Master of Kugutsu no Jutsu

Summary:

AU/OOC. Bagaimana jika pada saat penyegelan Kyuubi ke Naruto selesai, ternyata ada seseorang yang mengambil Naruto dan orang itu tidak lain adalah si Jago Kugutsu, Sasori. Apa yang akan terjadi dihidup sang Jinchuuriki ekor sembilan? No Yaoi! Naru/?

Disclaimer: I don't have Naruto and Naruto belongs to Masashi Kishimoto.


Prolog: Malam Dimana Semuanya Berawal

Konoha. Salah satu dari lima negara terkuat di dataran Shinobi. Semenjak Daisanji Ninkai Taisen, Konoha sedang mengalami masa tenang, damai, dan masa kemakmuran.

Konoha. Institusi militer terbesar dengan populasi terbesar. Mereka sekarang dipimpin oleh sang Yondaime Hokage.

Minato Namikaze.

Konoha Kiroi Senko. Dia sedang menghadapi suatu yang besar sekarang. Bukan pekerjaan tertulis bukan juga sebuah misi yang hanya dia yang bisa melakukannya. Tapi sesuatu yang sangat besar. Sesuatu yang membuat semua lelaki senang.

"Kushina, sedikit lagi!" kata seorang wanita yang mulai masuk usia lebih dari setengah abad. Dia memakai pakai serba putih, menandakan dia seorang medis.

Wanita yang terbaring itu menjawab, "Uugh!" ia menekan agar sesuatu dari perutnya agar keluar darinya, tetapi disatu sisi, ia bisa merasakan rasa sakit yang luar biasa hebatnya.

"Ayo Kushina." balas wanita tua itu sambil bersiap untuk memegang sesuatu yang keluar dari selangkangan Kushina.

"T-tidak s-segampang yang k-kau kira, baachan.. Aah!" ia terus menekan benda yang menggembung di daerah perutnya. Jelas sekali sekarang. Dia sedang dalam proses melahirkan! Pantas saja dia terus meraung dan meraung.

"Lalu apa? Kau pikir aku tidak merasakan hal yang sama sepertimu? Terus dorong!" ia membalasnya dengan teriakan. Oh benar, mungkin Kyuubi yang mencoba keluar dari segelnya memberontak dan mengeluarkan rasa sakit yang lebih. "Terus Kushina!"

Sementara disatu sisi, Minato dipenuhi rasa takut yang luar biasa. Ia sangat tahu, nyawa istrinya sangat dipermainkan disini. Mungkin istrinya meninggal tapi bayinya hidup, atau mungkin istrinya hidup dan bayinya meninggal, atau mungkin keduanya meninggal. Sang Kiroi Senko menggelengkan kepalanya saat memikirkan kemungkinan terakhir.

"Yondaime-sama, apa segelnya akan pecah?" tanya seorang Shinobi yang memakai ikat kain yang menutupi kepalanya.

Yondaime tahu. Hal itu bisa saja terjadi, apa lagi saat ini adalah saat pertahan diri Kushina sedang melemah dan itu pun mempengaruhi segelnya.

"Segel memang melemah, tetapi aku tidak tahu apakah segelnya akan pecah atau tidak. Tapi jangan khawatir juga, tubuh Kushina akan melawannya bagaimanapun juga." Shinobi itu mengangguk. "Apa yang bisa kita lakukan hanyalah terus menunggu hingga prosesnya selesai."

Kekhawatiran yang sangat besar terpancar di wajahnya. Ia akhirnya memutuskan untuk berjalan mendekati istrinya yang terengah dan terlihat sangat lemah.

"Biwako-sama, bagaimana Kushina?" tanyanya ke perempuan tua yang mengatasi proses kelahiran istrinya.

"Sejauh ini masih bagus, Minato. Sekarang pastikan saja segel masih pada tempatnya dan tenangkan istrimu, kepala anakmu akan segera keluar!" dengan cepat Yondaime makin mendekat ke sebelah kanan ranjang istrinya.

"Santai saja, Kushina. Yang perlu kau lakukan hanyalah bernapas." katanya pelan dan sambil memegangi tangan lembut istrinya.

Tanpa diduga, Kushina malah marah. "APA MAKSUDMU SANTAI?! AKU TIDAK BISA SANTAI SAAT PROSES KELAHIRAN! APA YANG MEMBUATMU BERPIKIR AKU BISA BERSANTAI, MINATO?!" Kushina yang tangannya dipegangi Minato mulai membalasnya dengan remasan yang luar biasa kerasnya!

