ALL CHARACTER BELONG TO MASASHI KISHIMOTO
STORY IS MINE.
"Watashi, kare ni, gakkō, kanjō"
Chapter 1 : BAD BOY AND SMART GIRL WITH THE HATE.
Tidak ada yang lebih sial untuk Hinata selain harus sekelas dengan Namikaze Naruto selama dua tahun berturut-turut, si pemuda bertitle badboy yang merupakan biang onar di Iwatobi High School. Jika bisa memilih Hinata lebih memilih menolak kelas khusus dari pada harus sekelas dengan pemuda yang setiap hari membuat onar dikelasnya. seperti sekarang pemuda dengan rambut pirang yang berantakan itu duduk di sudut kelas dengan gengnya yang menurut Hinata sama menyebalkannya dengan pemuda itu berteriak-teriak tak jelas, membahas topik aneh dan tertawa beramai-ramai yang menurutnya sangat berisik.
"Hei Hinata-chan, kau sedang menulis apa? Tumben sekali tulisanmu seberantakan itu." Seorang gadis bercepol dua itu menghampiri Hinata yang sedang menggeram sendiri sampai menekan pensilnya begitu kuat.
"Ah Tenten-san. Tidak ada aku hanya merekap absensi kelas kita, Anko-sensai memintanya tadi pagi." Hinata menunjukan senyum manisnya kepada gadis bercepol yang ia panggil Tenten itu.
"Kita sudah berteman sejak semester ini dimulai Hinata kau masih saja terlihat canggung seperti itu." Tenten memajukan bibirnya tak suka saat mendengar sufiks san yang Hinata keluarkan.
"Gomen, aku sangat jarang menggunakan sufiks chan atau kun, mungkin karena terbiasa dari rumah." Hinata lagi tersenyum manis kemudian melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
"Ya, ya, ya Hyuuga-sama yang terhormat."
Baik Hinata maupun Tenten terkejut mendengar suara itu keduanya mendongakan kepalanya dan menemukan Namikaze Naruto sedang berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya dengan pandangan angkuh.
"Urusai Namikaze." Hinata hanya menatap Naruto sekilas dan kembali menuliskan daftar absensi siswa dalam sebuah buku.
"Dasar murid beasiswa." Naruto mencibir Hinata yang mengabaikannya.
Hinata menggeram ia meremas roknya gemas kemudian kembali menatap Naruto gahar.
"Diamlah murid isitimewa. Kau yang tak pernah belajar tau apa tentang sulitnya mendapat beasiswa." Hanya itu yang Hinata katakan tapi dapat membuat senyum sombong Naruto memudar.
"Jika aku tau juga aku tak peduli." Naruto lagi-lagi menyeringai saat melihat Hinata menatapnya, baginya hiburan paling menyenangkan adalah meledek Hinata, dan melihat iris pucat itu menatapnya dengan pandangan galak yang bagi Naruto tak berarti apapun.
"Diam dan pergi sekarang Namikaze Naruto." Hinata meletakkan pensilnya kemudian tersenyum sarkatis, "Anak dari ketua yayasan dapat melakukan apa saja jadi maafkan saya Namikaze-sama." Setelahnya Hinata dapat melihat tatapan murka dari Naruto namun ia tak peduli dan memilih memunggut kembali pensilnya dan kembali menulis.
"Karena orang pintar sepertimu hanya bisa menentukan sesuatu berdasakan teori." Naruto dengan santainya menyentuh dagu lancip Hinata memaksa iris ungu pucat Hinata menatap iris biru langit miliknya dan tersenyum miring. "Mari kita buktikan kemampuan kita." Dan setelah mengatakannya Naruto meninggalkan Hinata yang melayangkan sumpah serapah untuknya.
"Oi Naruto,kau berlebihan baka." Kiba salah satu teman Naruto mengemukakan pedapatnya setelah drama yang terjadi antara Hinata dan Naruto beberapa menit lalu.
"Apanya yang berlebihan? Dia itu terlalu sombong karena nilai akademisnya bagus dan apa apaan sifat sok sopannya itu, menjijikan." Naruto hanya berbicara sambil meneruskan gamenya yang sempat tertunda tanpa menatap lawan bicaranya.
"Kau hanya iri padanya, makanya kau menindas dia dobe."
"Katakan sekali lagi teme, maka aku akan menembak otakmu seperti ini." Naruto menunjukan ponselnya dimana dia berhasil memenangakan game itu.
"Ya tapi, Hinata itu gadis yang baik. Mungkin ekonomi keluarganya tak begitu baik tapi nilai akademis dan sifat yang ia tunjukan membuktikan keadaan ekonomi keluarganya tak mempengaruhi kepribadiannya." Kiba kembali mengeluakan suaranya namun kali ini berbeda sangat jarang Kiba mengeluarkan kosa kata baku apa lagi kalimat yang bijak.
"Bukan sebuah rahasia jika Inuzuka Kiba menyukai gadis kalangan rendah seperti itu." Kali ini Naruto menatap mata coklat kiba dengan sinis sebelum mengantongi ponselnya dan menjauhi kumpulan temannya itu.
