Aku buat cerita dari jaman Heian, bukan Edo. Pakaiannya mirip di Inuyasha, junihitoe (pakaian berlapis-lapis). Di Inuyasha, Ibu Inuyasha memakai pakaian di jaman itu sejak berkenalan dengan Ayahnya Inuyasha dan Sesshoumaru. Dan aku tertarik pada pakaiannya. Ceritanya bukan seperti Siluman dan Manusia, tapi Pencuri dan Putri Bangsawan. Hehe…

Dan ini untuk Razux yang sedang berulang tahun. Ini adalah hadiah dariku... ^_^


DISCLAIMER: Gakuen Alice punya Higuchi-sensei. Aku hanya memakai karakter-karakternya saja.


Paradise Kiss

Written by Luna Margaretha


Chapter One: The Thief, Black Cat


Malam purnama begitu mencekam tak terkira kapan menghilangnya bulan besar tersebut memenuhi seisi kota. Cahaya terang mengiringi langkah-langkah kaki cepat seorang pria bertopeng hitam di balik bayangan di atas rumah. Diikuti oleh beberapa pengawal naik kuda, mengacungkan pedang ke atas. Pria bertopeng tersebut menyeringai pada mereka, terus meloncat dari atap ke atap yang lain.

"Hei, pencuri! Jangan kabur!" teriak salah satu pengawal yang naik kuda. "Tangkap dia!"

Anak buahnya yang tak menaiki kuda, mengejar pria bertopeng tersebut. Komandan pasukan yang mengejar mereka dari belakang, berhenti di dekat pengawal naik kuda berwarna cokelat. Mata ungunya terus tertuju pada sosok meloncat tersebut, menggeleng pelan.

"Kita nggak usah menangkapnya, Hajime," ucap pria berambut pirang tersebut, mendesah panjang. "Biarkan dia pergi. Toh, dia nggak berbuat apa-apa dengan kita," katanya putus asa.

"Tapi, dia sudah mencuri aset berharga milik keluarga Imai. Apa Anda nggak bisa menyadari itu?" tanya Hajime kecewa pada kata-kata Komandan terhormatnya.

"Bukan begitu. Kalau aku lihat, keluarga Imai nggak mempermasalahkannya selama itu baik. Lagipula kita bisa mengejarnya di malam purnama berikutnya," senyum Komandan pirang panjang sebatas bahu kepada Hajime. Tatapan kecewa dan mengembuskan napas panjang dibuat Hajime, menggoyangkan kekang talinya menuju anak buahnya untuk menghentikan pengejaran tersebut. Komandan tersebut tersenyum masam, "mungkin aku bakalan dimarahi lagi oleh Nona Hotaru. Aku benar-benar egois, ya," kekehnya geli pada diri sendiri.

Hajime memerintahkan anak buahnya untuk berhenti mengejar pencuri tersebut yang telah menghilang di balik cahaya bulan purnama. Mereka terengah-engah dan kecewa pada keputusan Kaptennya yang seenaknya membiarkan Pencuri tersebut melarikan diri. Namun, ini sudah ketentuan Komandan mereka, jadi mau tak mau mereka hanya mengiyakan daripada kena dampak pasti akan jauh lebih buruk.

Sesaat itu pula, Pencuri tersebut berhenti di salah satu atap yang hampir roboh. Dipijakkan kakinya di sana pelan-pelan agar tak menimbulkan kebisingan dan kegaduhan. Diletakkan hasil pemburuannya di jendela kusam dan nyaris hancur itu. Senyuman di balik topengnya melihat ada orang terjaga dari tidurnya, terkejut ada pria bertopeng berdiri di depan jendelanya.

"Siapa kau?"

"Aku bukanlah siapa-siapa," sahutnya tenang.

Setelah itu, dia pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun lagi. Pemilik rumah kecil yang kumuh tersentak kaget pada sebuah barang yang dibungkus kain cantik. Dibuka pelan-pelan, wajahnya ternganga kaget pada apa yang dilihatnya. Istri laki-laki itu terbangun, bingung dengan suaminya yang terjaga, pelan-pelan mendekati suaminya agar tak membangunkan anaknya lagi sakit.

"Suamiku, ada apa?"

Suaminya berbalik, menggenggam sebuah barang-barang berkilauan yaitu adalah emas, perak dan juga perhiasan mahal. Istrinya kaget, menutup mulutnya menggunakan jari-jarinya, terharu. Suaminya gemetaran pada apa yang dipegangnya.

"Kita bisa menyembuhkan anak kita dengan uang ini, istriku."

Tangisan kegembiraan terpancar di wajah istrinya, membantu suaminya menggenggam emas tersebut. "Iya, suamiku. Kita bisa memperbaiki rumah kita yang kumuh ini dan menggantinya yang baru."

"Kita harus berterima kasih pada Black Cat, istriku." Kata terima kasih terucapkan sudah di mulut pasangan suami istri tersebut.

Mereka adalah pasangan miskin yang membutuhkan pertolongan pada pemerintah untuk menyembuhkan anaknya lagi sakit. Tapi, mereka tak mau memberikan tunjangan kepada rakyat miskin seperti mereka akhirnya mereka membenci ulah keegoisan pemerintah yang lebih mementingkan dirinya sendiri daripada rakyat jelata yang hidup menderita.

