Pink Rose X Camelia (OkiKagu Drabbles)
by Collaboration of Shiroyasha Shena & D.N.A. Girlz
Gintama by Sorachi-sensei
We just own this fanfiction, the prompts are from the OkiKagu Event on FB Group. The disclaimer belongs back to its own.
Warning: First chap—NEED SOME LOVE, APPROVALS FROM MERTUA AND IPAR, AND FLUFFINESS!
Pairing: Okita X Kagura 4EVER (+ Gintoki, Shinpachi, Mutsu, Kamui, and Umibozu)
Rating: T
Genre (this chapter): Romance/Comedy/Family
Asli dari pemikiran author. Jika iya, itu dikarenakan oleh ketidak sengajaan, mohon dimaklumi. Kalau ada typo, kritik dan saran, tolong bilang ya~
Long Live Gintama Fandom and be creative in any supporting way ^_^
Suka tapi mau review? Yah silahkan review x3
Suka tapi gak mau review? Silahkan Fav~ :D
Gak suka tapi mau review? Ampun jangan flame xC
DLDR! WDGAF LOL
Happy reading guys~
BGM for this Chapter: Nick & Sammy – Only U (Undatable / Handsome Guy & Jang Eum OST)
.
.
.
[Edo, Kabukichou...]
Hari itu, matahari bersinar dengan teriknya diatas cakrawala. Langit yang berwarna biru muda terbentang dengan luasnya, dihiasi oleh awan-awan putih yang berdansa kesana-kemari dengan bebas. Burung-burung bersenandung di atas pohon dengan cerianya, menambah suasana saat itu bertambah indah. Tidak lupa kelopak kelopak bunga sakura yang berguguran tersebar ke setiap sisi Edo yang kini sudah mendapat kedamaiannya.
Perang kedua yang terjadi tiga bulan yang lalu menjadi akhir dari keputusasaan setiap rakyat Edo. Aksi Terorisme dari Organisasi Phoenix—yang mengincar altana untuk keabadian—sudah dilenyapkan saat itu. Akhirnya setelah sekian lama, kedamaian yang sesungguhnya berhasil diraih. Semua itu berkat usaha rakyat Edo yang bekerjasama satu sama lain dan juga pahlawan pahlawan tanpa pamrih yang selalu melindungi kota tersebut.
Siapakah pahlawan itu?
Tentu saja Yorozuya, Shinsengumi, dan kelompok lainnya.
Tanpa mereka, mungkin Edo—atau mungkin bumi—akan hancur saat itu juga.
Bangunan bangunan yang hancur akibat perang tersebut sudah dibangun secara bertahap, terutama Terminal.
Apakah Amanto masih berdatangan ke Bumi? Jawabannya: Ya.
Kedatangan mereka ke planet biru itu sudah menjadi hal yang sangat wajar dan tidak bisa dihindari. Tetapi jangan salah. Meskipun begitu, tidak ada diantara mereka yang berani semena-mena pada Samurai atau pun rakyat Edo. Mereka terlalu takut untuk menimbulkan masalah disana.
Tidak seperti dulu yang hanya diam saja, kini masyarakat Edo akan langsung melawan jika ada yang berbuat ulah. Mereka tidak akan membiarkan orang asing bertingkah seenaknya di kota merekayang tercinta.
Kedamaian harus tetap dijaga, bukan?
Semua orang pasti berpikiran seperti itu, termasuk gadis cantik bersurai jingga yang akan menjadi peran utama dalam cerita ini. Saat ini, sang gadis yang bernama Kagura tersebut sedang berjalan mengelilingi Edo. Dia sangat merindukan kota yang menjadi tempat tinggal keduanya di Bumi.
Tiga bulan yang lalu setelah perang selesai, ia sebenarnya pergi ke planet Rakuyo bersama Ayahnya—Umibozu—dan kakak bodohnya—Kamui—untuk berziarah ke makam sang Mami Kouka. Ia ingin menceritakan semua yang terjadi kepadanya dan memperlihatkan bahwa keluarganya sudah bersatu kembali.
"Hhh... Edo tidak berubah sama sekali-aru." ucapnya seraya meregangkan kedua tangannya keatas.
Rambut panjangnya yang dibiarkan terurai tertiup oleh angin, membuatnya terlihat sangat menawan dan cantik. Manik safirnya berkilauan terkena cahaya matahari, bagaikan permata yang tidak ternilai harganya.
"Kau kenapa kembali, Kagura?" tanya seseorang dengan nada malas.
Dia perlahan mendekati Kagura dan menepuk kepala sang gadis pelan.
"Apa maksudmu itu-aru? Bumi kan tempat tinggalku. Selain itu, kau dan Pattsuan pasti merindukanku, bukan?"
Gadis cantik itu berdiri di hadapan sang lawan bicara lalu tersenyum jahil. Kedua tangannya ia simpan di pinggang, merasa sangat percaya diri dengan pernyataannya.
"Tidak sama sekali."
TWITCH
"Gin-chaaaaan! Korosu aru yo!" teriak yang bersangkutan sangat keras, refleks membuat Gintoki menutup kedua telinganya.
"Kau jahat-aru!" lanjutnya sambil merengek bagaikan anak kecil yang tidak diberi permen. Sepertinya sikap kekanak-kanakannya masih belum berubah.
"Sudah sudah, Gin-san, Kagura-chan." sahut seseorang dari belakang mereka.
Pemuda berkacamata yang kini sudah berubah menjadi Ikemen sejati itu langsung melerai perdebatan kedua orang tersebut.
Dia perlahan mendekati mereka lalu memberi jarak diantara keduanya. "Kagura-chan akhirnya kembali, seharusnya kau menyambutnya dengan benar, Gin-san." tambahnya seraya membenarkan posisi kacamatanya.
"Aku sudah memberinya Sukonbu, bukan? Menurutku itu sudah cukup." Gintoki berkata dengan ekspresi datar, berhasil membuat sang gadis semakin marah.
Demi meluapkan amarahnya, Kagura langsung memeluk pinggang Gintoki erat lalu membanting samurai bersurai perak tersebut ke tanah.
Suara ringisan derita dari orang yang bersangkutan terdengar seketika, membuat Shinpachi membeku di tempat.
"Ka—gura, kau sialan!"
"Hmph! Salah sendiri-aru." Kagura dengan wajah tanpa dosa melangkah sambil menginjak punggung sang ayah angkat sekilas lalu duduk di bangku taman.
Manik safirnya ia fokuskan ke salah satu pohon sakura yang ada di hadapannya. Dia tidak memperdulikan umpatan-umpatan yang keluar dari mulut Gintoki sedikit pun.
Ya, itu tidak penting menurutnya.
"Aku senang kau kembali ke Bumi, Kagura-chan." ucap Shinpachi seraya duduk di sebelah Kagura. Senyuman manis terukir di wajahnya yang tampan itu.
"Aku tidak akan jatuh cinta dengan orang sepertimu, Pattsuan." balas sang gadis tiba tiba, ia tidak mengalihkan pandangannya dari pohon sakura.
Mendengar perkataan Kagura, perempatan siku-siku pun mampir di pelipis pemuda tersebut.
"Apa maksudmu itu, ha?"
"Hmm? Aku bilang kalau aku tidak akan termakan rayuanmu-aru. Meskipun penampilanmu berubah, bukan berarti di dalammu juga berubah. Jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan, Kimochi-warui aru."
