen J."ucap Sehun, memberi alamat tujuannya.

"Baik, pak."

-XOXO-

"Ini bayarannya."

"Terimakasih, pak."

Sehun tersenyum pada supir taksi itu, kemudian mengambil barang-barangnya. Ia pun menatap kepergian taksi itu, lantas menatap sebuah gedung di hadapannya kini. Sehun menghela nafas pelan, kemudian merogoh ponselnya.

To : Dad

From : Sehun

Ayah, apa mobil Sehun sudah ada di apartemen?

Sehun mengirim pesan pada ayahnya, kemudian mengambil kunci apartemen. Ia berjalan memasuki apartemen yang cukup ramai itu, lantas menaiki lift menuju lantai 3 tempat kamarnya berada.

PING!

"Owh."gumamnya, ketika menyadari ponselnya berbunyi.

Sehun membuka lockscreen ponselnya, lantas membaca pesan yang dikirim dari sang ayah padanya.

To : Sehun

From : Dad

Sudah. Ada di garasi apartemen. Bibi Jung yang sudah memastikannya kemarin

Sehun menghela nafas lega, lantas mengangguk. Ia mulai menarikan jemari panjang nan kekarnya di atas keypad ponselnya. Senyum mengembang di bibirnya.

To : Dad

From : Sehun

Thanks

Sehun menaruh ponselnya ke saku, lantas bersiap dengan barang bawaannya ketika lift telah menunjukkan lantai 3. Sehun berjalan menyusuri karpet lantai itu, lantas menatap kamar-kamar di sana. Beberapa orang tampak mondar-mandir dari kamar, tapi Sehun tak ambil pusing.

Kamar 307

"Nah, ini dia."gumamnya.

Sehun meraih kunci apartemennya, kemudian membuka pintu tersebut perlahan. Ia menatap isi apartemennya, kemudian langsung memasukkan barang-barangnya ke dalam sana.

"Huft, packing-nya nanti saja."gumam Sehun.

Sehun merogoh ponselnya, kemudian membuka contact list dan berniat untuk menemukan seseorang dari kontak tersebut. Setelah menemukan kontaknya, barulah Sehun langsung mengiriminya sebuah sms.

To : Tuan Xi

From : Sehun

Mr. Xi, Sehun sudah sampai di apartemen. Apartemennya tidak mengecewakan. Terimakasih karena sudah memberi potongan harga kemarin, jadinya Sehun bisa tinggal di sini untuk beberapa waktu kedepan

Sehun pun mengirimnya.

Merasa lelah, ia pun segera berjalan ke kamar mandi dan memutuskan untuk mandi. Sehun meraih sebuah handuk dan peralatan mandi dari apartemen itu, kemudian langsung masuk ke kamar mandi dan memulai ritual mandinya.

15 menit berlalu.

Sehun keluar dari kamar mandi, dengan handuk yang melilit bagian private-nya. Ia sedang mengeringkan rambutnya, ketika ia merasa bahwa layar ponselnya menyala dari kejauhan karena ada pesan masuk.

Sehun pun mengeceknya.

To : Sehun

From : Tuan Xi

Ah, baguslah! Kau sudah sampai dengan selamat rupanya. Tak masalah. Ayahmu kan kawan denganku, makanya aku beri potongan harga khusus. Nikmati waktumu di Seoul, Sehun!

Sehun tersenyum miring, kemudian menaruh ponsel itu. Ia melanjutkan untuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, kemudian berjalan ke arah tas jinjing besarnya dan membukanya–mencari baju, mungkin.

Setelah menemukan pakaian yang ia butuhkan, ia pun berjalan ke kamar dan memakainya.

PING!

Sebuah pesan masuk.

Mendengar suara pesan, Sehun keluar dari kamar–dengan keadaan celana jeans yang belum terkancing–kemudian berjalan ke arah ponselnya. Sambil mengancingi celananya, ia pun membuka lockscreen ponselnya dan membaca pesan yang masuk.

To : Sehun

From : Tuan Xi

Emm, Sehun. Bapak mau minta tolong, bisa? Hari ini menginap dulu di rumah bapak, soalnya bapak mau membicarakan tentang proyek kemanusiaan yang dilaksanakan perusahaan bapak. Bapak perlu beberapa pendapat dari dosen sosiologi sepertimu. Bisa?

Sehun sedikit mempertimbangkannya, kemudian mendelik.

"Tak apalah, Hun. Hanya untuk sehari. Besok juga masih cuti."gumamnya.

Sehun pun mulai menarikan tangannya di atas keypad.