"Ow! Sakit!" keluh Minato. Badannya bergerak sendiri saat Kushina semakin memerasnya bersamaan dengan rasa sakit yang menjalar ditubuh Kushina.

"MINATOOOO!"

Teriakannya cukup membuat telinga disekitarnya ditutupi oleh tangan mereka masing-masing. Sementara Kushina berteriak, Biwako mulai melihat kepala dengan rambut pirang yang menjurus lebih mendekat ke arah kuning.

"Ayo Kushina! Kepalanya sudah muncul!" ia berkata seperti itu dan membuat Kushina semakin mendorong, tetapi dorongannya tidak terlalu kuat. "Atur napasmu! Buat dorongan dan napasmu saling sinergi, Kushina!"

Kushina mengangguk sekali dan mulai mengikuti cara Biwako bernapas. "Oke Kushina, dorong sekuat-kuatnya saat hitungan ketiga, oke?" kembali si rambut merah mengangguk. "Satu.. Dua.. Tiga.. Dorong!" Kushina berteriak sekeras-kerasnya namun usaha masih nol.

"Apakah sudah?" Kushina terengah saat bertanya ke Minato dan Biwako secara bersamaan. Napasnya benar-benar berat saat itu.

"Belum, Kushina.. Belum.." balas Yondaime tersenyum kepada istrinya.

Kushina tidak membalas balik karena masih terlalu terengah. "Kushina, sekarang atau tidak sama sekali! Satu.. Dua.. Tiga.. Dorong!" dan..

Suara bayi terdengar.

Saat itu juga, napas Kushina yang menderap seperti kuda mulai berangsur memelan. Ia sekarang mendengar suara yang sangat indah meskipun itu suara tangisan. Suara anaknya dan sang Yondaime Hokage.

Bersamaan dengan itu juga, mata Yondaime mulai berair dan menggenangi matanya. Saat terindah baginya, saat pertama menjadi seorang ayah. Ia bisa melihat Biwako menggendong seorang bayi lelaki dengan rambut sepirang dirinya dan tiga pasang kumis kucing dikedua pipinya.

"Selamat Kushina, Minato. Anakmu sehat." kata Biwako sambil memperlihatkan bayi kecil itu.

"Minato, lihat dia." ia menengok ke arah Yondaime dan dia mengangguk tersenyum. Lalu ia menengok ke arah Biwako lagi. "Boleh aku menggendongnya, baachan?" tanyanya dengan suaranya sangat pelan dan lembut.

Aku tidak percaya! Aku akhirnya seorang ayah! Saat Biwako hampir memberi Kushina bayinya, tiba-tiba sebuah kunai menyayat perut Biwako hingga membuat bayi itu, terjatuh dari pegangan Biwako.

"ANAKKU!" Kushina tidak bisa bergerak sedikitpun saat melihat anaknya terjatuh dari Biwako. Dia terlalu capek, tetapi Yondaime, sadar akan hal ini. Ia merasakan orang lain selain ANBU, medis, dan pengawal pribadinya serta Kushina dan bayinya.

"Biwako-sama!"

Beberapa femtosekon kemudian, sesosok bayangan hitam melintas melangkahi badan Biwako dan mengambil bayi kecil itu.

"Minato, s-siapa dia?" jelas, dia terlalu capek dan lelah, makanya napasnya masih sedikit terengah.

Minato menggelengkan kepalanya perlahan. "Aku tidak tahu Kushina. Tetapi dia yang telah membunuh Biwako-sama."

N-naruto.. Kushina mencoba untuk membangunkan tubuhnya, tapi karena masih terlalu lelah akibat proses kelahiran, dia hanya bisa terbaring diatas tempat tidur.

"Siapa kau?!" teriak Minato.

"Heh, cara yang buruk untuk bertanya, Hokage-sama." sebutnya tajam sambil memegang Naruto yang masih bayi. "Setidaknya kau bawa pergi semua ANBU, atau kunai ini akan semakin dekat dengan leher bayi ini."

Dia merasakannya. Minato menaikkan tangannya dan beberapa bayangan kabur melesat pergi. "Apa maumu?"

Pria itu, si pria bertopeng, menunjuk ke arah Kushina. "Sederhana. Biarkan aku membawa Jinchuuriki yang berambut merah itu dan aku akan memberikanmu lagi anak ini. Bagaimana? Tawaran yang tidak terlalu sulit, kan?"