TWITCH TWITCH
Perempatan siku siku muncul semakin banyak di pelipis Shinpachi. Sepertinya ia sudah salah persepsi mengenai sang adik angkatnya itu.
Dia memang masih kekanak kanakan, namun sikap percaya diri dan menyebalkannya bertambah parah. Dia memang senang karena Yorozuya dapat berkumpul lagi, namun Kagura malah menanggap ia merayunya? Jangan bercanda.
"Mau bertarung, ya?" tantang Shinpachi sambil menahan emosi, namun sayangnya tantangannya itu tidak direspon oleh sang lawan bicara.
Berusaha untuk tenang kembali, ia pun menarik nafas panjang sebelum membuangnya dari mulut. Tidak lupa juga posisi kacamatanya ia benarkan, meskipun sebenarnya tidak ada yang aneh sedikit pun.
Dia melirik Kagura sekilas sebelum mengalihkan pandangannya ke langit.
"Kagura-chan, kau kembali kesini karena ada sesuatu yang penting, bukan?" tanyanya dengan nada bicara yang lembut.
Mendengar pertanyaan Shinpachi yang tiba-tiba, gadis bersurai jingga tersebut langsung menatap sang kakak dengan ekspresi terkejut.
Sepertinya tebakan Kakak angkatnya itu memang benar.
Apakah dia sebenarnya kembali ke Edo bukan untuk bertemu Yorozuya dan teman temannya yang lain?
Bukan, bukan itu. Memang, dia benar-benar merindukan mereka semua, itulah faktanya.
Hanya saja, ada alasan lain yang mendasari kedatangannya ke planet Biru tersebut.
Janjinya dengan seseorang tiga bulan yang lalu.
Kagura ingin menepati janjinya dengan seseorang tersebut, sekaligus memastikan sesuatu yang selalu dipikirkannya selama ini.
Kedamaian memang berhasil dicapai untuk Bumi, namun sepertinya kedamaian di dalam hatinya masih belum bisa diraih. Semenjak pergi ke Rakuyo, gadis cantik ini selalu merasa tidak tenang. Dadanya terkadang terasa sesak tiba tiba tanpa alasan yang jelas. Air matanya pun sesekali mengalir dengan sendirinya dan Kagura selalu terkejut dibuatnya.
Dia tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Kesedihan seringkali ia rasakan saat itu.
Apa itu karena keluarganya sudah berkumpul namun sang Mami tercinta tidak ada disana? Bisa jadi.
Namun tidak, bukan hanya itu.
Dia merasa sangat kesepian tanpa seseorang yang sudah ia anggap spesial di hatinya.
Siapakah itu? Tentu saja seorang Pangeran Sadis yang selalu mengganggunya; Okita Sougo.
Sebenarnya Kagura sangat merindukan pemuda bodoh itu. Itulah alasan kenapa gadis tersebut selalu menangis ketika mengingat kebersamaan mereka sewaktu di Bumi.
Pertarungan mereka, perdebatan yang tanpa henti, kerjasama mereka saat melawan musuh...
Dan yang paling penting, senyum lembut yang diberikan Sougo hari itu.
Hal hal yang sangat ia rindukan, berjuta-juta kepingan kenangan yang selalu ia simpan di hatinya.
Harta yang paling penting baginya.
Dia ingin merasakan kebersamaan tersebut sekali lagi.
Tidak peduli apa yang orang katakan, ia hanya ingin kembali seperti dahulu kala.
Aku ingin bertemu Sougo…
Apa pemuda itu juga merindukannya?
Apakah dia merasakan hal yang sama dengannya?
Kagura ingin memastikan semuanya. Dia dan Sougo memang terbilang sangat dekat, namun tidak ada hubungan spesial diantara keduanya. Ia sebenarnya tahu bahwa ada satu perasaan yang mengikat mereka selama ini.
Perasaan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.
Ya, tidak heran. Mengenal Kagura yang tsundere dan Sougo yang memiliki harga diri setinggi gunung Everest, tidak ada diantara mereka yang mencoba untuk mengungkapkan perasaan tersebut.
Takada seorang pun yang tahu kalau mereka berdua terlalu pengecut dalam hal yang disebut percintaan.
Meskipun begitu, tiga bulan yang lalu, Sougo mengatakan satu hal membuat Kagura kebingungan sekaligus penasaran.
"Jika kau sudah kembali ke Bumi, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
Sekiranya itulah perkataan sang Pangeran Sadis.
Saat itu, ia mengatakannya dengan penuh keseriusan lalu disusul dengan senyuman lembut yang membuat jantung Kagura seketika berdegup kencang.
Gadis bersurai jingga tersebut ingin mengetahui apa itu, dan inilah saatnya.
Dia kembali ke Bumi untuk memastikan semuanya—perasaan dan ikatan yang ia rasakan selama ini.
Dia akan, dan harus mendapat semua jawabannya pada hari ini juga.
"Hmm, kau ikut campur urusan orang-aru." Kagura berkata dengan nada arogan.
Dia memejamkan matanya sekilas lalu beranjak dari tempatnya duduk. "Tapi kau benar, Pattsuan. Aku ada janji yang harus ditepati-aru." lanjutnya. Ia meraih salah satu kelopak bunga sakura yang kebetulan berjatuhan lalu menggenggamnya di salah satu tangan.
Kau harus ingat dengan perkataanmu sendiri, Sadist.
FLASHBACK
.
.
.
Perang kedua yang tiba-tiba terjadi tadi siang baru saja berakhir.
Langit yang cerah berganti menjadi gelap, menandakan kalau malam hari sudah datang. Semua orang yang terlibat dalam pertarungan kini sedang beristirahat dan diobati luka lukanya. Mereka akhirnya berhasil mengalahkan organisasi Phoenix yang menjadi ancaman untuk Bumi dan menghancurkannya.
Gintoki, Katsura, dan Takasugi pun berhasil mencapai tujuannya untuk menyelamatkan Shouyo. Ketiga murid dari Shoka Shonjuku itu benar-benar bahagia karena sosok paling terpenting di hidup mereka bisa kembali ke sisi mereka. Tidak ada yang lebih membahagiakan dari fakta itu.
Bagaimana dengan yang lain? Mereka ikut senang karena bisa membantu Gintoki, Katsura, dan Takasugi dalam mencapai tujuannya.
Mulai sekarang, tidak akan ada yang bisa memutuskan ikatan kuat diantara mereka semua.
Inilah scenario yang paling terbaik, hasil yang memuaskan dari segala usaha yang sudah mereka lakukan.
"Yosh, sudah diobati semua. Kagura-chan, kau istirahat ya." ujar Otae yang baru saja selesai mengobati luka Kagura. Dia tersenyum lembut lalu mengelus kepala gadis bersurai jingga tersebut sekilas.
"Tapi aku lapar-aru." balas Kagura datar, lalu dia melihat ke sekeliling sekilas lalu menatap Otae. "Gin-chan dimana aru?" lanjutnya.
"Gin-san ada di ruangan bersama teman-temannya dan juga gurunya. Aku baru pertama kali mendengar Gin-san menangis seperti itu. Syukurlah dia bisa menyelamatkan gurunya." Anak sulung dari keluarga Shimura itu menjawab seraya membereskan kotak obat yang ia bawa. Dia merasa sangat lega karena tidak ada satu pun korban yang jatuh dalam perang tadi siang. Kalau ada yang sampai gugur, mungkin dia tak bisa menahan tangis air mata sampai berdarah.
