Disclaimer : Ryohgo Narita

Warning : A shonen-ai fanfict, bit fluffy (?), one shot. Don't like it? Then leave it, thanks :3

Pair : Kida/Mikado

Summary : "Apa arti kata 'manis' untukmu? Gula? Atau kau punya jawaban mu sendiri, Kida?"


Definition of Cuteness

Ada yang pernah bertanya padamu, apa itu arti 'kau manis sekali' yang sebenarnya?

Kalau belum, selamatlah.. karena subjek kita kali ini tengah berkutat memperjuangkan rasio kefokusannya, yang termakan oleh pemikirannya mengenai arti 'manis'. Sejatinya.

Uhh, ok.

Jangan tanya kenapa ia memikirkan hal yang unik begini—di kelas, di rumah, di taman bermain, bahkan toilet, dimanapun ia sempat memikirkannya. Bocah pirang dengan tinggi yang cukup proporsional ini tak akan mau ditanya—jangankan ditanya, bahkan dengan moodnya yang sekarang, menyapapun kau tak akan digubris.

Aih.. Kida Masaomi tengah dilanda bimbang. Terima kasih atas Mr. Walker yang secara iseng bertanya padanya.

Mengacak rambut—ia stress kawan, mungkin. Begini inilah tipe yang tak dapat bernapas lega apabila ia belum menemukan jawaban dalam benaknya. Walau dalam kasusnya, Kida bukan tipe yang ini.

"Masaomi?" suara memanggilnya, suara lembut yang penuh tanya. "Kau.. baik-baik saja?"

Mengadah dan menatap ke dalam dua mata biru yang nampak cemas. Oh, ingin rasanya si pirang menepuk kepalanya dengan kencang atas kelakuannya yang membuat si hitam sampai menatap begitu.

Ampun, ia benci dirinya.

"Ah.. hei Mikado~" berusaha menghapus murung wajahnya dan menggantinya dengan senyum lebar—nyengir, khasnya. "Baik-baik saja, hanya sedikit berpikir.."gahh, bisakah ia mencari alasan lain selain berpikir? Kida Masaomi dan pikirannya, haha, mau diharap apa.

"Tentang?"

"Err.." meneguk ludah, tak menyangka surai hitam di depannya akan menjawab balik. "Tak bisa.. kukatakan padamu."

"Ah.. begitu ya," kepala itu lunglai sedikit, menunduk dengan menampilkan wajah yang dipaksa tersenyum. "Maaf.. bukan maksud apa, hanya.. hanya ingin membantumu kalau bisa.."

Ugh, Kida Masaomi. Minus satu point.

Tertawa pelan guna melunakkan suasana dan atmosfer, di acaknya pelan surai hitam Mikado. Cukup bernapas lega mendapati kekasih hati—sekaligus sahabat terbaiknya balik tersenyum. Kala disadarinya sesuatu, sesuatu yang amat telat, sesuatu yang sedari tadi membuatnya tak bisa fokus.

Definisi 'manis' atau sebutlah 'cute'. Di hadapannya.

Oke—katakan ia lemah otak, telat berpikir, lamban, atau apapunlah itu, terserah.

Sesukamu.

"Katakan saja ya kalau ada sesuatu, aku pasti membantu.. hehe~"

Manis.

Dari segi manapun sosok yang ada di hadapannya saat ini adalah manis.

Suara tawa yang lembut—menggoda di telinga. Senyum hangat dengan bibir tipis yang semanis dan sememikat madu. Dua bola mata besar dengan biru yang menghanyutkan. Kesempurnaan lengkung hidung yang mancung. Pipi yang merona merah samar dengan binar wajah yang cerah. Surai hitam yang mulai panjang di bagian tengkuk—malu-malu menutupi leher dengan totalitas warna kulit yang terindah—velvet.

Kida Masaomi sejenak terbang ke awang. Menundukan kepala

"…manis" malu-malu bersuara, wajah di hadapannya menatap bingung.

"…Masaomi?"

"Ne.. Ryuugamine Mikado," mengadahkan wajah, menatap langsung dua warna sama—biru, menghanyutkan, tersenyum.

"Ya?"

Peduli apa Kida Masaomi tengah berada di mana ia sekarang—peduli apa ini di kelas, sekolah telah usai, ia yakin tiada seorangpun murid yang tinggal di kelas untuk menyaksikan pernyataannya, kan?

Untukmu, hei si manis yang mencuri hatinya.

Untukmu, hei si manis yang membalas senyumnya.

Untukmu, hei si manis yang terindah.

Boleh ia menggenggam tanganmu?

Boleh ia memelukmu?

Boleh ia mengecup manis bibirmu?

Terima kasih.

"I love you, my cute velvet."


a/n : okay.. fict pertama setelah maju mundur mau post, haha~ anyway, masih baru disini.. jadi senpai sekalian, Review please? Thanks for read this one :3