To : Tuan Xi

From : Sehun

Oh, tak masalah, pak. Saya bersedia. Lagipula, besok masih cuti, jadi menginap untuk sehari tidak masalah

Sehun menghela nafas pelan, lantas meraih tas besarnya dan mengancinginya. Ia pun menaruh carrier-nya di dalam kamar–di atas kasur, lebih tepatnya–kemudian menggenggam tas besarnya dan meraih kunci apartemen.

Sehun pun menutup pintu apartemen tersebut, lantas berjalan menyusuri lorong apartemen menuju garasi.

Sesampainya di lobby, Sehun berjalan ke arah resepsionis. Ia mengenali salah seorang pegawai resepsionis di situ, lantas menghampirinya.

"Oh, hai, Sehun! Sudah melihat isi apartemen barumu?"tanya yeoja itu, lantas tersenyum di atas kulit keriputnya.

"Sudah, Bibi Kim. Oiya, aku mau mengambil mobil yang dikirim ayah padaku beberapa waktu lalu. Boleh aku ambil kartu parkirnya? Malam ini aku mau menginap di rumah Tuan Xi dulu. Ada beberapa hal yang mau beliau bicarakan."ucap Sehun, kemudian menyodorkan kunci apartemennya pada Bibi Kim.

"Baiklah. Ini kartu parkirmu. Di D Parking Section, ya!"ucap Bibi Kim, diangguki Sehun.

-XOXO-

30 menit berselang.

Dengan mobilnya, Sehun merasa lebih cepat sampai di rumah Tuan Xi. Ia menatap alamat yang ada di ponselnya, lantas menyocokkannya dengan satu alamat di hadapannya saat ini.

"Oke, ini rumahnya. Such a big house."gumamnya, menatap kemegahan rumah tersebut.

Sehun mengklakson mobilnya, dan kemudian seorang security membukakan gerbang rumah tersebut. Sehun masuk dan memarkir mobil tersebut ke dalam halaman rumah, lantas semakin terpukau dengan keadaan rumah yang sangat indah itu.

"Sehun-ah!"

Sehun menoleh, lantas mematikan mesin mobilnya. Ia keluar dari mobilnya, kemudian disambut oleh seorang namja paruh baya yang berpakaian casual. Sehun tersenyum, lantas membungkuk padanya. Namja itu maju dan mendekap Sehun.

"Ohh, sudah lama tidak bertemu denganmu! Kau sudah besar sekarang! Tampan sekali!"ucap namja itu, dengan nada antusias yang kentara.

Sehun terkekeh mendengar pujian itu, kemudian mengangguk. Ia tak berniat untuk banyak bicara–sebagai bentuk hormatnya pada namja tersebut. Seorang maid datang dan membantu Sehun membawakan tasnya ke dalam.

"Masuklah! Kita bicarakan proyek kita di dalam!"ucap namja itu.

"Baik, Tuan Xi."

-XOXO-

"Jadi, apa pendapatmu, Sehun-ah?"

Sehun menatap Tuan Xi di hadapannya, lantas tersenyum simpul dan menyampaikan pendapatnya secara halus dan sopan. Tuan Xi mengangguk-angguk mendengar pendapat Sehun, lantas tersenyum setelah Sehun menyelesaikan pendapatnya.

PING!

"Oh, sebentar, ya."gumam Tuan Xi, lantas merogoh ponselnya di kantong.

To : Dad

From : Lu-deer

Dad, jemput tidak? Atau aku pulang sendiri saja?

"Ah, ini putriku. Aku sedang sedikit tidak enak badan, dan dia memintaku menjemputnya."gumam Tuan Xi, sambil agak menimbang jawaban apa yang harus ia berikan pada putri semata wayangnya.

Sehun mengernyit. Tuan Xi punya seorang putri? Sehun belum mengetahui hal itu. Ia sedikit penasaran dengan sosok putri dari orang yang sangat ia hormati ini, dan sepertinya sebuah ide terlintas di pikirannya.

"Bagaimana kalau saya saja yang menjemputnya? Hitung-hitung untuk berkenalan."ucap Sehun, membuat Tuan Xi tersenyum gembira karena mendapat bantuan.

"Wah, benarkah? Terimakasih, Sehun-ah! Baiklah! Aku yakin kau akan tertarik dengan putriku ini."ucap Tuan Xi, kemudian dengan segera memijit huruf-huruf di keypad untuk membalas putrinya.

To : Lu-deer

From : Dad

Sorry, dear. Ayah ada keperluan. Ayah akan kirim seseorang untuk menjemputmu

"Tadi dia pergi ke mal dekat rumah. Kau bisa ke sana dalam waktu sekitar 10 menit menggunakan mobil. Aku sangat berterimakasih padamu, Sehun-ah."ucap Tuan Xi, diangguki Sehun dengan senyuman.