Kushina terbatuk mendengarnya. Apa yang dia inginkan dariku? Pikirannya mulai berpikir sesuatu tentang Kyuubi atau pun sesuatu tentang Uzumaki atau apalah.

Minato disatu sisi mengerutkan dahinya dan dengan tenang mengatakan, "itu sudah jelas tidak akan terjadi."

Dibalik topengnya, pria itu menyeringai. "Kalau begitu akan kulakukan sendiri, hm?" Yondaime bersiap untuk sesuatu yang lebih buruk lagi.

"Naruto!"

"NARUTO!"

Kedua orangtua bayi itu teriak. Jelas yang lebih kencang adalah ibunya. Mereka berteriak ketika Naruto dilempar oleh pria bertopeng itu.

Swoot

Minato meloncat dengan sigap dan menangkap Naruto.

"Wow, reflek yang bagus, Hokage-sama, tetapi aku rasa aku sudah dapat yang aku mau." balas pria itu sambil memegang pergelangan tangan Kushina.

Tch, orang ini.. Ia melemparkan kunai Hiraishin, tetapi anehnya kunai itu dengan mudah hanya melewatinya dan tidak merusak bagian tubuh pria itu.

Minato, tolong aku.. Kushina berpikir demikian sambil beberapa tetes air mata perlahan mulai membuat aliran yang semakin deras.

"Hm, ini akan semakin menarik saja. Kita akan bertemu lagi." pria bertopeng itu kemudian menghilang bersama Kushina. Mereka masuk kedalam sebuah lubang hitam dari topeng pria itu.

Dia akan kabur! Minato tidak membuang waktu, meleparkan Hiraishin dan ikut menghilang kedalam lubang hitam itu bersama istrinya. Disela tangisan Naruto, ia bisa mendengar dengan jelas suara Kushina yang meminta pertolongannya.

"Jangan khawatir, Naruto. Ayah akan bawa ibumu kembali."


Suatu tempat dekat Konoha, sekitar satu setengah jam kemudian.

Seseorang dengan rambut merah merasakan sesuatu yang tidak beres. Orang ini terlihat familiar sekali dengan pakaian seperti gamis atau tunik. Pakaiannya sederhana, seperti dibilang tadi, namun dengan syal putih dan warna coklat mendominasi bajunya.

"Ada yang aneh." gumamnya sendiri, lalu ia lanjutkan kedalam pikirannya, ANBU atau para sensor seharusnya sudah menyadari keberadaanku sekarang, mengingat posisiku yang terlalu dekat dengan Konoha. Sesuatu sepertinya benar-benar terjadi.

Dengan santai orang berambut merah ini berjalan santai melewati hutan yang cukup lebat tapi tidak selebat hutan hujan.

Dari kejauhan ia bisa mendengar sebuah raungan keras seekor binatang buas. Ia merasakannya dan ia merasa sangat ngeri bahkan hanya dengan suaranya saja.

"Terdengar seperti rubah." gumamnya lagi. Dan tebakannya beruntung. Ia melihat sembilan ekor berkibas diatas hutan-hutan itu. Dan kibasan ekor itu adalah sumber suara yang meraung itu. "Jangan katakan itu adalah.."

Sasori mencoba mendekati asal suara itu. Semakin dekat ia semakin ingin tahu. Ia berlari dan terengah. Perlahan suara rubah itu semakin dan bertambah jelas dan jelas. Hingga akhirnya ia berakhir bersembunyi dibelakang semak-semak.

"Kyuubi." ekspresinya benar-benar anti klimatik. Tidak terkejut, tidak juga takut. Dari balik semak itu ia melihat Kushina dan Minato tertusuk oleh cakar Kyuubi dari belakang.

"N-Naruto, d-dengarkan mulut i-ibumu yang b-bawel ini, ya? Pastikan k-kau menger-jakan a-apa yang diperintahakan ibumu, o-oke?" Yondaime melihat ke arah anaknya yang tertidur diatas altar penyegelan Bijuu.

Y-Yondaime! D-dan itu istrinya?! Apa itu anaknya?! Mata Sasori jelas membuka lebar akan apa yang terjadi didepannya saat ini. Ia menengok ke arah Hokage muda itu dan dibelakangnya terbentuk sesosok yang gaib. S-Shiki Fuujin?! Apa dia berniat menyegel Kyuubi bersama anaknya? Sasori semakin ingin tahu apa yang akan terjadi.

"I-ingat Naruto, k-kami mencintaimu." kata Kushina tersenyum.

Naruto?