"Gin-chan menangis-aru ka? Dia pasti sangat bahagia-aru." Kagura melihat ke langit malam yang dipenuhi bintang lalu tersenyum tipis.
Semuanya bahagia, batinnya.
"Ya. Kau benar, Kagura-chan." Otae ikut tersenyum lalu berdiri dari tempatnya. "Tunggu ya, akan aku ambilkan makanan untukmu. Hinowa-san sudah membuat makanan untuk semuanya." lanjutnya seraya pergi meninggalkan Kagura sendiri.
Sang gadis akhirnya menghela napas panjang dengan lelah. "Haaahh... Akhirnya selesai-aru. Aku senang bisa membant—"
"Menurutku kau tidak membantu apapun, China."
TWITCH
Suara yang sangat familiar tiba-tiba terdengar di telinga sang gadis, membuatnya merasa kesal seketika.
Dia mengalihkan pandangannya dari langit lalu menatap—tajam—pemuda tampan yang sedang berjalan mendekatinya, sang Pangeran Sadis yang sangat ia suk—Ups, maksudnya benci.
"Apa masalahmu? Jangan menggangguku-aru!" ancam Kagura dengan nada yang sengaja ditinggikan.
Baru saja ia mau menikmati malam yang indah, orang yang paling menyebalkan malah mengganggunya.
Sungguh disayangkan.
"Tidak perlu emosi begitu, China. Kau sedang PMS, ya?" balas Sougo datar dan acuhnya. Dia tidak memperdulikan tatapan mematikan dari sang gadis dan duduk di sebelahnya. "Pantas saja kau terlihat sangat jelek." lanjutnya dengan ejekan.
"Hah? Apa hubungannya PMS dengan wajah jelek-aru?! Dasar bodoh!"
"Ah maaf. Itu tidak ada hubungannya, bukan? Itu berarti kau memang jelek dari sananya."
Oke, sepertinya pemuda tampan itu meminta untuk dipukul oleh Kagura. Dengan senang hati, sang gadis akan melakukannya sekarang juga.
Kagura sudah mengangkat satu tangannya dan berniat untuk memukul Sougo, kalau saja hal yang tidak terduga tidak terjadi.
Sang Kapten Divisi Satu Shinsengumi itu tiba tiba menyandarkan kepalanya ke pundak Kagura, membuat sang gadis langsung gelagapan tidak jelas.
"K-K-Kau… A-apa yang kau lakuka—"
"Berisik, China. Aku lelah." potong Sougo dengan cepat. Entah kenapa, nada bicaranya terdengar sangat lembut. Tidak seperti biasanya. Dan itu membuat Kagura kebingungan seketika.
"Kau itu kenapa-aru? Aku sedang terluka, kau malah bersandar. Tidak punya perasaan ya pada orang sakit?" sergah Kagura kesal, namun tidak mencoba untuk menjauhkan pemuda itu.
Apa dia lelah untuk bertengkar? Atau memang senang Sougo bersandar di pundaknya?
Entahlah.
Yang pasti dia merasa sangat nyaman bersamanya.
"Aku tidak peduli, kau akan aku jadikan bantal saja disini."
TWITCH
Pangeran Sadist yang menyebalkan, itulah yang ada dipikiran Kagura.
Dia ingin mendorong pemuda itu menjauh, namun di sisi lain ingin tetap dekat dengannya.
Dia tidak mengerti kenapa dirinya bisa merasa kesal sekaligus senang ketika Sougo berada di sisinya.
Apa dia aneh?
Tidak sama sekali.
Hanya saja, sang gadis bersurai jingga tersebut tidak ingin mengetahui apa perasaannya yang sebenarnya. Dia takut, takut mengakui perasaan hangat yang selalu ia rasakan.
Jadi sekarang ia biarkan sang pemuda bersandar padanya sembari merasakan hangat lewat punggung masing-masing, dengan keheningan menyanyi diantara mereka berdua.
Selama dua tahun terakhir semenjak perang pertama, dia hampir bisa melupakan semua perasaannya mengenai pemuda itu.
Dia terpaksa melupakannya karena yang ada dipikirannya saat itu hanya untuk mengembalikan Sadaharu seperti semula. Bukan hanya Sougo saja yang ia lupakan, fakta bahwa Yorozuya bubar pun ia hapus dari kepalanya.
Dia harus fokus dengan tujuannya, kalau tidak, ia tidak akan bisa kembali ke Bumi dengan bangga. Dia tidak akan bisa bertemu dengan keluarga dan teman-temannya dengan cepat.
Dua tahun yang penuh dengan jerih payah dari sang gadis, namun sayangnya tidak menghasilkan apa-apa.
Dia tidak menemukan cara bagaimana mengembalikan Sadaharu seperti dulu.
Kesedihan yang mendalam ia rasakan saat itu, dadanya terasa sangat sesak.
Entah sudah berapa kali ia menangis tanpa henti, sama sekali tidak terhitung.
Terduduk di bukit, ia hanya sendirian di sana. Tidak ada siapa pun yang menemaninya atau mengganggunya. Dia tidak berada di planet biru yang sangat disukainya itu, melainkan di planet asing yang tidak ia kenal.
Dia sudah berkeliling ke setiap planet, namun semua usahanya sia sia.
Jadi untuk apa usahanya selama ini?
Dia merasa bahwa dirinya bukanlah pemilik yang bertanggung jawab. Dia tidak bisa menyelamatkan satu satunya hewan peliharaannya, temannya, sahabat dekatnya yang berharga.
Dia merasa tidak berguna sama sekali.
Yorozuya pun bubar karenanya, semuanya berawal darinya.
Dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.
Tidak tahu harus berbuat apa, Kagura hanya bisa terdiam sambil memeluk kedua lututnya. Dia benamkan wajahnya di kaki yang ia peluk.
Semuanya berakhir-aru, batinnya acakaduk. Dia merasa sangat stress karena terlalu banyak pikiran. Tanpa ia sadari, tubuhnya pun berubah menjadi kecil, seperti anak yang berumur sekitar 3-5 tahun.
Mungkin ia mendapatkan kekuatan aneh saat berkeliling planet? Bisa jadi.
Tetapi itu sudah tidak penting lagi. Dia tidak peduli.
Dia ingin kembali ke Bumi.
"Sedang apa di sini?"
Saat keinginan untuk kembali itu muncul di hatinya, suara familiar tiba-tiba terdengar di telinganya.
Dia perlahan mendongak dan menatap sosok yang sedang berdiri di hadapannya.
Manik safirnya seketika membelalak ketika melihat wanita cantik bersurai coklat muda yang ia kenal.
Dia menatap Kagura dengan tatapan terkejut sekaligus khawatir.
"Mutsu-aru ka?" tanya Kagura pelan.
Orang yang bersangkutan langsung berjongkok dan memperhatikan gadis cantik yang sekarang menjadi 'kecil.'
"Kau Kagura, bukan? Kenapa kau disini? Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu dalam wujud seperti ini." ucap Mutsu dengan tenang, namun kekhawatiran masih bisa terdengar dari nada bicaranya.
"Kaientai ada disini karena bisnis-zeyo. Aku sedang mencari Ketua bodoh itu namun tidak sengaja melihatmu."