"Tidak masalah, Tuan Xi."ucap Sehun.

"Nama putriku adalah Xi Luhan."ucap Tuan Xi.

Xi Luhan? Rusa?; batin Sehun, agak terkikik sendiri karena arti nama unik itu.

Sehun merogoh kunci mobilnya, kemudian segera masuk ke dalam mobilnya dan melaju untuk menjemput putri dari Tuan Xi tadi. Sebenarnya seperti apa, ya, wajah putri semata wayang Tuan Xi?; batin Sehun, mengantisipasi.

-XOXO-

Sehun melajukan mobilnya perlahan, kemudian berhasil menemukan mal yang tadi dibicarakan oleh Tuan Xi. Ia memelankan laju kendaraannya, kemudian menelusuri trotoar.

Ia menemukan seorang yeoja, tengah berjalan menyusuri trotoar perlahan, dengan headset di kepalanya. Yeoja itu mengenakan coat bulu, rambut gelombang yang bersinar, dengan sebuah bootheels yang menambah sisi menawan dirinya. Tangannya dikantungi ke dalam coat, dan Sehun merasakan getaran dalam dirinya.

Yeoja ini sangat anggun.

TIN TIN

Sehun menekan klakson dua kali, dan yeoja itu menoleh seraya melepas sebelah headset-nya. Sehun merasakan bahwa nafasnya agak tercekat, melihat kesempurnaan wajah dari yeoja tersebut. Cantik? Sehun tak bisa mengelaknya.

Yeoja itu menatap mobil Sehun sekilas, kemudian kembali melanjutkan jalannya. Sehun terkekeh, menyadari bahwa yeoja itu adalah Xi Luhan–dia memiliki raut wajah milik ayahnya yang memang rupawan, namun dengan keanggunan ibunya.

Sehun melajukan mobilnya perlahan, kemudian kembali mengklakson.

TIN TIN

Yeoja itu menoleh dengan kesal, kemudian melepas headset-nya, menggantungkannya di leher dan berjalan menuju kursi kemudi. Sesuai dugaan Sehun, ia mengetuk kaca jendela Sehun.

TOK TOK

"Maafkan aku, tuan. Apa aku ada perlu denganmu?"tanya yeoja, dengan nada sarkastik yang kentara.

Sehun tersenyum, mendengar nada khas yeoja angkuh namun masih terbilang santun itu.

"Apa kau Xi Luhan?"tanya Sehun.

"Siapa lagi? Memangnya kenapa?"tanya yeoja, menatap dengan jengah.

"Aku diberi amanah untuk menjemputmu."ucap Sehun, memberi penjelasan singkat.

"Aku tak mengenalmu. Bisa saja kamu hanya orang yang berpura-pura bahwa ayahku menyuruhmu menjemputku padahal sebenarnya kau adalah seorang pencuri dan kemudian menyandera aku dan mengirim uang tebusan pada ayahku."ucap Luhan–oke, ini terasa seperti sebuah drama.

Dalam hati, Sehun tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasan–sangat–konyol dan dramatis dari Luhan. Yeoja ini benar-benar menarik; batin Sehun.

"Kalau aku jahat, aku akan melakukan itu sedari tadi."ucap Sehun, lebih sarkastik lagi–meski bibirnya berusaha sekuat tenaga menahan tawa.

"Sorry?"tanya Luhan, terdengar seperti agak kaget dengan jawaban itu.

"Jangan buang waktu. Naiklah."ucap Sehun.

Yeoja itu menghela nafas berat, kemudian menaiki mobil Sehun di bangku belakang. Sehun melirik dari spion tengah, menatap seksama yeoja yang kini tengah bersandar ke jendela itu.

"Kau tak mau duduk di kursi penumpang depan?"tanya Sehun, digelengi Luhan dengan tegas.

"Nope, thanks. Aku lebih nyaman di belakang. Bahkan jika kau adalah ayahku pun aku akan lebih nyaman di belakang karena aku bisa tidur dengan leluasa."ucap Luhan, dengan jawaban yang terdengar cukup polos untuk ukuran yeoja arogan usia kuliah seperti Luhan.

Sehun tersenyum samar. Dalam hatinya, ia semakin merasa penasaran dengan yeoja sarkastik nan arogan namun memiliki sisi cute dan polos itu. Agar bisa tidur? You've gotta be kidding me; batin Sehun.

"Mau berkenalan?"tanya Sehun, selagi melajukan mobilnya–bermaksud memecah keheningan.

