Haii disini Mikan! Akhirnya setelah saya membuat fanfic 'Valentine's Kiss' (Jika ingin tahu silahkan cek di profil saya~ *Promosi*) Saya memutuskan untuk membuat NaLu Fanfic lagi, kali ini multi chap! Dan kelihatannya saya ingin membuat cerita yang sedikit 'serius' tapi dengan bahasa yang mudah supaya dapat dimengerti semua orang. Tanpa basa-basi lagi silahkan membaca!
Celestial's Dragon
Apakah kau pernah mendengar tentang kisah itu?
Kisah tentang anak naga yang berubah menjadi manusia?
Kisah tentang seorang bangsawan yang bertarung dengan bintang?
Bagaimana akhirnya mereka berdua bertemu dan jatuh cinta?
Dan bagaimana mereka berdua menghancurkan dunia?
Ia merasa sangat bahagia sampai rasanya melayang, akhirnya ia dapat berlari sampai rambut pirang panjangnya berkibar dan berantakan kemana mana, ia juga dapat merasakan angin berhembus dan menampar wajah mulusnya sampai matanya terasa panas, ia juga dapat merasakan kaki mungilnya mulai berdenyut nyeri dan napasnya mulai terasa berat karena ia hampir tidak pernah melakukan aktifitas fisik seperti ini.
Tapi ia bahagia, akhirnya ia bebas.
Tiba-tiba ia berhenti, dan melihat semak-semak tinggi telah menghalangi jalannya. Tanpa salah lagi, ia pasti telah berlari meninggalkan pemukiman dan sekarang telah tiba di hutan yang terletak di sebelah barat daya kota.
Dengan agak ragu tapi mata penuh dengan sinar penasaran dan antisipasi tangan porcelainnya menyibak semak tersebut dan kakinya mulai melangkah.
Ia melihatnya, anak itu.
Tak salah lagi anak didepannya adalah seorang laki-laki, dengan badan mungil seperti dirinya dan rambut berwarna...pink?
Bola mata cokelat hangatnya terus meneliti, menelusuri bagaimana tangan anak laki-laki di dekatnya memegangi rambut anehnya, dan juga bagaimana posisi anak itu bergelung dan maju mundur seperti sedang menenangkan dirinya sendiri, bagaimana bahunya bergetar seperti sedang menangis,
dan ia pun tersadar.
Anak laki-laki itu memang sedang menangis.
"Permisi," Akhirnya ia memutuskan untuk menyapa anak di dekatnya, ia tidak seperti orang jahat, malah sedang sedih, dan ia bukanlah orang dewasa yang jika melihatnya pasti akan langsung lari dan melapor kepada 'mereka'.
Anak di dekatnya terkejut dan sejenak terdiam membeku, lalu, dengan takut-takut ia mulai menoleh ke asal suara.
Betapa kagetnya saat ia tahu ada seorang anak perempuan sedang berdiri di dekatnya. Dengan insting ia langsung melompat mundur dan menggeram seperti yang pernah diajarkan oleh ayahnya.
'Jangan percaya dengan manusia nak.'
Anak itu tampak sangat terkejut dengan tindakannya dan mundur beberapa langkah, akhirnya mereka sekarang berjarak beberapa meter.
Dengan waspada ia memperhatikan anak perempuan itu, pertama kali yang ia perhatikan adalah betapa besar dan indahnya mata anak itu, seperti cokelat yang meleleh, lalu ia memperhatikan rambut emasnya yang tampak halus dan terurai panjang sampai pinggang kecilnya, tingginya hampir sama dengannya, tangan dan kakinya yang halus seolah tidak pernah menapakkan diri ke tanah yang berbatu, Ia memakai jubah cokelat tua jelek yang menutupi seluruh lapisan dalam pakaiannya tapi itu tidak mengubah pesonanya, ia cantik.
'Jangan percaya dengan manusia nak.'
Ia berusaha mengenyahkan fakta itu dan mulai menatapnya dengan galak.