"Aku bukan Kagura-aru."
Mutsu tertegun sesaat mendengar ucapan itu saat melihat ekspresinya.
Ya, Kagura sudah menghilang. Keberadaannya sudah hilang bersamaan dengan Sadaharu dan bubarnya Yorozuya.
Dia tidak mau lagi merasakan kesendirian ini lebih lama, karena perasaan kesepian ini sungguh menyakitkan baginya.
Apapun caranya, aku akan kembali ke planet Bumi.
Dan tiba-tiba saja, suatu ide muncul di kepalanya.
Kalau bukan dalam wujud aslinya, dia bisa kembali ke Bumi tanpa perlu memikirkan kegagalannya.
Mungkin ia pengecut karena berpikiran seperti itu, namun tidak apa.
Itu keputusan yang paling terbaik, pikirnya.
"Aku Kanna, anaknya Mami-aru." tambahnya setelah beberapa menit terdiam.
Mutsu yang sebenarnya tahu bahwa dia Kagura, menatap gadis kecil tersebut dengan ekspresi sendu. Dia tahu apa yang dirasakan Kagura sekarang. Dia sedang dilanda kesedihan yang tiada tara.
Sungguh malang bagi petualang solo yang mencari kebahagiaan.
"Begitu kah? Kanna, Ibumu kemana?" tanya Mutsu senatural mungkin.
Dia akan mengikuti keinginan Kagura, karena pernah merasa senasib—mungkin karena mereka sendirian dan ditemukan oleh yang orang-orang bodoh itu, maka dia akan membantu sang kawan seperjuangan meskipun caranya salah.
"Mami bilang akan berkeliling lagi dan memintaku untuk ke Bumi-aru." Kagu-Kanna tersenyum manis lalu berdiri dan membersihkan debu yang ada di jubahnya.
"Oneechan, apa kau mau ke Bumi? Biarkan aku ikut-aru. Kalian boleh saja memakaiku untuk senjata atau apapun itu. Aku kuat-aru." Lanjutnya dnegan memakai nada polos bak anak kecil.
"Kami memang akan ke Bumi sesudah ini. Tetapi kau bukanlah senjata, dan aku tidak akan menganggapmu itu." jawab Mutsu dengan tegas.
Gadis tersebut menghela nafas panjang lalu menatap kembali manik safir milik Kagura, "Tetapi kalau kau mau meminjamkan kekuatanmu, aku tidak keberatan membawamu ke planet Bumi."
Senang dengan pernyataan dari wanita cantik di hadapannya, Kanna mengangguk dengan antusias lalu tersenyum lebar.
"Ya, apapun itu asalkan aku bisa ke Bumi-aru!"
Kagura menghela nafas panjang lalu mendongak menatap langit malam yang semakin indah. Bintang bintang bermunculan semakin banyak, menemani sinar bulan yang sangat terang. Tidak menyangka kilasan kenangan yang terjadi beberapa waktu lalu akan terlintas di kepalanya.
Kenapa dia mengingatnya disaat seperti ini? Sungguh aneh.
Tanpa sadar, dia menyandarkan kepalanya ke kepala Sougo yang masih ada di pundaknya.
Saat itu ia sangat putus asa, tidak tahu harus berbuat apa. Namun ketika ia bertemu dengan Shinpachi, Kagura merasa sangat senang.
Akhirnya dia bisa bertemu dengan Kakak angkatnya yang bodoh itu.
Terlalu bahagia dengan pertemuan tersebut, sang gadis bersurai jingga sengaja menjahili Shinpachi berkali-kali.
Pertama, memukulnya ketika pemuda tersebut melihat ke dalam Peti yang ia tiduri.
Kedua, mengaku dirinya sebagai Kanna, anak dari Mami Kagura. Dia sangat puas melihat reaksi Shinpachi yang terkena shock berat saat itu.
Kembali ke Bumi ternyata memang keputusan yang bagus.
Tetapi jujur saja, Kagura sangat terkejut ketika melihat pemuda menyebalkan yang menjadi saingannya selama ini. Manik safirnya membelalak untuk beberapa detik sebelum kembali menjadi pandangan polos anak kecil pada umumnya.
Dia sebenarnya terpesona melihat seorang Okita Sougo memakai jas formal berwarna hitam putih.
Ketika pemuda tersebut melepas topi yang dipakainya dan memperlihatkan surai coklat pasirnya juga manik rubinya, semakin terpesona ia dibuatnya.
Perasaan yang selama ini ia lupakan tiba-tiba muncul, berhamburan di dalam hatinya.
Dia merasa senang, sedih, dan juga marah.
Semua yang ia rasakan bercampur menjadi satu.
Kerinduan yang selama ini ia rasakan kembali seutuhnya.
Manik safirnya tidak bisa berpaling dari Sougo. Dia terus memperhatikan pemuda tampan itu dalam diam ketika orang yang bersangkutan bertarung dengan Shinpachi.
Kagura yakin bahwa saingannya itu bertambah kuat. Gerakannya benar-benar berbeda dari terakhir kali ia melihatnya.
Satu kenangan penting tiba-tiba terlintas di kepalanya, janji mereka sebelum perang besar terjadi.
Janji yang dibuat sebelum Shinsengumi pergi dari Edo.
"Aku akan semakin kuat. Karena itu, jangan kalah dari siapa pun."
Mengingat janji itu, senyuman tersembunyi pun terukir di wajah Kagura.
Dia tidak akan pernah melupakan janji itu sampai kapan pun. Terlalu penting untuk dilupakan oleh memori otaknya.
Tidak ingin diam saja, sang gadis bersurai jingga tersebut langsung ikut bertarung dengan Sougo. Pertarungan mereka terbilang sangat sengit, sampai membuat Shinpachi terpaku di tempat. Mereka saling serang tanpa segan, menunjukkan kekuatan yang dimiliki satu sama lain.
Pemuda berkacamata yang melihat itu berusaha untuk menghentikan mereka, namun sepertinya itu pilihan yang buruk.
Kenapa? Karena dialah yang terkena serangan dari kedua orang yang sedang haus darah itu.
Kagura ingat, Sougo saat itu belum menyadari bahwa Kanna itu adalah dirinya sendiri.
Dia mengira bahwa Kanna adalah anak dari Gintoki. Tentu saja amarah tiba-tiba ia rasakan saat itu juga.
Dia memang merindukan Gintoki, namun bukan berarti ia memiliki hubungan spesial dengannya.
Karena kekesalannya tidak bisa dibendung lagi, dia pun mulai kehilangan ketenangannya dan lepas kendali.
Entah karena gerakannya persis seperti dulu atau karena alasan lain, Pangeran Sadis tersebut akhirnya sadar bahwa bocah yang ia kira anak kecil saja itu adalah Kagura.
Dia berhasil memojokan gadis cantik tersebut lalu berkata—
"Panggil dia. Teriaklah agar Ibumu menolongmu."
Tatapannya saat itu sangat tajam, manik rubinya menatap lurus ke manik safir milik Kagura.
Sang gadis cilik berintuisi, merasa bahwa Sougo bisa menebak semuanya dengan mata itu.
Dan benar saja...
"Tidak, mungkin ini lebih baik." lanjut Pemuda tersebut seraya mengarahkan katana ke dahi Shinpachi.
Secara spontan, Kagura langsung kembali ke wujud aslinya dan menyerang Sougo tanpa henti.