"Terserah."

Sehun bersiul dalam hati, mendapat jawaban berani itu.

"Aku Oh Sehun."ucap Sehun, seraya menatap sekilas ke arah kaca spion tengah.

"Kau sudah tahu siapa aku, kan? No question, please."ucap Luhan, dengan tangan yang bergerak mengikuti kata-katanya–Sehun akhirnya menyadari bahwa yeoja di belakangnya ini sangatlah ekspresif.

Sehun tersenyum mendengar tanggapan Luhan. Luhan adalah yeoja yang sarkastik, sombong, sekaligus cantik, anggun, dan imut di matanya. Hanya di pikiran Sehun, tentunya.

Karena terdengar sangat awkward, Sehun serasa ingin menghantam kepalanya ke dashboard.

-XOXO-

"Terimakasih sudah menjemput Luhan, Sehun-ah."

Tuan Xi tersenyum, dengan Sehun yang membungkuk singkat. Sehun menatap Luhan yang kini tengah memainkan ponselnya di samping ayahnya, dan Tuan Xi hanya bisa menggeleng-geleng melihat kelakuan anak semata wayangnya itu.

Sehun tahu, bahwa Luhan sebenarnya sedang menghindar untuk melakukan kontak–baik kontak mata maupun suara–dengan dirinya.

"Luhan! Berterimakasihlah pada Sehun!"pinta Tuan Xi, dengan sedikit berbisik–Sehun mampu mendengar bisikan itu.

"Ish, aku kan tidak memintanya menjemputku."ucap Luhan, kemudian disambut oleh tatapan membunuh sang ayah–Sehun tertawa keras dalam hatinya.

Luhan menatap Sehun, yang kini tengah menatapnya intens. Luhan memasang wajah cemberutnya, kemudian menatap Sehun dan mengangguk singkat.

"Terimakasih sudah mengantarku pulang."ucap Luhan, kalau saja kau tak menjemputku, aku tak usah berterimakasih seperti ini; batinnya.

"Sama-sama."sahut Sehun, kau terdengar seperti tidak ikhlas; batinnya.

"Baiklah! Sebagai tanda terimakasih, aku akan mengenalkanmu lebih jauh kepada anakku, dan Luhan! Kau akan menemani Sehun untuk sekarang."ucap Tuan Xi.

Sehun tahu, bahwa yeoja ini tak mau berlama-lama dengannya. Tampak sekali ketidak-ikhlasannya dalam menemani Sehun, tetapi Sehun dapat menangkap kepasrahan yeoja itu atas perintah ayahnya. Sehun hanya bisa menatap yeoja itu tepat ke matanya, intens sekali.

Mata itu.. mata yang sangat tajam.

-XOXO-

"Oh, jadi Tuan Oh ini adalah dosen muda? Wah, luar biasa! Sudah mapan dengan hasil kerja sendiri, tampan pula!"

Nyonya Zhang tak dapat menghentikan pujian-pujiannya kepada Sehun–jelas bahwa dia sangat ingin tahu tentang Sehun. Sehun hanya bisa menunduk malu mendengar ucapan dari Nyonya Zhang ini. Dia tidak sehebat apa yang ada di pikiran Nyonya Zhang, lagi-lagi itu adalah pendapat Sehun di kepalanya.

"Ah, tidak juga. Kalau bukan karena potongan harga apartemen dari Tuan Xi, saya tidak mungkin mampu bayar."ucap Sehun–berniat–melucu.

Sehun menatap Luhan, yang kini tengah menatap makanan di hadapannya dengan malas. Yeoja itu tampak cemberut, dengan garpu yang hanya menusuk-nusuk daging tenderloin tak berdosa di hadapannya.

Sehun tersenyum kecil menatapnya, kemudian kembali menatap Tuan Xi dan Nyonya Zhang yang kini tengah bertanya-tanya tentang kehidupan pribadi Sehun.

-XOXO-

"Luhan-ah, Sehun mau menginap di rumah hari ini karena mau membicarakan satu proyek kemanusiaan bersama ayah. Kau berkenan mengantarnya ke kamar, kan?"tanya Tuan Xi.

Sehun memandangi wajah Luhan, yang kini tengah mendengus dan memaksakan diri untuk berdiri. Sehun mengangguk tanda terimakasih, kemudian bergegas menuju tas besarnya yang masih ada di ruang depan. Luhan menghampirinya, kemudian menatap tas besar itu.

"Aku tahu bahwa kau tak berkenan aku ada di sini."

Sehun tak memperhatikan raut wajah Luhan, kemudian namja itu tersenyum menatapnya, membuat Luhan hanya mendelik pelan.

