My 1st fanfiction

Disclaimer: sebagian besar tokh milik masashi kishimoto tapi ada juga yang asli milikku.

The History of Two City

Ada sebuah desa kecil di pesisir pantai. Desa itu hanya dihuni oleh beberapa keluarga. Mereka hidup damai dan saling tolong. Tidak pernah ada konflik di desa itu.

Di salah satu rumah, hiduplah seorang pria setengah baya. Pria itu biasa dikenal dengan nama Keiji Kujo. Keiji hidup bersama dua orang anak angkat, satu perempuan dan satu laki-laki. Kedua anak tersebut sudah yatim piatu. Keiji menganggap kedua anak itu sebagai anaknya karena dia memang tidak memiliki keluarga.

Yang perempuan bernama Chiyo dan yang laki-laki bernama Hashirama. Mereka pun menganggap Keiji sebagai ayah mereka. Usia mereka hanya terpaut satu tahun, Hashirama lebih tua daripada Chiyo.

Keiji bekerja sebagai nelayan. Dia selalu membawa Hashirama melaut. Setiap malam mereka selalu pergi melaut bersama beberapa pria lain dari desa itu dan pulang pada pagi hari. Terkadang mereka pulang dengan membawa hasil yang melimpah namun tak jarang mereka tidak mendapatkan apa pun. Walaupun demikian, mereka tetap hidup bahagia. Mereka nyaris tidak pernah bertengkar.

Keiji dapat berperan sebagai ayah sekaligus teman bagi Chiyo dan Hashirama. Sebagai ayah, dia selalu mendidik kedua anak angkatnya untuk mandiri. Dia selalu berusaha mencukupi kebutuhan mereka. Bila salah satu anaknya sakit, dia akan merawatnya dengan penuh kasih sayang, mencarikannya obat, membuatkan makanan yang diinginkan anaknya yang sakit, dan segala hal yang bisa dilakukannya. Bila persediaan makanan mereka hanya tinggal untuk satu atau dua orang, dia rela tidak makan agar Chiyo dan Hashirama tetap makan, tentunya Chiyo dan Hashirama tidak mengetahui hal itu. Sebagai teman, Keiji sangat suka bercanda dengan Chiyo dan Hashirama. Dia juga teman bicara yang seru. Bila Chiyo atau Hashirama mempunyai masalah, dia akan memberikan masukan penyelesaian itu. Dia pun dapat menerima teguran dari kedua anaknya dengan lapang dada – beberapa orangtua tidak suka ditegur oleh anak-anak.

Suatu hari, ketika Hashirama dan Chiyo sudah berusia 16 tahun, Keiji mengajarkan mereka suatu keterampilan baru. Dia mengatakan keterampilan itu adalah keterampilan yang diwariskan turun-temurun dalam keluarganya. Sebenarnya keterampilan itu biasa diajarkan pada perempuan tapi karena dia anak tunggal maka ibunya mengajarkan keterampilan itu padanya. Karena dia tidak memiliki keluarga lain, maka dia mewariskan keterampilannya itu pada Hasharima dan Chiyo. Keterampilan itu adalah membuat boneka kayu yang dapat digerakkan dengan tali.

Selama beberapa hari mereka memelajari keterampilan itu. Mereka belajar membuat pola pada kayu, memotong kayu yang sudah berpola, mengukir kayu, menyatukan semua bagian boneka sengan tali, dan mengecat boneka. Dalam waktu seminggu keduanya sudah dapat menguasai teknik membuat boneka kayu. Mereka sudah dapat membuat berbagai macam bentuk.

Dua minggu kemudian, Keiji merasa seluruh tubuhnya dingin. Saat Chiyo memeriksa suhu tubuh ayah angkatnya itu, ternyata tubuh Keiji justru sangat panas. Chiyo menyuruh Hashirama untuk mencari obat untuk ayah mereka.

Hashirama mengelilingi seluruh desa untuk memdapatkan obat. Dia mendatangi setiap rumah di desa kecil itu. Akhirnya dia mendapatkan obat penurun panas. Lalu dia bergegas pulang dan memberikan obat itu pada ayahnya.