Sedangkan itu, Anak perempuan yang dipandangnya ketakutan sekali, memang yang didepannya Cuma anak kecil seumuran dengannya tapi a memiliki aura yang berbeda dan juga terlihat bukan seperti anak biasa (meskipun pengalamannya dengan anak sebaya bisa dibilang minim). Ia berusaha terus menatap iris onyx anak itu, yang sekelilingnya bernoda merah, terlihat sekali ia habis menangis, berusaha menyampaikan pesan bahwa ia tidak berbahaya.
'Jangan percaya dengan manusia nak.'
Anak laki-laki berambut pink itu masih terus menggeram galak, terlihat sekali ingin manusia di depannya enyah dari sana, ia juga mengantisipasi akan segala kemungkinan bahwa ia akan disakiti atau paling tidak dihina seperti yang biasa mereka lakukan.
Akhirnya anak perempuan itu membuka mulut seakan hendak bicara, syaraf nya pun semakin tegang.
"Namaku Lucy, Namamu siapa?"
Perkataan itu terdengar sangat lembut dan lemah, seolah seperti cicitan tikus yang sekarat karena sedang dilahap oleh ular, dan seolah melayang ke gendang telinganya seperti bisikan menggoda para siren.
"Uh aku sebenarnya dari kota disebelah sana,ku tahu," Anak perempuan itu, Lucy, melanjutkan, ia mengibaskan tangannya (Anak laki-laki itu berjengit saat ia melakukannya) ke arah kotanya berada. "Tapi aku tersesat dan akhirnya bisa ada disini, hehehe" Ia menyelesaikan ceritanya.
Anak laki-laki itu sekarang memperhatikannya dengan penasaran, dan tidak menggeram lagi seperti tadi, gantinya ia terlihat seperti mengendus Lucy selama beberapa saat dan mulai sedikit lebih rileks, meskipun belum mengubah posisi siaganya.
"Siapa namamu?" Tanya Lucy kembali. Ia ingin sekali maju dan merasa konyol, ia tidak bermaksud mencelakakannya astaga, tidak bisakah ia melihat bahwa yang berpotensi menyerang disini adalah dia sendiri, tapi akhirnya ia mengurungkan niatnya.
Sunyi selama beberapa saat, Lucy sudah pegal harus berdiri di satu titik selama itu, apalagi ia barusan berlari kencang sampai kehabisan napas,tapi anak didepannya masih belum merubah posisi, membuatnya ikut terpaku disana juga.
'Jangan percaya dengan manusia nak.'
"Natsu."
Jika Lucy tidak memperhatikan, ia pasti tidak akan mendengar perkataannya. Ia tersenyum cerah, senang karena anak itu akhirnya mempercayainya. "Jadi namamu Natsu? Hai Natsu senang berkenalan denganmu."
Lucy, setengah kaget kenapa ia melakukan hal seberani itu, mengulurkan tangannya.
"Ayo kita berteman."
Natsu menatapnya dengan heran karena tangan Lucy yang terjulur, serta perkataanya tentang teman. Ia belum pernah mendengar kata seperti itu seumur hidupnya.
Lucy merasa aneh sekali, dan tidak nyaman karena ditatap seperti itu, biasanya orang hanya menatapnya dengan acuh atau juga penuh keseganan.
"Ayo jabat tanganku, kita jadi teman ya." Katanya setengah meminta, ide akhirnya memiliki teman setelah sekian lama, meskipun dengan anak aneh, membuatnya girang dan berani. Akhirnya Natsu mulai berdiri, dan berjalan ke arahnya, setengah tidak tahu ia meniru gerakan Lucy.
Lucy pun menjabat tangan Natsu secara sedikit tidak sabar, dan mereka berdua merasakan sensasi hangat yang mengejutkan.
Mereka berdua menarik tangan mereka dengan terkejut, tapi entah kenapa tidak ada seorang pun yang sekarang merasa takut.
Tanpa mereka tahu sebenarnya mereka telah menandatangani kontrak takdir yang telah digariskan jauh sebelum mereka lahir.
To be continued...
Prologue done!
Leave a review so let me know what you think, I'm so excited about how this is gonna turn out!