"Entahlah. Sounds like you are not that interesting as what my parents are thinking about."ucap Luhan, memberikan penjelasan.

Sehun berjalan lebih dulu, dengan Luhan di belakangnya. Luhan menunjukkan jalannya menuju kamar tamu, dan Sehun sedikit terpana dengan kemegahan rumah tersebut.

"Aku penasaran beberapa hal."

Sehun menatap Luhan, berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Luhan. Sehun menatapnya, membuat Luhan juga menatapnya dengan beberapa kali kerjapan.

What a cute creature.

"Kenapa kau belum memutuskan untuk menikah? Orangtuamu ingin sekali cepat menggendong cucu."ucap Sehun.

Sehun tahu itu adalah pertanyaan yang sangat klasik untuk Luhan, tetapi Sehun tak bisa membendung dirinya untuk bertanya. Luhan sudah siap untuk merajut bahtera rumah tangga, tetapi yeoja ini belum menunjukkan tanda-tanda untuk melakukan itu.

"Lulus kuliah saja belum, belum lagi pekerjaan nanti. Aku tidak ada niatan sama sekali untuk dekat dengan namja manapun. Yah, untuk saat ini."ucap Luhan.

Klise sekali; batin Sehun.

"Kau harusnya sudah mempertimbangkannya. Umur produktif yeoja untuk menikah adalah 23-25 tahun."ucap Sehun, membuat Luhan menoleh.

"Well, aku ada di tengah-tengah umur itu."ucap Luhan.

Sehun berjalan di belakang Luhan, berjalan seraya memperhatikan tangga. Beberapa saat kemudian, terasa tepukan tangan Luhan pada pundak Sehun.

"Lalu kenapa kau tidak menikah juga?"tanya Luhan–sepertinya yeoja ini penasaran.

Sehun menaikkan satu alisnya, kemudian menghela nafas pelan. Ia menatap langkah kakinya pada tangga yang terasa panjang itu, kemudian kembali menatap wajah Luhan.

"Itu karena aku belum menemukan yeoja yang tepat. Kau tahu, lah. Aku dosen sosiologi, jadi sudah biasa memperhatikan–"

"Wait!"

Sehun menatap Luhan, yang kini tengah menginterupsinya.

"Jadi kau dosen sosiologi?"tanya Luhan, diangguki Sehun.

"Yap. Dosen pengajar, bukan dosen tetap. Masih termasuk tipe honorer."ucap Sehun.

"Tentu saja! Kau menyadari ekspresi-ekspresiku karena kau adalah dosen sosiologi! Good news, Luhan! Kau takkan bisa berbohong!"gumam Luhan, membuat Sehun terkekeh renyah.

"Tenang saja. Kebohongan itu tak semuanya buruk. Kalau itu bohong yang baik, tentu saja dijaga rahasianya."ucap Sehun, diangguki Luhan.

"Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa belum menikah?"tanya Luhan.

Sesampainya di lantai 2, Sehun hanya menatap Luhan yang kini masih berani menatapnya–menuntut satu jawaban. Sehun mulai semakin tertarik pada Luhan karena kelakuan menatapnya itu.

Pasalnya–selama ini–tak pernah ada yang bertahan menatap mata tajam Oh Sehun dalam kurun waktu 5 detik.

"Aku belum menemukan yeoja yang tepat. Dengan keahlianku menganalisis wajah, aku bisa tahu pribadi setiap orang seperti apa."ucap Sehun, membuat Luhan mengerjap.

"Kau tahu aku seperti apa?"tanya Luhan, terdengar penasaran.

Sehun sedikit berpikir, kemudian mengangguk. Dia mulai menerawang, merangkai kata untuk menjawab pertanyaan Luhan tadi.

"Cerewet, pemberontak, sinis, angkuh. Namun, dengan garis keanggunan yang kentara dan senyum manismu membuat semua orang berpikir kau adalah orang baik."ucap Sehun.

Ada keterdiaman setelah itu. Sehun tahu, bahwa Luhan kini tengah memikirkan baik-baik pendapat Sehun terhadap dirinya. Sehun hanya bisa tersenyum samar.

"Aku tidak anggun."ucap Luhan, lirih.

Sehun hanya bisa memutar bola matanya malas.

"Kalau kau tidak anggun, lalu kenapa kau terus saja mengangkat tanganmu sebatas pinggang dan menaruhnya di depan? Itu pose yang sangat anggun."ucap Sehun.

Sehun memperhatikan Luhan, yang kini tengah menaruh tangannya di depan pinggangnya, menangkupnya bak seorang putri raja, dan berjalan dengan perlahan dan dengan kepala ditegakkan. Tentu saja itu anggun.

