Kelinci kecil di tengah hujan
Ia menangis meratapi dirinya yang kesepian
Tetapi tidak ada seorang pun yang peduli

Kelinci kecil di tengah hujan
Makhluk lemah yang selalu sendiri di setiap harinya
Berharap ada seekor kelinci lain yang akan menemaninya

Kelinci kecil di tengah hujan
Kini ada seekor kelinci orange menghampirinya
Apakah kelinci orange itu akan selalu bersamanya?

.

.

The Lonely Rabbit

.

A fic for Hari Persahabatan Anak FFn

.

.

Disclaimer : Bleach© Tite Kubo

.

Rukia menghela napasnya. Ia hanya duduk di kursinya sambil mencoret-coret kertas bagian belakang buku tulisnya. Terkadang tangan mungilnya menggambar bentuk kelinci favoritnya, namun terkadang juga ia mencoret dengan meluapkan seluruh emosinya.

Rukia menatap kearah teman-teman sekelasnya yang sedang asyik berbincang satu sama lain. Ada rasa iri yang bersarang dalam hatinya. Perasaan iri karena dia tidak pernah bisa masuk ke dalam dunia teman-temannya yang lain yang membentuk kelompok tersendiri sesuai dengan hobby mereka masing-masing.

Hobby. Perempuan bermata violet indah itu merenung, tidak ada satupun hal yang bisa di bilang hobby baginya. Menggambar Chappy? Ia tersenyum. Masih segar di memorinya saat teman-teman sekelasnya menertawakannya karena menyukai Chappy. Memangnya ada yang salah dengan Chappy? Pikirnya.

Rukia merapatkan kursinya saat bel masuk berbunyi. Dan beberapa menit kemudian seorang guru dengan rambut putih dan bisa di bilang mempunyai postur tubuh lebih kecil dibanding Rukia memasuki kelas. Rukia menyumpal telinganya dengan kapas ketika hampir seluruh siswi dikelasnya berteriak histeris menyerukan nama guru mungil itu.

Ia melirik kearah sekumpulan perempuan centil yang duduk di barisan paling depan dan yang menjadi penyebab dari semua keributan yang hampir membuat telinganya dalam ancaman ketulian. Sekumpulan perempuan yang selalu saja berisik dan kemana pun selalu bersama.

Rukia tersenyum kecut. Melihat kumpulan perempuan itu ia jadi merasa hanya seonggok makhluk menyedihkan yang tidak mempunyai teman untuk berbagi apapun yang ia rasakan.

Teman berbagi? Jangankan teman yang bisa diajak berbagi, teman sebangku saja dia tidak punya. Ia hanya sendiri, duduk di pojok kelas, terlupakan atau bahkan tidak teranggap.

Mata violetnya menatap dingin kursi kosong disebelahnya. Kursi kosong yang tidak pernah ditempati selama dua tahun. Kursi kosong yang menjadi saksi bisu atas kesepian yang ia rasakan selama dua tahun ini.

Memang, dia tidak pernah memikirkan masalah teman sebangku karena dia sudah terbiasa selama dua tahun untuk sendiri, atau bahkan dia malah senang karena tidak ada teman sebangku yang akan melihat sketsa-sketsa Chappynya.

Kebiasaan untuk sendiri itu membentuknya menjadi seorang individu manusia yang menutup diri dari luar dan secara tidak langsung ia membangun tameng pertahanan antara jaraknya dengan teman-temannya. Walau ia sadar ujung dari segala tameng pertahanan itu adalah sebuah kesepian, namun ia tetap mempertahankan tameng itu agar tetap berdiri kokoh.

"Kuchiki Rukia? Apa Kuchiki Rukia hadir?" panggil Hitsugaya-sensei yang sedang mengabsen kehadiran para siswa.

"Saya ha.."

"Ah.. Sepertinya Kuchiki tidak masuk hari ini. Selanjutnya Ishida Uryuu."

Rukia hanya bisa menunduk. Hal seperti itu memang sudah biasa terjadi padanya yang tidak teranggap itu dan dia hanya bisa diam pasrah membiarkan hal itu terus berlanjut.


Semua siswa berhamburan keluar kelas ketika bel pulang berbunyi. Mereka keluar dari kelas masing-masing dengan mengembangkan senyum khas remaja yang riang. Tetapi berbeda dengan Rukia, ia baru membereskan semua buku-bukunya setelah seluruh teman sekelasnya pergi.

Rukia terdiam sejenak di kelasnya yang sekarang telah kosong, matanya menatap ke sekeliling ruangan yang berbentuk persegi dengan sebuah papan tulis bagian depan itu.

"Kosong atau pun tidak tetap saja sama," ucap bibir mungilnya pelan. Baginya meskipun kelas itu ramai dengan tawa dan canda siswa lain tetap saja dia merasa sendiri. Sendiri dan hanya bisa menatap kesenangan siswa lain di depan matanya yang kesepian.

Langkah kakinya menyusuri pepohonan rindang di halaman sekolahnya. Ia melewati beberapa siswa yang sedang asyik berbincang dengan cuek.

"Orihime-chan, apa kau dengar katanya aka nada murid pindahan baru dari Amerika loh.."

"Eh benarkah? Jadi nggak sabar deh ingin lihat bagaimana orangnya.."

Murid baru dari Amerika. Rukia mengerutkan alisnya. Otaknya berfikir kenapa bisa ada orang Amerika yang pindah ke kota kecil macam Karakura ini. Tetapi ia langsung menepiskan pikiran itu karena menurutnya itu bukan urusannya.