Pangeran Sadis tersebut kewalahan dibuatnya.
Setelah beberapa menit bertukar serangan, Sougo pun mengatakan sesuatu yang membuatnya merasa sangat senang.
Kata kata sederhana yang ingin sekali ia dengar.
"Yo, selamat datang kembali." ucapnya sambil memperlihatkan seringaian khasnya.
Mendengar perkataan itu, rasa senang dan bahagia terasa di dalam hati Kagura. Dia ingin menangis saat itu juga namun ia tahan.
Dia tidak akan membiarkan Sougo melihat sisi lemahnya.
Tanpa menunggu apapun, gadis itu langsung menyerang Sougo dengan sekuat tenaga sampai ia terbentur ke tanah.
Jadi, sebenarnya dia kesal atau senang? Entahlah.
Dia merasa bahwa serangan yang terakhir itu perlu.
Demi semua perasaan yang bercampur aduk di dalam hatinya.
Sougo, laki-laki menyebalkan yang selalu mengganggunya, namun orang yang pertama kali menyadari bahwa Kanna adalah dirinya.
Tidak, mungkin Mutsu saat itu sudah menyadarinya, namun ia ingin menganggap pemuda itulah yang pertama kali.
Tidak apa, bukan? Karena seorang Okita Sougo adalah sosok penting baginya.
Pemuda tersebut akan tetap mengetahui segala sesuatu tentang Kagura, meskipun ia berubah wujud sekalipun.
Ah, mengingat semua yang terjadi membuat gadis cantik tersebut tertawa kecil.
Banyak sekali hal yang terjadi di hidupnya, namun entah kenapa Pemuda Sadis yang sangat ia suk—benci itulah yang selalu muncul terlebih dahulu.
Sungguh aneh.
Sangat aneh.
Tetapi Kagura menyukai fakta aneh itu.
"Kau aneh-aru." ucap Kagura setelah tawanya berhenti. Ia alihkan pandangannya dari langit menuju pemuda di sebelahnya.
"Hah? Kau mengajak ribut, ya? Akan aku terima tantanganmu itu." jawab Sougo datar seraya menjauhkan kepalanya dari pundak Kagura.
Dia melihat luka ditubuhnya sekilas lalu menatap gadis itu heran. "Selain itu, kenapa kau tertawa sendiri? Sudah hilang akal?" lanjutnya dengan senyum sarkastik.
Sesi ejekan dari Okita Sougo sepertinya sudah dimulai.
"Terserah kau mau bicara apa-aru. Aku akan pergi dari Bumi dan terbebas darimu." Kagura merespon tanpa mengalihkan pandangannya dari pemuda itu.
Dia sedikit terkejut ketika melihat manik Sougo yang membelalak, meskipun hanya satu detik.
Apa dia terkejut karena aku yang berkata begitu?
Batinnya bertanya tanya. Dia penasaran dengan reaksi sang Pangeran Sadis.
Apa dia tidak ingin dirinya pergi?
Atau mungkin sebaliknya?
Ah, sepertinya Kagura tahu jawabannya.
Kemungkinan kedua paling besar. Tidak mungkin lelaki pengecut dan menyebalkan sepertinya akan memintanya untuk tidak perg—
"Jangan pergi."
Kagura menoleh menatapnya dengan spontan.
Eh? Apa yang baru saja ia katakan?
"Eh? Apa kau bilang?" Kagura mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum pindah posisi dengan duduk di hadapan Sougo. Dia menatap sang pemuda dengan serius. "Apa maksudmu-aru? Kau tidak mau aku pergi?" lanjutnya.
Sougo sedikit mengangkat wajahnya dan manik keduanya bertemu. Mereka saling bertatapan satu sama lain.
"Jangan pergi sebelum aku mengatakan sesuatu." jawab Sougo dengan penuh keseriusan terdengar dari nada bicaranya.
Dia perlahan memegang tangan Kagura dan menggenggamnya erat. "Aku hanya akan mengatakan ini sekali, jadi dengarlah baik baik, China."
Merasa bahwa saat itu adalah momen yang sangat penting, Kagura pun tiba-tiba merasa gugup. Jantungnya berdetak begitu kencang dan wajahnya terasa panas. Dia bisa merasakan kehangatan dari kedua tangannya yang digenggam Sougo. Dia benar benar malu, yakin bahwa wajahnya sekarang memerah seperti kepiting rebus.
"China, Aku..." Sougo menatap sang gadis dengan lekat, membuat orang yang bersangkutan menelan ludah karena semakin gugup. "Kau... Jadilah kekasi-"
BOOOOOOMMMMMMM
Suara ledakan tiba tiba terdengar, tidak jauh dari tempat mereka duduk. Tidak, justru sangat dekat.
Kedua remaja itu langsung menoleh ke arah sumber suara dan terkejut ketika melihat satu bangunan hancur lebur.
"A-apa yang terjadi-aru? Musuh baru kah?!" tanya Kagura panik. Dia menarik tangannya yang digenggam Sougo lalu berdiri.
"Aku akan menyerangny—Eh? Papi?! Kamui?!"
Perkataan sang gadis terpotong ketika melihat sosok ayah dan kakak bodohnya berdiri di depan bangunan yang menjadi sasaran ledakan sebelumnya. Asap keluar dari payung dan bazooka yang mereka pegang.
"Ah, begitulah. Inj sepertinya musuh baru untukku." Jawab Sougo seraya berdiri.
Dia mengeluarkan katana dari sarungnya lalu menyeringai. Sepertinya dia senang dengan keadaan ini, membuat panas suasana lumayan bagus untuk badannya.
"Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan anakku yang cantik itu, Kusogaki! Kouka tidak menyukai orang sepertimu!" sahut Umibozu dengan penuh tekanan. Payungnya ia arahkan ke arah Sang Pangeran Sadis kesayangan Kagura.
"Aku tidak peduli apa niatmu, tapi aku akan menghancurkanmu." Kali ini Kamui yang menyahut, ia menggenggam erat payungnya dan ikut mengarahkannya ke Sougo.
"Hee~ Menarik. Dua lawan satu? Maa, jumlah tidak penting. Aku akan mengalahkan kalian!" balas Sougo seraya berjalan mendekati dua Yato yang berada tidak jauh dari tempatnya.
Apa mereka akan bertarung? Jangan bercanda!
"S-sadist, Papi, Kamui, berhenti! Jangan lakukan hal ane—"
"China." panggil Sougo pelan, namun masih bisa terdengar oleh Kagura.
Sougo menoleh padanya dengan senyuman tipis dari belakang.
"Kalau kau sudah kembali ke Bumi, aku akan mengatakan semuanya."
DEG
Eh?
"Eh? T-tunggu, Sadist! Kau—"
"Aku berjanji."
Hanya itulah yang ia katakana sebelum Kagura bisa menghentikannya dan pertarungan pun dimulai.
Pertarungan bodoh antara mertua, kakak ipar, dan calon menantu.
"Kau memang bodoh-aru."
.
.
.
FLASHBACK END
Kagura terdiam sejenak dan menatap kelopak bunga sakura yang ada di genggamannya.
Kalau dipikir-pikir, saat itu keluarganya sendirilah yang menjadi penghalang dalam kebahagiaannya.
Benar benar keluarga yang bodoh. Anaknya mau berbahagia tapi kenapa malah dihalangi?