"Entahlah. Sudah kebiasaan, mungkin."ucap Luhan.

Sesampainya mereka di kamar tamu, Luhan membukakannya. Sehun memasuki kamar itu, kemudian berhenti di ambang pintu.

"Kau yakin tak apa? Pertimbangkan tentang permintaan ayahmu untuk menikah itu. Buat kedua orangtuamu senang."ucap Sehun.

Luhan tampak terdiam, melipat tangannya di dada, kemudian mengangguk. Sehun mengangguk, kemudian pamit undur diri dan langsung menutup pintu kamar tamu itu.

"Huft, semua orang sama saja. Menanyai status pernikahan orang.. Memang mereka siapa? Undangan juga bukan."gumam Luhan, dari balik pintu.

Tak menyadari bahwa Sehun mendengarnya dan namja itu hanya terkekeh pelan.

-XOXO-

Sehun membereskan dirinya, kemudian menatap pancaran cahaya lampu meja di kamarnya. Ia membuka sebuah buku tebal, kemudian membacanya untuk mengisi waktu luang.

Tiba-tiba, Luhan muncul dalam pikirannya.

Sehun menghela nafas. Yeoja itu tak dapat lepas dari pikirannya. Sehun mulai tidak mengerti dengan dirinya. Yeoja itu angkuh, sombong, bahkan tidak sopan pada orang asing, namun kenapa hanya yeoja itu yang ada di pikiran Sehun sekarang?

Kenapa Sehun tidak memikirkan orang lain–semisal, Nyonya Zhang–?

"Aku tak tahan lagi."gumam Sehun.

Ia berjalan keluar dari kamarnya, kemudian berjalan menyusuri lorong menuju satu kamar yang masih satu lantai dengannya.

TOK TOK TOK

"Siapa itu?"

"Oh Sehun."jawab Sehun.

CKLEK

Seseorang membukakan pintu kamar itu, dan ternyata adalah Luhan.

"Ada apa?"tanya Luhan, menatap wajah Sehun yang sedikit tidak kelihatan karena hari sudah gelap.

"Tidak ada. Kau belum tidur? Insomnia?"tanya Sehun, menatap Luhan yang kini tampak sedikit kacau.

"Kinda. Belum mengantuk."ucap Luhan.

Sehun bersandar pada ambang pintu, sedang Luhan berdiri di hadapannya dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku piyamanya. Sehun tersenyum, kemudian menghela nafas pelan dan menatap Luhan yang kini tengah menatapnya.

"Kau yeoja yang menarik, Lu."gumam Sehun.

"Menarik? Aku tidak menarik benda apapun."ucap Luhan.

Jawaban macam apa itu..; batin Sehun, menyadari kepolosan–atau lebih tepatnya kebodohan–Luhan dalam menjawab pertanyaannya tadi. Tapi entah kenapa, Sehun semakin tersenyum ke arahnya.

"Maksudku, kau itu beda dari yang lain. Aku merasakannya."ucap Sehun.

Luhan menatap Sehun–terlihat sekali kalau dia sedang bingung–lantas menggeleng pelan. Ia mendekati Sehun, kemudian bersender di ambang pintu depan Sehun.

"Mana beda. Semua yeoja itu sama. Angkuh, iya. Cerewet, iya. Hanya saja, fisik mereka yang membedakan. Aku? Aku tidak punya kelebihan apa-apa."ucap Luhan, dengan wajah cemberut yang entah kenapa terlihat sangat manis di mata Sehun.

"Kau kuliah jurusan apa?"tanya Sehun, mengalihkan pembicaraan.

"Desain grafis."jawab Luhan.

"Well, kau bisa jadi designer kalau mau. That simple. Kau punya keahlian."ucap Sehun, menarik kesimpulan dengan cepat.

Luhan agak terdiam karena jawaban Sehun, dan kemudian terdengar deheman lembut dari bibirnya.

"Darimana kau tahu bahwa aku sedang memikirkan diriku yang tak punya bakat apapun?"tanya Luhan, dengan nada interogasi yang kentara.

"Simpel saja. Karena aku adalah dosen sosiologi."

Sehun tak dapat berhenti tersenyum ke arah Luhan.

-XOXO-

Sehun sudah kembali ke apartemennya. Tentunya, ia sudah berpamitan pada Tuan Xi–namun ia belum pamitan pada Luhan. Sehun tak bisa menyangkal, bahwa dia memang menghindari Luhan saat itu karena ia tidak mau membuat dirinya tidak mau pergi.

Membingungkan? Iya.

