The Hunger Mon (Part 1)

Saat aku terbangun, bagian ranjang sebelahku dingin. Jemariku terulur, mencari kehangatan Doraemon tapi yang kutemukan malah kacamata bulat milik Nobita. Aku pun bangkit dari ranjang kucelku. Melangkah menuju kamar ibuku, disana aku menemukan Doraemon dan Buttercup masih tertidur dengan posisi berpelukan. Itu hubungan termesra antara "Kucing" dan "Robot kucing setengah musang" yang pernah kulihat.

Aku pun pergi untuk mengambil air wudhu kemudian sholat subuh. Lalu, aku mengambil ransel oranyeku dan pergi ke hutan untuk berburu seperti biasa. Otw ya cyiiiinn…

Aku berburu di hutan bersama Gale. Sampai di hutan, aku melihat 'sesuatu' yang melintas di sampingku, dengan cepat aku langsung memanahnya. Ternyata, yang kupanah adalah seekor musang. Oh, bukan, setelah kulihat lebih dekat ternyata itu adalah Doraemon. Memang Doraemon lebih pantas menjadi robot musang, bukannya kucing. Luka yang disebabkan oleh panahanku, ternyata membuat tubuh Doraemon mengempis. Dengan seketika ia berubah menjadi langsing, mirip Paris Hilton. Tunggu, Doraemon itu cewek atau cowok sih? -_-

Sepulang dari berburu, aku membawa pulang seikat pocong, sekardus tuyul, dan sebuah Dora Hilton. Di perjalanan, aku bertemu Nobita. Nobita adalah fansku, tiap hari ia mengikutiku sepanjang hari kecuali saat aku berada di hutan. Sebenarnya Nobita adalah pasangan maho-nya Gale. Sejak aku mengetahui bahwa Nobita dan Gale punya hubungan semesra itu, sekarang aku lebih sering berburu sendirian. Kecuali untuk hari ini. Karena aku terpaksa dan membutuhkan bantuan Gale untuk membuat jerat agar hasil buruanku lebih banyak dari biasanya.

Nobita pun mengikutiku sampai di rumah, sementara Gale berjalan kearah rumahnya sambil melambaikan tangannya ke Nobita dengan gaya banci. Aku pun langsung masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu, sehingga mencegah agar Nobita tak masuk ke rumahku.

Sampai di dalam rumah, aku teringat suatu hal. Aku lupa memberi sebagian pocong hasil buruanku kepada Peeta. Karena Peeta sangat membutuhkannya untuk ia jadikan guling. Ya, sekarang Peeta tak menjual roti, tapi guling berkain kafan. Aku pun langsung pergi ke rumah Peeta menggunakan pesawat jet pribadiku, padahal jarak antara rumahku dan rumah Peeta hanya 200 meter. Sampai di depan rumah Peeta, ternyata Peeta telah menungguku sejak lama dengan wajah yang sok imut. Karena aku sudah tak kuat dan jijik melihat wajahnya yang sok imut itu, langsung kuberikan seikat pocong kepadanya dan langsung cabut.

-Part 1 Selesai-