Setelah minum obat, suhu tubuh Keiji berlahan-lahan turun. Namun tetap saja suhunya belum kembali ke suhu normal. Keiji menggigil. Seluruh tubuhnya berkeringat. Dengan sabar, Chiyo atau Hashirama mengganti pakaian Keiji setiap kali pakaian Keiji sudah terlalu basah oleh keringat. Mereka pun menyuapi Keiji dengan penuh kasih sayang. Setiap kali Keiji akan ke kamar mandi, Hashirama mengantarnya dan membersihkan kotorannya. Rutinitas seperti itulah yang tampak di kediaman Keiji Kujo selama 3 hari.

Pada hari keempat Keiji sakit, Chiyo bangun pagi-pagi sekali. Dia memasuki kamar Keiji. Dia berjingkat melewati Hashirama yang tidur di bawah, menjaga sang ayah. Dia menyentuh kening ayah angkatnya untuk mengecek suhunya. Sudah normal. Chiyo tersenyum. Lalu dia pergi ke dapur untuk membuat bubur untuk Keiji.

Setelah buburnya matang, Chiyo merapikan rumah. Saat itu, Hashirama bangun. Mereka pun merapikan rumah bersama-sama. Tidak lama kemudian mereka sudah selesai merapikan seisi rumah.

Chiyo kembali ke kamar Keiji. Dia berusaha tidak membuat suara. Dia kembali menyentuh kening ayah angkatnya itu, khawatir panasnya kembali meninggi. Namun bukan panas yang dirasakannya melainkan dingin. Dia meraba tangan ayahnya. Dia juga. Tubuhnya lemas. Dia berusaha tidak berpikir buruk. Dia mencoba membangunkan sang ayah.

"Ayah," panggilnya perlahan.

"Ayah."

"Ayah."

Dia mengulang memanggil-manggil Keiji. Dia menggoyangkan tubuh Keiji. Tidak ada reaksi apa pun. Justru tubuh di tempat tidur itu tergolek lemah, tak berdaya.

* * *

Gerimis hampir tidak berhenti sejak tadi pagi. Hanya berhenti selama satu jam pada siang hari, lalu kembali gerimis. Sebuah rumah kecil di desa yang juga kecil itu sangat sepi. Kedua penghuninya, Chiyo dan Hashirama, hanya diam termenung. Sesekali terdengar isakan kecil. Rumah itu masih diselimuti duka.

Keduanya nyaris tidak berbicara sejak tadi pagi bila tidak ditanya. Mereka seolah kehilangan daya untuk berbicara. Mereka seperti baru kehilangan bagian terpenting dari tubuh mereka. Mereka memang baru kehilangan bagian terpenting dari hidup mereka dan membuat mereka sekali lagi menyandang status yatim.

Akhirnya Hashirama, yang sejak tadi duduk di ambang pintu, bangkit. Dia pergi ke dapur lalu menyendok bubur ke dalam mangkuk. Dia kembali ke teras, menghapiri Chiyo yang sedang duduk termenung di teras.

"Chiyo," katanya. "Makanlah." Dia menyodorkan bubur itu.

Chiyo menggeleng.

"Kau harus makan," lanjutnya, "atau kau akan sakit."

"Biar saja aku sakit, supaya aku bisa menyusul orangtuaku dan ayah kita."

"Kau tidak boleh bicara begitu."

"Apa pedulimu padaku?"

"Aku peduli! Kau saudaraku!"

Kata terakhir Hashirama seolah menyadarkan Chiyo bahwa dia tidak sendiri. Hashirama juga pasti merasa kehilangan ayah angkat mereka.

"Kalau kau sakit, aku yang repot," kata Hashirama.

Akhirnya Chiyo mengambil mangkuk di tangan Hashirama. Dia mulai menyuap perlahan. Bubur itu terasa hambar baginya dan sudah dingin. Hashirama duduk di sebelahnya, memastikan Chiyo menghabiskan makanannya.

"Kau sudah makan?" tanya Chiyo ketika dia sudah mengahabiskan setengah buburnya.

"Sudah."

Chiyo menghabiskan buburnya. Dia pergi ke dapur untuk mencuci mangkuknya lalu kembali ke teras. Hashirama masih duduk di sana. Mereka duduk di teras cukup lama. Tidak ada yang berbicara. Mereka hanya memandangi rintik-rintik hujan. Entah mengapa, melihat rintik-rintik hujan itu membuat perasaan mereka lebih tenang. Namun tetap saja masih ada duka dalam hati.

"Kau tahu, Chiyo," kata Hashirama memecah kesunyian. "Kupikir langit pun menangis. Sejak tadi hujan nyaris tidak berhenti."