"Hakke Fuuin." lanjut Hokage itu pelan. Sedikit demi sedikit, cahaya keluar dari perut kecil Naruto. Ini berarti penyegelan sedang dilakukan.

Hm, Hakke Fuuin dan Shiki Fuujin. Sekarang aku mengerti. Jadi dia menyegel setengah bersamanya dan setengah bersama bayi itu. Perlahan chaya yang menyilaukan itu memudar dan memperlihatkan pola klan Uzumaki di perut bayi lelaki itu.

Mayat Kushina dan Minato seketika jatuh dan meninggalkan lubang besar di dadanya. Ia menyeringai sesaat melihat mayat yang jatuh itu. "Koleksi berikutnya." gumamnya pelan sambil meloncat mengambil mayat dua ninja legendaris. "Hm?"

Sasori menengok ke arah bayi itu alias Naruto. Ia melihat wajah yang kosong penuh kepolosan dan kesucian. Kyuubi, hah? Sasori merasa sebagian dari hati kecilnya luluh saat melihat bayi berambut pirang dengan tiga pasang kumis kucing di pipinya.

Sasori menunduk dengan pikiran tentang keluarga. "Sasori! Suna menyatakan bahwa kau bukan lagi warga Suna lagi! Apa yang kau pikirkan?! Membuat manusia menjadi boneka?!" Sasori sudah tidak diakui Desanya lagi, tapi bagaimana neneknya yang berkata demikian? Dia sekarang bahkan diberi label ninja pelarian akibat aksinya seperti itu. Sasori sendiri tidak peduli dengan neneknya, hidup Sasori hanya terpaku kepada boneka terus.

"Kau punya keluarga selain kedua orang tuamu, Naruto-kun?" tanyanya ke bayi yang jelas-jelas belum bisa berbicara. Naruto tidak membalas, selain terus bernapas mencari udara. Sasori melihat sana sini dan menggunakan instingnya. "Tidak ada ANBU disini."

"Apa kau mau keluarga?" bayi itu sekali lagi tidak menjawab karena ia tertidur. "Apa kau mau ayah dan ibumu kembali?" ia tidak menjawab juga.

"Kalau begitu kau akan ikut denganku." ia mengeluarkan salah satu boneka dan mengambil Naruto. "Naruto-kun eh?" ia menengok ke arah bayi Naruto dan ia melihat bayi yang tertidur sangat tenang dan Sasori pun tertawa kecil. "Hidup memang berat kalau kita melihat orang yang kita sayangi itu pergi dari hadapan kita, benar kan?"

Pertama kalinya aku berbicara dengan bayi.. Ia mendengus hebat dalam pikirannya. Mayat ini, sebaiknya aku bawa. Ini mungkin akan jadi koleksi terhebatku. Lalu boneka yang berbentuk Salamander melahap kedua mayat yang sepasang.

"Mungkin kau akan memanggilku kakak mulai sekarang." Dan mungkin hanya kau dan aku saja yang bisa melihat boneka sebagai seni. Kemudian ia melompat jauh dan meninggalkan tempat penuh darah bekas mayat dan lilin yang masih menyala disekitar altar.

Sementara itu, Hiruzen Sarutobi bersama ANBU dan 3 orang pengawal Hokage muncul di tempat tak lama setelah Sasori pergi.

Tongkatnya terjatuh seketika saat melihat tempat itu kosong. "K-kita terlambat."


How? Bagaimana? Gaje? Hm.. Ini cuma prolog. Prolog ini udah kebelet pengen dikeluarin, jadi agak diluar schedule yang harusnya minggu depan, tapi karena janji, yaudahlah. Chapter satu akan keluar mungkin beberapa minggu berikutnya. Author harus tahu bener-bener sifat Sasori nih. Oke poll belum ditutup, dan pairing baru bakal dimulai kalo misalnya udah sampai ke titik ujian Chuunin. Fic ini mungkin akan Cannon, tapi Cannon dengan cara author. Tidak ada lemon atau rinnegan atau God-like. Strong, pintar, iya tapi tidak terlalu God-like. Sasori dan Naruto bakal OOC Sasori bakal bersikap care ke Naruto, tapi tetep dingin ke orang lain. Kalau Naruto nanti akan lebih kalem, tidak jahat tapi mungkin agak dingin. Tentang Akatsuki? Hm mungkin nanti.. Dan sekali lagi, ini bukan Yaoi, jadi maaf yang kecewa. Sampai jumpa beberapa minggu lagi! Ingat! REVIEW! Dan ikut poll serta beri kesan pertama fic ini!

Keep cool, Im out!