Lemon Tea Candy
Disclaimer : Masashi Kishimoto and Nunu Gie
WARNING: misstypo(s), OOC, OC, latar diambil saat para chara sudah bekerja
Enjoy reading!
.
.
.
Prolog : Sakura Haruno
Isak itu masih terdengar. Sakura berusaha menghapus sisa-sisa air mata dengan punggung tangannya. Luka di lututnya masih terasa perih dan darah terus mengucur. Gadis kecil itu meniupnya perlahan, berusaha meredam rasa sakit di kaki mungilnya. Kemudian ia memiringkan kepalanya, memperhatikan luka lecet akibat terjatuh di lapangan karena tak hati-hati saat berjalan. Ada butiran-butiran tanah yang lengket dan mengotori luka itu. Sakura menyapu halus butiran tanah itu hingga lukanya terlihat lebih jelas.
Embusan angin perlahan bertiup hingga rambut-rambut merah muda di pelipisnya melambai-lambai. Sakura mengangkat wajahnya. Ia menyipitkan matanya dan mengangkat telapak tangan kanannya sejajar alis, melindungi mata emerald bulatnya dari semburan sinar matahari yang menyilaukan. Matahari senja kala itu sudah berubah merah keemasan dan seperempat bulannya bersembunyi di balik gedung-gedung pencakar langit. Sakura menghembuskan nafas, lalu menunduk murung.
"Kau sedang apa?" Terdengar suara anak laki-laki yang asing bagi Sakura.
Sakura mendongak. Anak laki-laki itu duduk di sampingnya, lalu memandang lurus, menatap ke arah matahari yang perlahan tenggelam. Sejenak Sakura tertegun melihat anak laki-laki di sampingnya itu. Siluetnya begitu sempurna dan mengagumkan, hingga tak sadar ia menahan nafas kala menatapnya.
"Lututmu kenapa?" tanya anak laki-laki itu seraya menoleh lalu melihat lutut Sakura yang lecet. Sakura terhenyak. Segera ia menunduk, menyembunyikan pipinya yang memerah. Lalu, ia menggeleng malu sambil berusaha menutupi lukanya dengan tas sekolah cokelat kecil miliknya.
"Sakit?" tanya anak laki-laki itu sekali lagi. Sakura menggeleng lemah. Anak laki-laki itu menatapnya sekilas. Ia kemudian merogoh sesuatu dari dalam saku celananya. "Buatmu!" Ia menyodorkan sebungkus Lemon Tea Candy pada Sakura. Lagi-lagi Sakura menggeleng malu.
"Ayolah terima…" katanya, "Seharusnya aku memberimu plester, tapi aku tidak punya. Aku hanya punya ini. Mudah-mudahan lukamu cepat sembuh." Ia tersenyum kecil. Senyum yang mampu membuat wajah Sakura menjadi lebih merah. Sakura kini memperhatikannya.
"Aku akan membukanya untukmu." Ia menyobek bungkus permen berwarna hijau itu dan memberikannya kepada Sakura. "Cobalah!"
Sakura membuka mulutnya, membiarkan permen itu menjelajah mulutnya. Anak itu tersenyum saat Sakura menerima permen itu. "Bagaimana? Enak?"
Sakura mengangguk sambil tersenyum. Anak laki-laki itu ikut tersenyum seraya melemparkan pandangannya, jauh ke atas awan. Lalu, ia menghembuskan nafas panjang.
"Aku sangat menyukai permen ini," ujar anak laki-laki itu, "rasanya begitu nyaman di mulutku."
"Biasanya aku menikmati permen ini sambil menutup mata dan membiarkan imajinasiku melayang, membawaku ke tempat-tempat indah yang ingin ku kunjungi," sambungnya. Anak itu menoleh pada Sakura, "kau mau mencobanya?"
Sakura tampak ragu, namun tak lama kemudian ia mulai mengangguk pelan.
"Sekarang tutup matamu," perintahnya, "bayangkan kau memiliki sepasang sayap indah seperti bidadari." Bagai terhipnotis, Sakura mengikuti instruksi yang diberikan anak itu.
"Kemudian, kau terbang di atas kebun bunga yang indah. Di sana, kau bertemu dengan orang-orang yang kau sayangi dan tersenyum pada mereka…" ucapannya terhenti tiba-tiba dan Sakura seperti tidak menyadarinya. Sesekali gadis kecil itu tersenyum dan wajahnya merona merah. Entah apa yang dibayangkannya, namun sepertinya sesuatu yang membahagiakan tengah dalam bayangannya.
"Sakura?" Bahu Sakura berguncang. Segera ia membuka mata dan melihat Gaara di depannya, "Kamu sedang apa?"
Sakura tertegun. Alis matanya bertaut, bola matanya berputar pelan. Lalu, ia memanjangkan lehernya, mencari seseorang.
"Kamu cari siapa?" tanya Gaara sambil menoleh ke belakang, mengikuti arah pandangan Sakura. Nihil. Hanya gedung-gedung pencakar langit berdempet yang ia lihat.
"Kamu lihat anak laki-laki yang tadi ada di sini?" Sakura bertanya sambil mengitari sekeliling dengan sorot matanya.
"Anak laki-laki?" Gaara mengernyit heran.