Berkat pencuri bertopeng kucing hitam tersebut, kehidupan rakyat miskin berkurang. Mereka tak semiskin dulu, tapi mereka hidup sederhana dengan menggunakan uang curian dilakukan pencuri tersebut. Untungnya mereka merahasiakan hal itu pada pemerintah meminta mereka untuk mengatakan sebenarnya, tapi mereka tidak mau. Jadi, pemerintah kewalahan pada kekeraskepalaan rakyat miskin tersebut karena tak mau memberitahukan keberadaan pencuri bertopeng tersebut.

Di atas atap yang lain, pria bertopeng menyeringai bahagia melihat dua pasangan miskin itu senang pada hadiah diberikannya. Rambutnya yang berwarna hitam berantakan di balik cahaya bulan purnama benar-benar seperti seorang malaikat di sana, mengenakan pakaian berlapis tapi bisa menampakkan kaki jenjang yang berwarna perunggu.

"Tugasku sudah selesai malam ini. Saatnya aku pulang," ucapnya menghilang di balik gelapnya awan bersamaan hilangnya cahaya tersebut.


Beberapa hari kemudian, rakyat jelata diliputi kegembiraan. Semua orang berpesta pora pada apa yang terjadi kemarin, karena Pencuri tersebut telah membantu mereka. Suasana ini benar-benar dirasakan oleh beberapa orang di sana. Para prajurit menggertakkan gigi, karena belum bisa mendapat informasi dari mereka.

Sosok dua laki-laki tinggi melihat kerumunan orang-orang yang berpesta ria di siang bolong. Mereka adalah Natsume Hyuuga dan Ruka Nogi. Kehidupan kedua pria berusia 20 tahun ini sama seperti mereka, rakyat jelata tapi sederhana.

Natsume Hyuuga, pria tampan paling dipuja-puja banyak wanita. Matanya yang merah, kulitnya seperti perunggu, dan rambut hitam mengkilat tapi berantakan. Tubuhnya yang tinggi dan ototnya yang kekar benar-benar dikagumi banyak wanita, karena itulah idaman setiap wanita.,

Sedangkan di sampingnya, Ruka Nogi, sesosok pria manis tapi tampan juga diidam-idamkan setiap wanita. Kulitnya putih, matanya warna biru langit, dan rambutnya pirang yang merupakan khas dia seorang blasteran. Tapi karena kondisi keluarganya, dia harus mengalami banyak rintangan.

Mereka berdua tergolong masuk rakyat jelata, tapi itu tak membuat mereka patah semangat. Mereka bisa menghidupi keluarga mereka dengan cara bekerja di salah satu warung makan yang dipimpin oleh keluarga Ando, sepupu Natsume Hyuuga.

Mata biru langit Ruka terbentang melihat perayaan mingguan rakyat, terkekeh geli. "Apa yang sedang kau lakukan pada mereka, Natsume? Mereka semakin bahagia dari hari ke hari," ucapnya kagum penuh penasaran.

"Aku nggak berbuat apa-apa," sahutnya datar dan tenang.

"Tapi, mereka sangat bahagia dengan perbuatanmu kemarin-kemarin. Kau menolong banyak orang lagi," kata Ruka tersenyum lebar.

"Aku hanya menggunakan caraku untuk menolong mereka."

"Tapi, kau sudah jadi buron, Natsume. Para bangsawan takkan membiarkanmu lolos," ucap Ruka khawatir sekali. Natsume mendesah panjang dan berat.

"Selama mereka bahagia, aku nggak masalah jika pada waktunya aku harus ditangkap oleh mereka-mereka itu," sahut Natsume malas menyebut nama orang-orang merupakan para bangsawan.

"Hei, apa yang kalian lakukan? Kenapa belum juga membantuku?" gerutu pria berambut hitam da nada tato di bawah matanya.

"Kami akan datang!" teriak Ruka setengah lantang.

Cepat-cepat Ruka kembali ke pekerjaannya karena mereka kebanyakan tamu di dalam. Sesaat Natsume mau kembali, mata merahnya tertuju pada sosok gadis anggun dan senyum mempesona di balik kerumunan di sana. Gadis cantik – mungkin usianya berada di jauh di bawahnya – sedang bersenang-senang di acara pesta tersebut. Sebuah seringai ketertarikan muncul di bibirnya yang tipis.

Tak tanggung-tanggung, Natsume segera meluangkan waktunya untuk menemui gadis itu. Gadis berambut cokelat panjang, dengan kimono panjang membalut tubuhnya yang mungil. Tapi saat langkahnya hampir maju, lengannya digenggam oleh orang sangat dikenalnya.

"Mau ke mana kau, Natsume?"

"Lepaskan aku, bayangan!" Lekas Natsume menarik lengannya di jemari Tsubasa. Kembali Natsume melirik ke arah kerumunan orang-orang, tapi tak menemukan gadis itu. "Di mana dia?" gumamnya kecewa.

"Kau nggak boleh pergi di saat kita lagi sibuk, Natsume," gerutu Tsubasa menyilangkan kedua tangannya. "Ayah bisa memarahimu, kau tahu itu." Ditarik kembali lengan Natsume untuk masuk ke warungnya tanpa mempedulikan protes Natsume.

Kekecewaan untuk menemui gadis tersebut terlintas di benaknya. Apakah dia bisa bertemu lagi dengannya? Itulah perasaan di dalam batinnya saat ini.


-TBC-