"Kau salah bicara Kiba. Naruto itu sangat membenci Hinata, jangan sekali-kali membela Hinata apa lagi jika Naruto sedang emosi." Gaara pria dengan surai maroon itu hanya bisa menasehati Kiba karena tau menasehati Naruto sama saja dengan berbicara pada batu.
…
"Demi apapun Namikaze Naruto masuk 3 besar jajaran anak pengusaha paling hot seantero jepang."
"Ya, Namikaze-kun memang hot."
Hinata menanjamkan pendengerannya saat mendengar nama pria itu disebut-sebut, pria yang merupakan musuhnya, rivalnya, orang yang sangat ia benci benar-benar ia benci. Sebenarnya ia tak mudah membenci orang bahkan jika seseorang melakukan kesalahan padanya ia dapat dengan mudah memaafkannya namun sayang Naruto itu pengecualian, sejak tahun pertama ia bersekolah disini pria itu selalu mengganggunya, mengusiknya, bahkan lebih parah pria itu pernah mempermalukannya didepan seluruh siswa. Ya walaupun dibalik sifat menyebalkannya Hinata sempat bersyukur dapat bertemu Namikaze Naruto, Naruto adalah orang pertama di hidupnya yang dapat mengubah gadis pemalu seperti dia menjadi lebih berani dan menjadi sosok yang lebih terbuka dari pada sebelumnya.
"Hei Hinata-chan, Kenapa berdiri disitu saja?"
Suara itu membangunkan Hinata dari lamunannya ia tersentak kaget dan segera menoleh pada sumber suara itu.
"Ino-chan, kau disini?" Hinata tersenyum kecil kemudian mendekati sahabatnya itu.
"Kau berdiri didepan loker Namikaze-san, seperti ingin menaruh surat cinta saja." Ino tersenyum jail pada Hinata yang merona menahan kesal.
"Diam Ino-chan, bahkan jika pria dimuka bumi ini hanya dia seorang aku tetap menolak lebih baik aku tak berpasangan dari pada berpasangan dengan dia." Hinata hanya menghentakan kakinya kesal dan menyeret Ino menjauhi loker para siswa.
Hinata berniat menyeret Ino ke atap sekolah, sayangnya baru saja ia ingin berbelok ke lorong yang menghubungkan tangga dengan atap sekolah matanya lebih dulu menanggkap Namikaze Naruto disudut lorong itu bersama gadis bersurai hitam dengan gaya ekor kuda namun berponi, dari pada menunggu si rubah namikaze itu menyadari kehadirannya Hinata dengan kecepatan yang ia miliki menyeret Ino ke kantin terdekat.
"Tumben sekali membeli makan siang?" Ino menaikan sebelah alisnya meminta penjelasan saat melihat Hinata mendekat dengan dua bungkus anpan.
"Kaa-san dan Tou-san belakangan ini sibuk sekali dengan usaha kami, sepertinya karena ujian akhir Neji-nii semakin dekat dan belum ada biaya. Jadi mereka tak sempat menyiapkan bento untukku. Kau juga tau setiap pagi aku harus membantu mereka mengurus Hana dirumah sakit jadi aku tidak bisa membuat bentoku." Hinata membuka pembungkus plastic anpan-nya kemudian menggigit roti itu dan menguyahnya pelan.
"Um, kau bisa meminta bantuanku Hinata-chan. Kau ini selalu memaksakan diri, lagi pula jika aku membuatkan mu bento uang untuk makan siangmu bisa kau tabung kan?" Ino tersenyum dua jari saat melihat Hinata akan membantahnya namun dengan cepat ia memberikan alasan yang logis sehingga Hinata tak dapat menyanggahnya.
"Aku terlalu sering menyusahkan mu dan keluargamu. Mungkin sekarang aku harus membiasakan diri tanpa kalian." Hinata tersenyum kecil kemudian melemparkan bungkus plastic bekas anpan miliknya ke dalam tempat sampah.
"Kau ini seperti orang lain saja. Oh iya bagaimana kelas barumu? Pasti menyenangkan dikelas khusus!" Ino menarik tangan Hinata kemudian membawanya duduk dikursi panjang yang disediakan di koridor.
"Apanya yang menyenangkan?" Hinata menguyah anpannya dengan cepat sebagai isyarat ia sedang kesal, "Disana memang khusus, khusus orang kaya seperti Namikaze, Uchiha, Haruno, Inuzuka." Hinata menampakan raut tak bersahabatnya saat menyebut kata Namikaze, kata yang benar berefek besar baginya.
"Hei kau pernah dengar istilah benci jadi cinta?" Ino menampakan senyum menggodanya dengan mata berkedip genit yang bisa membuat Hinata mual kapan saja.
"Dia, Namikaze Naruto adalah orang yang paling kubenci dan takkan pernah kebencianku berubah jadi cinta." Dengan sisa emosi yang masih melekat Hinata melempar bungkus anpan keduanya berusaha mencapai tempat sampah.
Sayangnya, itu jatuh pas di puncak kepala Namikaze Naruto.
Hell, Apa yang lebih buruk dari hari ini?