"Ya, mungkin langit pun berduka," kata Chiyo, "seperti kita."

Mereka bertahan di sana sampai larut malam. Walaupun lelah, mereka sama sekali tidak berniat tidur. Mereka lebih memilih berdiam diri di teras, melihat rintik-rintik air, mendengarkan alunan suara jangkrik, dan merasakan sejuknya malam.

"Aku sudah memikirkannya sejak tadi," kata Hashirama memecah keheningan.

"Memikirkan apa?" tanya Chiyo, mengalihkan pandangannya dari bulan ke Hashirama.

"Aku tidak akan tinggal di sini lagi. Aku akan merantau."

"Tapi, kenapa?"

"Jika aku terus di sini, aku tidak akan menjadi apa-apa. Tidak ada yang akan mengajariku hal-hal baru."

* * *

Pagi-pagi sekali di dalam rumah kecil itu sudah menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Hashirama mengepak barang-barangnya. Setelah itu dia membantu Chiyo merapikan rumah. Lalu Chiyo memasak makanan terakhir buatannya yang akan dicicipi Hashirama.

Mereka sarapan dalam diam. Ada nuansa aneh yang hadir di antara kedua orang itu. Mungkin itu karena mereka tidak akan bertemu lagi.

Setelah sarapan, Hashirama beranjak pergi.

"Aku pergi sekarang," kata Hashirama.

"Tunggu," kata Chiyo. "Aku ikut."

Chiyo mengambil tasnya dari dalam kamar dan menyusul Hashirama yang sudah menunggu di teras.

"Kapan kau mengepak?" tanya Hashirama, bingung melihat Chiyo yang sudah mengepak barang.

"Tadi malam."

Mereka pun berjalan menembus udara pagi yang dingin. Langit masih tampak gelap. Sepertinya penduduk desa yang lain masih terlelap, hanya samar-samar mereka melihat lampu-lampu kapal nelayan yang akan kembali ke desa. Mereka terus melangkahkan kai meninggalkan desa tempat mereka tumbuh, menjauhi rumah kecil penuh kenangan.

Akhirnya mereka benar-benar telah keluar desa. Mereka bertanya-tanya dalam hati apakah suatu saat akan kembali ke desa itu? Dengan perasaan yang tidak menentu, antara sedih menginggalkan desa dan hasrat ingin menemukan hal baru, mereka terus melangkah.

Langit sudah mulai bercahaya ketika mereka sudah jauh dari desa. Mereka berjalan tanpa mengetahui arah yang pasti, hanya berdasarkan perkiraan. Sambil berjalan, mereka membicarakan kenangan-kenangan mereka. Dari kenangan indah sampai kenangan buruk. Mereka tertawa bersama dan bersimpati ketika cerita memasuki keadaan buruk.

Matahari sudah tinggi ketika sungai besar menghadang mereka. Tidak ada jembatan di sekitar situ.

"Sekarang bagaimana?" tanya Chiyo.

"Bagaimana kalau ke kanan, ke arah barat?" usul Hashirama. "Kudengar dari orangtuaku, mereka keturunan orang barat. Mungkin aku akan bertemu kerabatku."

Chiyo terdiam sejenak. Berpikir.

"Mungkin kita harus berpisah di sini," katanya akhirnya. "Aku memilih ke timur. Ada beberapa kerabatku di timur."

"Baiklah kalau begitu. Kuharap kita akan bertemu lagi. Aku pasti akan merindukanmu."

"Aku juga pasti akan merindukanmu. Aku tidak akan melupakanmu."

Akhirnya, mereka pun berpisah. Hasirama ke barat sedangkan Choyo ke timur. Walaupun mereka terpisah jauh, mereka tidak akan melupakan semua kenangan yang telah mereka lalui bersama.

Chapter 1 selesai! Singkat banget ya. gak kepikiran mau gimana lagi sih.

Oia, Keiji Kujo itu OC ku. Aku bingung mau namain apa, trus aku iseng ikut quiz japanese name, aku masukin nama adikku. Katanya nama Jepang dia Keiji Kujo. Aku pake deh.

Ini fanfic pertamaku. Jadi kalau aneh maaf ya. Di chapter selanjutnya naruto dkk bakalan keluar.

Please review!

Review

Review

Review!

Supaya chapter berikutnya bisa lebih baik.