Setelah 15 menit ia berjalan melewati beberapa jalan pintas akhirnya ia sampai di rumahnya. Sebuah rumah sederhana yang bisa di bilang cukup pantas untuk seseorang seperti Rukia. Ia hanya tinggal sendiri karena kakaknya Kuchiki Hisana telah meninggal dua tahun yang lalu dan kakak iparnya Kuchiki Byakuya telah pindah ke kota Seiretei karena tuntutan pekerjaan.

Rukia menghempaskan tubuh mungilnya ke atas ranjang yang empuk. Ia membiarkan tasnya tergelak di lantai bersama dengan sepatu dan kaos kakinya. Tangannya menggapai handphone yang terletak dalam sebuah kotak perhiasan berbentuk Chappy di samping ranjangnya.

Klik…

Layar handphone itu menyala. Rukia menghela napas lalu tersenyum kecil. "Rukia bodoh, mana ada orang yang akan mengirim sms untukmu.." ucapnya pelan sambil meletakkan lengannya menutupi kedua mata violetnya.

Menyalakan handphone adalah hal yang percuma baginya karena tidak ada satu pun orang yang akan mengirim sms padanya kecuali kakak iparnya, itupun hanya untuk menanyakan apa uang bulan ini sudah ia terima.

Rukia memejamkan matanya, membiarkan angin semilir menerbangkan poninya dan juga gorden jendelanya yang sengaja ia buka. Sejuk, dan Rukia pun tertidur.


Rukia berlari menerobos beberapa pejalan kaki ketika ia menyadari bahwa hanya tinggal beberapa menit lagi bel masuk di sekolahnya akan berbunyi. Ia tidak ingin terlambat apapun yang terjadi, karena jika ia terlambat maka dia akan menjadi pusat perhatian, dan dia benci itu.

Teng..Teng..

Beruntung, tiga detik sebelum bel berbunyi Rukia berhasil melompati pagar sekolahnya dengan tinggi sekitar 1,5 meter.

Rukia menghela napas. Ia bersyukur bisa datang tepat sebelum bel berbunyi, ia lalu melangkah menuju ke kelasnya sambil memperbaiki dasi kupu-kupu merahnya yang sedikit miring karena berlari.

Rukia meletakkan tas hitamnya di atas mejanya, ia menghempaskan dirinya pada kursi kayu yang mendempet pada dinding dekat jendela tanpa mempedulikan sekelilingnya yang ribut. Matanya memandang keluar jendela ketika Ukitake-sensei memasuki kelas yang sudah semakin gaduh itu.

"Anak-anak tolong diam sebentar. Hari ini kita kedatangan murid baru, ayo silahkan masuk.." kata Ukitake-sensei mempersilahkan murid baru yang masih misterius itu.

Semua siswa perempuan kecuali Hinamori, Nemu, dan tentu saja Rukia langsung berdecak kagum pada sosok yang muncul di hadapan mereka.

"Namaku Kurosaki Ichigo. Aku pindahan dari Amerika dan belum begitu kenal dengan Karakura jadi mohon bantuan kalian semua ya.." kata pria berambut orange itu sambil tersenyum hingga membuat para siswi hampir pingsan dengan senyuman tampannya.

Rukia hanya melirik Ichigo sebentar lalu kembali memandang keluar jendela. Ia sama sekali tidak tertarik dengan siswa baru yang seperti jeruk berjalan itu itu.

Siswa baru dengan rambut yang sangat mencolok seperti jeruk itu sempat melihat Rukia yang melirik ke arahnya namun ketika ia ingin memberi senyum pada Rukia, perempuan mungil itu telah berpaling dan menatap kosong keluar jendela kelasnya.

"Kurosaki kau bisa duduk di sebelah Kuchiki di pojok sana," jelas Ukitake-sensei sambil menunjuk kearah meja Rukia.

"Terimakasih Ukitake-sensei." Ichigo langsung bergerak menuju ke meja Rukia yang berada di pojok belakang.

Ichigo meletakkan tasnya di atas meja lalu duduk dan melirik kearah Rukia yang sama sekali tidak peduli padanya.

"Emm.. Maaf, mulai hari ini aku jadi teman sebangkumu. Mohon bantuannya ya.." Rukia hanya mengangguk malas tanpa memandang kearah Ichigo hingga membuat Ichigo mengerutkan alisnya.

"Hei, kau tidak sopan jika tidak menatap lawan bicaramu. Oh ya siapa namamu? Aku Kurosaki Ichigo."

Rukia akhirnya berpaling menghadap Ichigo. Ia sedikit terkejut karena ternyata Ichigo lumayan tinggi hingga membuat badannya hanya sepadan bahu Ichigo saat duduk dan juga wajah Ichigo yang… tampan. Walau Rukia agak berat untuk mengakuinya.

"Rukia.. Kuchiki Rukia," kata Rukia.

Ichigo tersenyum ketika akhirnya Rukia berbicara padanya. Ia langsung menjabat tangan mungil Rukia dengan tiba-tiba.

"Mari berteman Rukia.."

To Be Continued


BinBin : Yeaah… Satu lagi fic gaje dari gue tentang IchiRuki

Mayen : *ngelirik genre* Tumben friendship, biasanya romance..

BinBin : Lahh.. kan special buat hari persahabatn anak FFn! Iyei.. seneng deh ada hari persahabatan kaya gini.

Mayen : Oh iya ya… ga oneshot neh?

BinBin : Gag, mungkin ini multichap mpe chapter 3 aja kok. Doain moga lancar aja deh!! Jangan lupa review yaa!!!!

Pengumuman : Gue bakal HIATUS sampai tanggal 20 Desember (mungkin)

Pencet Ijo-ijo di bawah tanpa keraguan onegai!!!