…
Naruto memungut plastic yang jatuh tepat diatas kepalanya dengan geram, tanpa banyak bicara ia menghampiri asal plastic itu. Dan sepertinya Kami-sama berpihak padanya, lihat Hyuuga Hinata disana duduk dengan gelisah dan wajah canggung apa lagi saat ia makin mendekat pada gadis bersurai panjang itu.
"Hyuuga sepertinya hari ini kau memang berniat mengajakku bermain ya?" Naruto tersenyum angkuh kemudian menarik lengan Hinata dengan kasar dan mencengkramnya kuat, dan berikutnya ia menyeret gadis bersurai indigo itu menjauhi koridor. Tak perduli tatapan orang padanya Naruto terus menyeret Hinata entah kemana tujuannya yang jelas baginya bermain-main dengan Hyuuga Hinata adalah penenang untuknya.
"Lepaskan tanganku Namikaze!" Hinata berteriak nyaring sambil berusaha membebaskan tangannya dari genggaman kasar setan pirang didepannya.
Namun, Naruto sama sekali tak menggubris itu ia malah semakin mengeratkan ah bukan memperkuat cengkramannya pada lengan Hinata. "Berisik." Naruto menarik tangan gadis itu terus menerus hingga mereka sampai di atap sekolah yang sepi, beberapa kelopak sakura berterbangan terhembus angin. Naruto membenturkan punggung Hinata pada dinding dan tanpa basa-basi ia meninju dinding disebelah kepala indigo Hinata. Hinata menggigit bibirnya menahan tangis, ia tak pernah sanggup melihat kepalan atau apapun itu yang berhubungan dengan sebuah perkelahian fisik. Naruto terbelalak kaget melihat wajah memerah menahan tangis itu bukan lah sesuai harapannya yang ia inginkan adalah wajah merah padam menahan amarah. Lihat, mata berair berkaca-kaca itu juga bukan harapannya ia ingin mata itu menatapnya dengan tatapan menantang seolah tak takut. Oh, kemana Hyuuga Hinata yang ia kenal selama ini.
"Oi, menyebalkan melihatmu menangis." Naruto sedikit mundur memberi jarak untuk gadis itu. Namun, Hinata masih tak menggubrisnya ia malah menangis keras seolah Naruto telah merebut sesuatu yang berharga darinya.
"Oi, kenapa menangis? Ayolah aku han-
"Hanya bercanda? Hanya mengujiku? Hanya bermain?" Hinata berteriak kencang kemudian mengusap air matanya dan dengan tatapan murkanya ia menginjak kaki Naruto dan berjalan meninggalkan pemuda itu.
"Oi sakit baka!" Naruto merintih kesakitan namun tak dihiraukan Hinata sama sekali.
…
Hinata merapihkan buku-buku dan peralatan sekolahnya begitu Kurenai-sensei membubarkan kelas, menutup tas dan melangkahkan kakinya meninggalkan kelas menuju loker untuk menukarkan sepatu. Hinata memasangkan earphone dan mengirimi beberapa email untuk Ino agar bisa pulang bersama, beginilah rasanya jika punya sahabat beda kelas,
"Hinata-chan disini!" Ino melambaikan tangannya pada Hinata untuk memberi kode pada gadis bersurai indigo itu.
"Ah tunggu Ino-chan!" Hinata balik melambai dan berjalan mendekati gadis Yamanaka itu.
"Kita pulang?" Ino memasukkan ponselnya kedalam saku seragamnya dan bertanya pada gadis Hyuuga yang masih memperhatikan koridor sekolah.
"Oh, ayo." Hanya itu yang Hinata katakan sebelum mereka berdua melangkah menjauhi kawasan Iwatobi High School.
Sepanjang perjalanan menuju stasiun baik Hinata maupun Ino hanya diam, keduanya sibuk tenggelam dalam pemikiran masing-masing.
"Kau dekat dengan Shimura-kun Hinata?" Ino menempelkan kartu shinkansen elektriknya sambil berjalan memasuki stasiun.
"Maksudmu Sai?" Hinata berlari kecil mengejar kereta yang akan berangkat.
"Iya, pemuda bersurai hitam yang selalu tersenyum itu. Ah sayang sekali Hinata, kereta berikutnya datang setengah jam lagi." Ino menghempaskan dirinya ke kursi penunggu kereta di stasiun ini. Mereka telat kerata pertama sudah pergi.
"Dia salah satu geng si Namikaze itu." Hinata mengeluarkan ponselnya dsnr mengetik sesuatu disana.
"Dia tampan ya? Kau beruntung sekali bisa sekelas dengannya di kelas khusus." Ino menampakan matanya yang berbinar khas seorang fansgirl.
"Ino percayalah kelas itu sama dengan Neraka." Hinata menampakan wajah kesalnya mengingat kelas barunya.
"Tetap saja dihuni para pangeran sekolah. Oh iya, seleksi ketua osis dimulai minggu depan kau tidak berminat mendaftar Hinata?"
"Um, ketua osis ya?" Hinata menerawang jauh dengan subyek itu.
...
Hanya prolog ya, btw iwatobi high school itu sekolah yang ada di anime free. See u next chp.