Sungguh tidak masuk akal.
Tiga bulan yang lalu memang mereka mengacaukan semuanya, namun kali ini tidak akan terjadi lagi.
Kedua anggota keluarga bodohnya itu sedang sibuk dengan urusannya masing masing. Umibozu berkeliling planet untuk berburu alien sedangkan Kamui sedang bersama Divisi 7 Harusame di luar angkasa.
Tidak akan ada yang mengganggu obrolan Kagura dan Sougo untuk sekarang.
Yosha, aku akan menemuinya-aru, batin Kagura dengan mantap.
Dia tersenyum tipis lalu menghadap ke bangku taman. "Shinpachi, Gin-chan, aku akan berkeliling dulu—"
"Yo, China."
Sapaan Sougo yang kini sedang duduk di sebelah Shinpachi dengan wajah datar pun terdengar di telinga. Dia bersandar ke bangku taman seraya memperhatikan tingkah Kagura yang sekarang gelagapan tidak jelas.
"S-s-sadist! Kenapa kau disini, aru?!" tanya sang gadis sedikit berteriak. Dia benar-benar terkejut karena tidak menyadari kapan pemuda itu datang.
"Kau berisik. Aku mencoba mencari kedamaian disini." Sougo menghela nafas panjang lalu memejamkan matanya.
"Okita-san, kau tidak memakai seragam Shinsengumi?" tanya Shinpachi menyela, membuat Pangeran Sadis tersebut membuka matanya kembali.
"Oh, aku libur hari ini. Selain itu, Danna… Kenapa kau tergeletak di tanah begitu?"
Mari kita tak lupakan Gintoki yang tergeletak sedari tadi habis dibantai sang anak angkat.
"Salahkan bocah sialan itu yang membantingku." jawab Gintoki seraya berdiri perlahandan melanjutkan perkataannya, "Kau sedang apa disini?"
"Aku sudah bilang, bukan? Aku hanya ingin mencari kedamaian. Karena itu, Danna, Megane, bisa kalian pergi?" Sougo meminta ijin dengan wajah tanpa dosa, membuat Shinpachi sweatdrop seketika.
"Begitukah? Kalau begitu ayo Gin-san, Kagura-chan." Pemuda berkacamata dari Yorozuya itu beranjak dari tempatnya duduk lalu berjalan mendekati Gintoki.
"Tanpa kau minta pun, kami akan pergi." ucap Gintoki malas seraya mengacak rambut keritingnya. "Ayo pergi." lanjutnya.
Tanpa berpamitan atau apapun, kedua member Yorozuya itu langsung pergi meninggalkan taman.
"Gin-chan, Shinpachi, tunggu aku-aru!" Kagura berniat untuk menyusul mereka kalau saja Sougo tidak menahan pergelangan tangannya.
"Kau tetap disini, China bodoh." ejek sang Pangeran Sadis sambil menarik Kagura untuk duduk di sebelahnya.
Tanpa disengaja—atau memang disengaja—Sougo menarik sang gadis Cina tersebut lebih dekat dengannya. Posisi mereka sangat berdekatan, pundak keduanya pun saling bersentuhan. Kagura sedikit condong ke arah Sougo, sedangkan tangan pemuda bersurai coklat pasir tersebut ada di punggungnya.
"Kau lemah, ya? Ditarik begitu saja langsung jatuh." ucap Sougo dengan nada mengejek, ekspresinya menyebalkan seperti biasanya.
"Apa kau bilang? Kubunuh kau-aru!" balas Kagura seraya mendongak kesal. Dia yang tidak menyadari kalau wajah Sougo sangat dekat dengan wajahnya seketika terkejut.
Manik safirnya membesar dan semburat merah muncul di pipinya.
Baru sadar dengan posisi mereka yang tidak enak dilihat, Kagura pun langsung menjauh dan mengambil jarak dari sang Pangeran Sadis.
"Pfft—Dasar bodoh." Sougo lagi-lagi mengejek, namun kali ini dia tertawa lepas.
Dia sangat senang melihat gadis Cina tersebut salah tingkah seperti sekarang. Ah, sepertinya sudah lama sekali ia tidak tertawa bebas seperti sekarang.
"Apa yang kau tertawakan?! Berhenti tertawa atau aku akan membunuhmu!" teriak Kagura, wajahnya semakin memerah.
"Coba saja kalau bisa." Sougo menyeringai kecil dan menggerakan tangannya sebagai isyarat untuk sang gadis maju menyerangnya.
Kagura yang melihat itu hanya terdiam dan memalingkan mukanya ke arah lain.
"Kau menyebalkan-aru, tidak berubah sama sekali." ucapnya tanpa menatap sang lawan bicara.
Jujur dia merasa sangat senang bisa bertemu dengannya, namun sikap tsundere-nya selalu menghalangi.
Benar-benar sulit.
"Inilah aku, China. Dan kau tahu itu, bukan?" Sang pemuda membalas seraya menatap kelopak kelopak bunga sakura yang berjatuhan. Sesekali dia melirik Kagura lalu tersenyum kecil karena sang gadis memerah sampai ke telinga.
Hening sejenak melanda.
"Oi. Kau merindukanku, bukan?"
"Haaaaaahhh?! Jangan bercanda-aru! Aku tidak merindukanmu sama sekali! Mungkin kau yang merindukank—"
"Ah, ya. Aku merindukanmu." potong Sougo tiba-tiba, membuat Kagura bungkam seketika.
Dia langsung menoleh ke sang pemuda dan menatapnya tidak percaya.
"K-Kau, apa yang kau katakan tadi? Kau serius?" Kagura bertanya.
Dia harus memastikan arti dari perkataan yang baru saja keluar dari mulut sang Pangeran Sadis ini.
"Apa yang kau katakan itu, China? Tentu saja aku—"
Apakah dia serius?
"—bercanda."
CRACK
Laki-laki di hadapannya itu memang kurang ajar sekali. Dia salah karena sudah mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin.
Are? Dia berharap? Tentu saja!
Dia hanya tidak mau jujur karena sikap tsundere itu alami baginya.
"Begitukah? Jaa… Aku akan menghajarmu-aru!"
Tanpa aba aba, Kagura langsung mengangkat satu tangannya yang terkepal dan mengarahkannya ke wajah Sougo.
"Atau mungkin aku memang serius?"
Sang pemuda tampan itu berkata lagi, membuat Kagura sedikit ragu untuk memukulnya. Merasa bahwa itu kesempatan yang bagus, Sougo langsung menahan tangan gadis itu lalu memeluknya erat. Pemuda itu memang merindukannya lebih dari yang ia bayangkan.
"Sudahlah China, aku sedang malas berdebat denganmu." Lanjutnya dengan datar berkata begitu.
Kagura yang diperlakukan seperti itu tentu saja terkejut bukan main. Dia berusaha untuk berontak dan lepas dari pelukan Sougo, namun semakin erat juga pemuda itu memeluknya.
"L-lepaskan aku, aru!" protes Kagura sambil terus berontak.
Dia berusaha mendorong dada Sougo, namun tidak berhasil.
Terkutuklah kekuatan laki-laki.
"Diam saja, China. Kau itu sudah dewasa tapi tidak bisa membaca suasana, ya? Sasuga naa." Sougo berkata dengan nada datar lalu melepas pelukannya.
Dia mengangkat satu tangannya lalu menyentil dahi Kagura keras. "Rasakan itu."