Sehun mulai mengajar sebagai dosen muda di salah satu universitas di Seoul, dan ia pun menjadi seorang dosen yang populer–terutama di kalangan mahasiswi karena umur Sehun dengan mahasiswi di situ tidak lah terlampau jauh.

Tapi, tak ada yang menarik minat Sehun.

Sudah beberapa bulan berlalu semenjak ia terakhir bertemu Luhan.

Sehun sudah beberapa kali berusaha mengamati yeoja-yeoja di universitasnya–baik itu dosen lajang maupun mahasiswinya. Tak ada yang membuahkan hasil, dan tak ada yang berhasil membuat dada Sehun bergetar saat melihatnya.

Sehun menatap jurnal psikologinya. Ada salah satu catatan yang ia buat khusus tentang Luhan, putri semata wayang kawan ayahnya itu. Ia selalu saja tersenyum, ketika menatap catatan itu.

Dan ia tak dapat memungkiri bahwa ia merindukan yeoja itu.

XI LUHAN

Dia adalah yeoja yang sangat unik. Di satu sisi, ia memiliki sifat arogansi dan angkuh yang sangat kentara. Egoisme masih menguasai dirinya, dan sepertinya merupakan seorang yang konsumtif.

Tapi di sisi lain, sebenarnya dia sangatlah baik, manis, dan imut. Dia seorang yang cukup penurut, walau dia terkesan selalu menghindari hal-hal berbau perjodohan. Baik itu dalam bentuk percakapan atau tindakan.

Dia hanya beda 2 tahun denganku, dan aku sangat menyukai ketika ia terlihat seperti merajuk di hadapanku. Cantik. Ya, dia memang cantik. Dia memiliki sisi anggun yang berbeda dari yeoja-yeoja yang pernah aku amati, dan aku tak pernah sedetail ini memperhatikan seorang yeoja.

Sehun terdiam menatap note-nya, kemudian menghela nafas pelan. Ia menerawang, menatap langit-langit ruang kerjanya di universitas.

BRAK!

Tiba-tiba, ia menggebrak meja. Sehun menatap telepon kantor di meja kerjanya, kemudian menatap sebuah foto yeoja manis yang tengah tersenyum–foto yang ia minta dari Tuan Xi sebelum berpamitan.

"Aku tak tahan lagi."

Dan ia pun mulai menekan beberapa tombol angka.

-XOXO-

Satu tahun berlalu.

Sehun tengah menginjakkan kaki di bandara internasional di Incheon. Ia menatap jam tangannya, menunggu seseorang untuk datang.

Sehun tak banyak berubah. Mungkin hanya garis ketampanannya yang semakin kentara–dan ia sedikit bertambah tinggi.

"Sehun-ah!"

Sehun menoleh, lantas tersenyum dan mengangkat tangannya. Sehun melambai pada sepasang manusia paruh baya yang membawa koper di masing-masing tangannya. Sehun menghampiri mereka, kemudian mendekap mereka satu persatu dan mengecupi sisi kepala mereka.

"Ah, sudah lama semenjak terakhir kita bertemu."ucap sang namja paruh baya, dikekehi Sehun.

"Ayo. Sehun antar ayah dan ibu ke Tuan Xi."

-XOXO-

Tuan Xi dan Nyonya Zhang menyambut baik mitra kerja mereka, dan juga kedatangan Sehun membuat suasana rumah menjadi hangat. Mereka mempersilahkan Sehun dan keluarganya untuk duduk di sofa ruang tamu.

"Sebenarnya, ada apa ini datang ramai-ramai kemari?"tanya Nyonya Zhang, to the point.

Tuan Oh–Ayah Sehun–menatap anaknya yang kini tengah saling mengusap kedua tangannya. Ia gugup, dan sang ayah menyadari hal itu. Tuan Oh mengusap pundak Sehun, membuat namja itu menatapnya.

"Ucapkan saja, nak. Pelan dan tenang."ucap Tuan Oh.

Nyonya Kim–Ibu Sehun–mengusap tangan anaknya yang saling tertangkup, memberi kekuatan. Sehun menghela nafas pelan, kemudian mengangguk mantap.

"Saya kemari membawa kedua orangtua saya dari Amerika. Saya sudah memikirkan ini matang-matang, dan rasanya tidak lengkap kalau belum menyampaikan secara langsung."

.

.

"Saya, dengan mantap, bermaksud untuk melamar Xi Luhan."

PING!

Dan kemudian, ponsel Tuan Xi berbunyi. Ia mendapati sebuah sms.