"Sepertinya dia sekolah di sini." Sakura menunjuk gedung sekolah di belakangnya. Sekolah swasta milik sebuah yayasan dimana SD, SMP, dan SMA berada dalam satu komplek gedung yang sama.
Gaara menggelengkan kepalanya. "Dari tadi aku hanya melihatmu lagi nutup mata sambil senyum-senyum sendiri."
"Aneh," gumam Sakura seraya mengernyitkan dahinya heran.
"Mungkin itu hanya khayalanmu," tukas Gaara.
Sakura menggeleng. Ia yakin bahwa semua itu nyata. Ia yakin tadi seorang anak laki-laki mengajaknya bicara.
"Sudahlah," ujar Gaara, "aku sudah beli plester di toko depan gerbang. Mana lukanya? Sini kupasangkan." Gaara membuka kemasan plester, kemudian menempelkannya dengan hati-hati di lutut Sakura.
Sakura berjengit kesakitan saat plester itu menyentuh lututnya, sementara kepalanya masih saja memikirkan sosok anak laki-laki misterius itu.
"Ayo pulang!" Gaara berdiri sambil mengulurkan tangannya. Sakura mengangguk dan menyambut uluran tangan Gaara. Konoha kini telah diliputi setengah kegelapan. Sakura berusaha berdiri, namun detik kemudian ia tertegun saat dirasakannya kakinya menginjak sesuatu.
Sakura tertegun. "Ini…"
"Kenapa?" tanya Gaara. Ia menatap gadis kecil itu heran.
Seolah tak mendengar ucapan Gaara, ia merendahkan tubuhnya dan mengambil benda yang tak sengaja diinjaknya itu. Ditatapnya benda itu lekat-lekat.
"Sakura," panggil Gaara, "ada apa dengan bungkus permen itu?" Sakura kecil tak bergeming. Ia tetap diam, sementara Gaara menatapnya dengan alis bertaut.
"Ini…" gumam Sakura, "Gaara-kun! Inilah bukti bahwa anak laki-laki itu memang ada!" Sakura tersenyum girang.
"Lalu," ujar Gaara, "kau mau mencarinya?" Sakura mengangguk.
"Suatu saat nanti," gumam Sakura, "aku akan menemukannya, Gaara-kun."
Sakura melempar tatapannya ke langit. Kini setengah wujud dewi malam telah keluar dari kabut lembayung senja yang membungkusnya sedari tadi. Untuk merayakan kebebasannya dari siang, sang dewi malam menyiratkan secercah senyum lembutnya ke arah dua anak kecil di taman belakang sekolah swasta di Konoha, Konoha Gakuen, yang besar. Mereka berlindung di bawah bayangan atapnya.
"Ayo kita pulang, Gaara-kun," ajak Sakura seraya tersenyum lembut ke Gaara yang sedari tadi memndanginya heran, "aku nggak mau Temari-nee marah ke aku karena aku membuat Gaara-kun pulang telat hari ini. Gomen, ya."
Gaara menggeleng tak enak. "Tak usah pedulikan, Sakura-chan. Temari-nee memang protektif."
Sakura tertawa kecil mendengarnya, "Lalu? Apakah itu alasan untuk kita tetap disini sampai larut malam?" tanya Sakura. Gaara langsung memotongnya.
"Tentu saja tidak!" sahut Gaara, "Aku juga nggak mau dimarahin tante Misaki kalau anak gadisnya tersesat di hutan belakang karena menungguku membeli plester di depan gerbang."
"Yah, kau ini ada-ada saja, Gaara-kun. Tak mungkin Kaa-san memarahimu." Sakura telah berdiri. Dibersihkannya rok hitam kotak-kotaknya yang kotor karena berciuman dengan tanah. "Sudah, yuk, kita pulang."
Gaara mengangguk. Sakura tersenyum kecil sekali lagi, kini perasaan bahagia tengah membuncah di dalam hatinya. Gaara yang melihatnya hanya heran, namun sedetik kemudian ia langsung mengalihkan pandangannya ke langit. Malam telah menyergap. Mereka harus bergegas. Tak baik dua anak kecil berkeliaran malam-malam.
"Aku akan menemukannya," gumam Sakura, "seseorang yang telah mengenalkanku dengan Lemon Tea Candy ini." Sakura menggenggam bungkusan permen itu erat. Wajah bulat cantiknya menengadah seraya melangkah.
"Perhatikan langkahmu, Sakura-chan," ujar Gaara, "nanti kau terjatuh." Sakura tertawa kecil, lalu kembali berjalan dengan memandang lurus jalanan.
"Ups, sori, Gaara-kun. Aku terlalu asyik melihat bintang tadi." Sakura melihat ke arah bulan sekarang, "Apakah kita akan mengadakan tsukimi hari ini?"
Gaara hanya mengangkat bahu.
TO BE CONTINUED
.
.
.
AN: Fic baru lagi dari Author yang stress mau bikin alur Pertemuan Badai ==v Gomennasai, minna-san! Tsukimi itu acara melihat bulan bulat sempurna yang ada di pertengahan September-oktober (musim gugur –aki) fic terakhir sebelum hiatus haha TT^TT
Review, please?
210512 –kags
HappyAnniversarry for Fathul-Adelina in 8th month. Congrats!