"ADUH! Sakit... Kau Sadist sialan!" Sang gadis cantik tersebut mengusap ngusap dahinya sambil memberikan Sougo tatapan mematikan.
Tapi senyuman tipis menghias sesaat ketika mengatakannya pada sang gadis yang ia rindukan.
"Selamat datang kembali, ore no Baka-china."
DEG
Ujaran sang pemuda bersurai coklat pasir dengan tak terduganya membuat ekspresi wajah Kagura tertegun seketika. Dia tersadar sejenak lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"…Aku pulang-aru." jawabnya dengan gumaman, namun sang lawan bicara masih bisa mendengarnya.
Sougo tersenyum tipis sebelum kembali menatap bunga-bunga sakura.
"Kenapa kau kembali? Ingat dengan janjiku, ya?"
BLUSH
Wajah Kagura seketika memerah lagi sampai ke telinga. Melihat itu, Sougo pun terkekeh pelan.
Mudah sekali ditebak, batin Sougo.
"B-Bukan! Jangan salah sangka dulu-aru. Dasar Sadist bodoh!" sangkal Kagura tanpa melihat ke arah pemuda tersebut. Tangannya menepuk nepuk pundaknya lumayan keras.
"Hentikan itu. China. Tenagamu itu sudah seperti monster. Tulangku nanti bisa retak." Sougo menjauhkan tangan Kagura dari pundaknya lalu menggenggamnya erat.
DEG
Jantung milik sang gadis Cina mulai berdegup sangat kencang.
Kejadian ini sama persis seperi tiga bulan yang lalu.
Apa Sougo akan mengatakannya sekarang?
"China, apa kau ingin aku mengatakannya sekarang?"
Sialan! Sepertinya dia bisa membaca pikiran Auth—maksudnya, Kagura.
"M-mengatakan apa-aru? Aku tidak tahu apa maksudmu." jawab Kagura pura-pura tidak tahu.
Lelah dengan sikap sang gadis Cina yang berlagak bodoh, Sougo pun menghela nafas panjang.
"Lupakan saja, China. Aku akan kembali." ujarnya seraya melepas genggaman tangannya.
Sougo beranjak dari bangku taman dan bersiap untuk pergi. "Aku disini sedang serius tapi kau sepertinya tidak begitu. Jaa na."
Tapi baru saja mau melangkah, Kagura langsung memeluknya dari belakang.
"Katakan sekarang-aru. Jangan pergi tanpa menjelaskan apapun." sahutnya sambil mengeratkan pelukan.
Dia tidak akan membiarkan Sougo pergi begitu saja.
Tidak, dia tidak akan membiarkannya pergi selama belum ada kejelasan.
"Seharusnya kau jujur dari awal, bodoh. Benar-benar tidak bisa peka, ya." balas Sougo tanpa berbalik.
Dia membiarkan gadis itu memeluknya.
"Berisik! Sudah cepat katakan-aru!"
Terdiam sejenak untuk berpikir, Sougo pun akhirnya menyerah.
Dia memegang tangan Kagura yang memeluknya lalu menggenggamnya dengan lembut.
"Aku akan mengatakannya sekali saja. Dengarkan baik baik."
Pemuda bersurai coklat pasir tersebut menarik nafas panjang sebelum mulai berbicara.
"Kau tahu, China? Aku sama sekali tidak peduli denganmu dulu. Aku hanya menganggapmu sebagai sesuatu yang menarik karena hanya kau yang bisa menandingi kemampuanku. Kau perempuan tanpa pesona sedikit pun, kekanak-kanakan, bodoh, dan bocah tidak tahu malu."
TWITCH
Perempatan siku siku mulai bermunculan di pelipis Kagura seiring dengan ejekan yang diberikan.
Apa sebenarnya yang ingin dikatakan Sougo adalah kumpulan ejekan itu? Bisa iya, bisa juga tidak.
Bagaimana ini? Kagura sama sekali tidak bisa menyangkal kemungkinan itu.
Kalau memang itu benar, dia siap membunuh Pangeran Sadis tersebut ditempat.
Tapi untuk sekarang, dia akan mendengar perkataannya sampai akhir.
"Jujur saja, itu kenyataannya. Aku benar-benar menganggapmu begitu. Tapi semakin kesini, entah kenapa aku lebih sering bertemu denganmu, bertarung denganmu dan melakukan hal lainnya bersamamu. Aneh menurutku—karena aku merasa senang sekaligus bingung karena hal itu. Aneue satu-satunya orang yang bisa mengerti diriku, namun sepertinya aku menemukan orang kedua."
Kagura mengerjapkan matanya beberapa kali, perkataannya ia gantungkan. "Eh? Itu maksudmu..."
Sougo dengan cepat melanjutkannya, "Ya, itu bocah ingusan yang selalu memakan selembaran rumput laut asin yang tidak enak sama sekali. Dia selalu saja menggangguku, membuatku kesal, menantangku meskipun sudah pasti tidak bisa menang."
Sougo menyeringai kecil lalu menekan jari Kagura lumayan keras, membuat sang empunya meringis.
"Khhh! Sakit, bodoh!"
Dia berusaha melepas pelukan namun Sougo tidak membiarkannya, malah digenggam kembali kedua tangan putih nan mungil tersebut.
"Saat perang, aku tidak bisa berhenti memikirkan apakah kau akan kalah atau mati. Apa kau bisa bertahan atau tidak. Kalau sampai kau tidak sanggup dalam peperangan itu dan menghilang dari hadapanku..."
Sang pemuda tampan tersebut terdiam sejenak lalu menghela nafas panjang.
"Aku bahkan tidak ingin memikirkan itu. Setelah perang berakhir, Edo tentu saja sudah damai. Namun, aku tidak bisa ikut merasakan kedamaian itu, ada yang selalu membuatku gelisah. Karena itu, aku selalu berlatih dengan keras. Agar aku bisa bertambah kuat, untuk melindungi semuanya. Untuk melindungi Kondo-san, Hijikata-san, Shinsengumi, Edo…"
Kagura merasakan batin emosi dari nada bicara datarnya, dan ia tahu itu.
"…Dan juga kau."
DEG
Kagura menganga seketika saat Sougo mengatakan hal yang terakhir. Dia melepaskan diri dari kungkungan dan genggaman dilepas, membuat Kagura menutup mulutnya dengan kedua tangan yang telah bebas, matanya berkaca-kaca sambil melangkah mundur satu kali.
Tahu akan reaksi sang gadis, Sougo pun berbalik dan menatap manik safir Kagura lekat.
"Seharusnya aku mengatakan ini tiga bulan yang lalu, tapi keluargamu itu menghalangiku. Hmm, tidak. Mungkin berkat itu, aku bisa mengubah kata kataku sekarang ini."
Perlahan namun pasti, sang pemuda tampan tersebut meraih pipi Kagura dan mengusapnya lembut ketika mereka berdekatan.
Dada keduanya berdesir senang saat saling menatap mata dan wajah, perasaan membuncah ingin disalurkan tapi tak tahu harus berbuat apa layaknya orang bodoh—itulah mereka berdua.
"China—tidak. Maksudku, Kagura. Jadilah istriku."
Tidak ada sedikit pun keraguan dari nada bicaranya atau pun sorot matanya.
Dia benar benar serius...