To : Dad

From : Lu-deer

Dad, mau menjemputku, tidak? Di taman kota. Aku baru saja melukis beberapa pemandangan, jadi kanvasnya ada sedikit banyak

Oh, ternyata dari Luhan.

Tuan Xi dan Nyonya Zhang tak dapat membendung kebahagiaan mereka. Ia menatap Sehun, yang kini tampak tengah menelan ludah berat.

"Kau mau menjemput Luhan lagi, Sehun-ah?"tawar Tuan Xi.

Tanpa ragu, Sehun mengangguk.

-XOXO-

Setelah menjemput Luhan di taman, dan sesampainya di rumah pun Luhan tak bisa berpikir jernih ketika menatap pemandangan di hadapannya. Saat mengetahui bahwa dia dilamar oleh Sehun, Luhan hampir saja jatuh pingsan ke belakang.

Dramatis? Ya. Itulah Luhan.

Sehun tak dapat menahan tawanya, ketika melihat Luhan yang berkali-kali mencubiti tangannya–berusaha meyakinkan bahwa ini adalah mimpi (read, detail ini belum diceritakan pada PART ONE : LUHAN sebelumnya).

"Kau sudah bangun?"tanya Sehun.

"Ka-kau melamarku?"tanya Luhan, tak dapat membendung mulutnya untuk bertanya.

Sehun tersenyum–tanpa berkata-kata–kemudian mengangguk.

Dan lagi, yeoja itu jatuh pingsan.

Sekali lagi, Sehun dibuat tertawa terpingkal-pingkal oleh kelakuan yeoja di hadapannya ini.

THE END

.

.

.

.

Epilogue

Setelah akhirnya mendapat penjelasan dari Sehun tentang 10 List Manusia (Perempuan) yang ia temukan di kamar, Luhan terdiam. Ia sedikit terpikirkan tentang list versi perempuan itu.

"Karena dia membuat list perempuan, sekarang aku buat list lelaki, ah!"gumamnya, riang.

Luhan berjalan memasuki kamarnya, kemudian meraih sebuah pena dan secarik kertas. Dalam keheningan, ia mulai mencerna pikirannya, dan menuangkan isinya ke atas kertas putih polos itu.

10 FAKTA TENTANG MANUSIA

(Laki-laki)

Laki-laki itu sangat pekerja keras, melebihi perempuan

Mereka dapat dengan mudah ditaklukan oleh perempuan yang membuat mereka berdebar (contoh nyata : Sehun di hadapanku khkhkh)

Laki-laki lebih berpikir menggunakan logika daripada perasaan (fakta yang sangat tidak aku suka, hufftt -_-)

Mereka sangat suka membuat perempuan kesal dan merona (Sehun banget)

Laki-laki itu suka menyelami pikiran mereka. Untuk mengekspresikannya, mereka lebih suka lewat tindakan daripada kata-kata (pengecualian untuk buaya darat, ewwhh)

Mereka sangat mentoleransi perubahan, khususnya perubahan yang baik

Laki-laki tidak pernah menyerah kalau belum memulai. Mereka akan bekerja dulu untuk membuktikan apakah mereka bisa atau tidak

Bijaksana, pastinya

Mereka akan melakukan apapun untuk membuat perempuannya senang, dan sangat membenci airmata dari perempuan yang mereka cintai

Mereka sangat menghormati perempuan

Note : Di belakang setiap laki-laki hebat, pasti ada perempuan yang lebih hebat

Luhan tersenyum, menatap note yang telah ia tulis. Well, dia tidak berniat untuk memperlihatkannya pada Sehun.

Andaikan Sehun tahu, mungkin namja itu akan nge-fly hingga tidak turun-turun. Bermimpilah..

(Bener-bener) THE END

Note :

Well, gimana readers? Huang and Wu berusaha menyatukan plot dari yang PART ONE : LUHAN dengan yang PART TWO : SEHUN. Semoga kalian suka!

Untuk EXO's Special Oneshot Birthday Project selanjutnya adalah... TAO!

Project ini resmi Huang and Wu jalankan, dan Huang and Wu mohon maaf kalau nanti ada keterlambatan upload FF sesuai ultah member EXO sekalian hehe (read my bio : tergantung terhadap WI-FI)

Hailang mana suaranyaaaa? . Tunggu special oneshot berikutnya ya!?

Dan untuk salah satu readers, di serial cerita ini Sehun bisa baca bahasa tubuh orang. Memang lebih ke psikologi, tetapi dalam ilmu sosiologi, psikologi itu penting :) Dan lagi, Sehun memerhatikan Luhan dari cara dia berkomunikasi dengan Sehun hehe

So, mind to REVIEW and FAVOURITE, please??

HUANG AND WU