Mengerti akan hal itu, sebulir air mata lolos dari pelupuk sang gadis disusul lainnya. Tumpah mengalir secara bergantian membasahi pipinya yang merona merah.
"S-Sadist... K-Kau—Hiks..."
Isakan kebahagiaan mulai terdengar di taman yang sepi itu. Kelopak-kelopak bunga sakura seakan akan berdansa menyelimuti keduanya, ikut senang dengan pernyataan cinta yang akhirnya terucap jua.
Terjawablah sudah semua pertanyaan yang selama ini Kagura pendam di hatinya.
Dia sudah memastikan bahwa dirinya dan Sougo memiliki perasaan yang sama.
Fakta itu saja membuat Kagura senang, apalagi ditambah dengan lamaran yang baru saja keluar dari mulut sang Pangeran Sadis yang ia cintai selama bertahun-tahun.
Tanpa menunggu persetujuan dari Kagura, Sougo mengambil kotak cincin dari balik yukatanya. Dia ambil perhiasan jari itu lalu memasangkannya di jari manis sang gadis.
Air mata Kagura semakin mengalir deras dibuatnya.
"Jadi… Apa jawabanmu, Kagura?" tanya Sougo dengan lembut. Dia tersenyum tulus lalu menghapus air mata perempuan yang sangat disayanginya dengan ibu jari.
"A-Aku... Hiks... Ah… Aku ma—"
BRUUUUUUUUUUUUUUUKKKKK
Tanpa ada angin aupun badai yang lewat, tiang listrik tiba-tiba jatuh tepat di pinggir Sougo dan Kagura.
Suara dari tiang yang jatuh tersebut terdengar sangat keras, membuat kedua pasangan yang ada di tengah taman itu terkejut bukan main. Mereka secara bersamaan menoleh ke tiang yang ada di tanah lalu melihat ke sekeliling, mencari seseorang yang menjadi pelaku pengganggu momen romantis yang terjadi beberapa menit yang lalu.
Yah, sepertinya mereka bisa langsung menebaknya. Mereka merasakan de javu yang sama seperti tiga bulan yang lalu.
"Areeeeee? Sepertinya aku meleset~" sahut seseorang dari kejauhan.
Rambut jingganya yang dikepang tertiup oleh angin, senyuman manis nan menyebalkan terukir di wajahnya.
"Kamui! Kau kenapa disini aru-ka?!" tanya Kagura dengan nada bicara yang kesal sekaligus terkejut. K
enapa kebahagiaannya selalu saja terganggu. Benar benar menyebalkan.
"Aku datang karena ingin menghancurkan orang bodoh yang ada disampingmu." jawab Kamui seraya berjalan mendekati Sougo dan Kagura.
Merasa kesal dan terganggu dengan apa yang terjadi, pemuda bersurai coklat pasir tersebut ikut berjalan menuju Kamui dan mengeluarkan katananya dari sarungnya.
Sougo berdecih singkat lalu menatap sang kakak Yato tersebut kesal. "Sialan, kau berniat mengganggu terus, ya? Cih."
"Aku hanya ingin menghancurkanmu, karena kau tak pantas dengan adikku yang bebal ini!" Kamui menyeringai puas lalu berlari dengan cepat ke arah Sougo, begitu juga sebaliknya.
Mereka bertarung dengan hebatnya, lupa kalau Kagura ada disana menyaksikan.
Tahu bahwa kedua orang bodoh itu tidak bisa dihentikan, gadis bersurai jingga tersebut hanya bisa menghela nafas panjang.
Lalu, ia melihat cincin di jari manisnya dan tersenyum manis mengingat kejadian yang tadi. Kagura menatap Sougo dari kejauhan—yang resmi melamarnya dan menjadi tunangannya— dan tengah bertarung dengan calon kakak ipar yang masih tak merestui.
"Aku mau menjadi Istrimu-aru, Okita Sougo." gumamnya pelan.
Kebahagiaan sudah datang di hadapannya, bagaimana tidak mungkin ia tolak?
Semuanya berjalan lancar, hanya tinggal menunggu sang Pangeran Sadis berhasil membujuk ayah dan kakak kandungnya yang bodoh.
Dan begitulah, cinta takkan terpatahkan kalau selama itu memungkinkan.
.
.
.
Fin
Thank you for reading~
===D.N.A. Girlz===
HAIIIIIII~~~ DNAgirlz aka Shinju desu~~~
Udah lama saya ga ngetik dari dulu di fandom ini karena sibuk magang dan ada event di wp buat fic kolaborasi, ini juga dikarenakan teman saya Shena memang satu hati dan satu pairing wkwkwk jadi kami memutuskan untuk ikut event lagi~
Bagaimana? Apakah sudah mantap fic pembukanya? Wkwkwkwk aduh maafkan daku ya pendek banget AN nya lol
Oke jadi gini, awalnya kami ini sebenarnya bingung mau ikut yang indo atau yang luar karena dua-duanya membuat event untuk okikagu, tapi dikarenakan kondisi otak Shena juga termasuk saya jadi tak encer, maka kami memutuskan untuk ikut yang indo. Yang luar bisa menyusul bulan depan atau kalau tidak sibuk lol
Untuk tema kali ini adalah Gintama After Story jadi latar setelah perang besar terakhir selesai, saya juga masih liat-liat gimana episode dan manganya jadi masih nubi tehee~ dan nanti dilanjutkan dengan tema selanjutnya yaitu Marriage Life! Nantikan ya, karena akan sedikit berbeda dengan segala kegaringan dan kebodohan dua pasangan ini (owo)/
Semoga kami bisa tetap melaksanakan drabbles ini dengan tuntas ya! Makasih buat support, review, hingga advice dari teman-teman kami dari tahun lalu hingga sekarang!~ Ganbatte yang berjuang seperti kami XD Untuk Shena yang bantu saya, makasih banyak ya qwq
Untuk yang mau tahu kumpulan okikagu tahun lalu bisa lihat di storylist-nya Shena berjudul Umbrella X Sword #jiahmalahpromosi
Dan untuk yang baca, LOVE YOU FULL!~~~
Sekian dari saya, adios amigos!~ #alaSpainHetaliaPalingAnggun
Regards,
D.N.A. Girlz
.
.
.
===Shiroyasha Shena===
Hollaaaaaaaaaa~~ Shena and Shinju is back!
Kita kembali membawa FF untuk OKIKAGU WEEK!
Uwah engga kerasa udah setahun semenjak OkiKagu Week tahun kemarin... Review dari Reader tercintah waktu itu bener-bener bikin semangat dah! Kami senang kalau kalian menyukai ceritanya~~
Ah meskipun OkiKagu Weeks dimulai tanggal 1, baru bisa up sekarang nih karena otak aku engga encer XD
Tapi sekalinya encer jadi sepanjang ini ya? Gapapa lah...
Karena Gintama belum end, jadi bingung buat bikin FF tema Gintama After Story.. Jadinya aku bikin sesuai harapan dari diri sendiri, semuanya berbahagia. *wink*
Aku dan Shinju ikut OkiKagu Weeks dari Fanpage Indonesian OkiKagu illustrator Indo nih~~ Cuma 3 tema... Semangat bikinnya yeaaay!
Semoga kalian suka cerita OkiKagu Weeks dari aku dan Shinju kali ini juga ya!
Happy reading and wait for other story~~
WE LOVE YOU!
Love,
Shena & Shinju
