"BEHIND MISTAKE"
ALL CHARACTHER BELONG TO MASASHI KISHIMOTO.
BUT STORY IS MINE.
BE GOOD READER DON'T LIKE DON'T READ.
"Saat kau mencintainya sebesar apapun kesalahan yang ia buat kau tidak bisa begitu saja berhenti mencintainya"
Chapter 1 : Must Be A Good Reason.
Aku selalu ingin menyapanya, atau sekedar bertukar senyum dengan gadis itu. Namun, seperti biasa dia selalu misterius dan tertutup yang semakin membuatku penasaran kepadanya gadis dengan surai indigo panjang yang selalu tergerai membuat tanganku gatal untuk mengusap surainya itu dan beriris ungu pucat yang membuatku selalu ingin menatap pantulan diriku dimatanya itu. Sayangnya dia bukan gadis jalang yang hanya kuberikan senyuman maka akan membuka pahanya lebar-lebar, dia terlampau manis dan polos untuk menjadi sejalang itu. Lihat itu, dia menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Sialan, itu sangat anggun aku benar-benar mendambanya sekarang.
"Oi, dobe berhenti menatapnya sambil menyeringai seperti itu kau terlihat seperti predator."
Suara itu mengusikku yang sedang mengagumi ciptaan indah sang Kami, ku lirik sumber suara itu dan benar saja sahabatku Uchiha brengsek itu entah sejak kapan ada disini.
"Dobe aku bisa membuatmu dekat dengannya."
Sialan, suara itu benar-benar mengusikku sekarang ku tolehkan kepalaku menghadap pemuda itu pemuda yang sedang sibuk dengan leptopnya tapi masih sempatnya membuatku naik darah.
"Katakan sekali lagi." Aku berhenti sejenak menatap gadis impianku dan sekarang ku tatap mata hitam legam sahabatku ini.
"Yang mana?" Pemuda bermarga Uchiha itu memang benar pandai memancing emosiku, ku lirik dia sebal dan dengan sekali gerakkan ku tutup leptopnya itu, membuat dia menoleh kesal padaku.
"Katakan sekali lagi, atau ku pastikan malam ini kau tak akan mendapat jatah." Dengan santai ku tenggak jus tomat miliknya dan membuatnya kembali menggeram kesal padaku.
"Dia itu perempuan gila. Jika kau ingin mendekat padanya silakan kau usik tarot-tarot miliknya. Harus ada alasan bagus jika kau tertarik padanya dobe." Sahabatku itu merampas gelasnya dari genggamanku dan ku lihat dia langsung menenggak sisa jus tomat itu dalam sekali tenggak.
"Tarot? Maksud mu kartu tarot? Tentu saja, aku punya alasan bagus." Ku angkat sebelah alisku penasaran atau bisa dibilang tertarik dengan topic ini.
"Memang ada berapa definisi tarot di otakmu itu? Cih, baka." Ku lihat ia kembali mendengus meremehkanku sialan betul orang ini.
"Kenapa kau bisa tau?" Kini aku kembali menjelajahkan irisku mencari sosok itu, ah yatuhan dia sudah meninggalkan cafeteria ini sekarang.
"Kau saja yang terlalu mengaguminya, sampai tak tau sisi buruknya." Sahabatku itu kali ini berdiri dan mulai berjalan meninggalkan cafeteria ini.
Aku pun segera berdiri mengekori dirinya, ah apa itu aku jadi memikirkan ucapan si teme ini? Apa-apaan itu sisi buruknya memang gadisku itu seorang kriminal? Aku tidak ingat sejak kapan aku begitu mendamba sosok Hyuuga Hinata, yang ku tau aku selalu gelisah saat bertemu dengannya, aku ingat saat pertama kami melakukan kontak mata di toko buku itu dia perempuan pertama yang tak menampakan sorot mata memuja padaku. Bukannya sombong atau apa, jujur saja hampir setiap gadis yang melakukan kontak mata denganku selalu menampakan sorot mata memuja itu. Tapi, tidak dengan dia dia hanya menatapku seolah kami tak kenal sorot mata kosong yang semakin membuatku penasaran. Sejak saat itu, setiap kali kami berada di tempat yang sama aku selalu memperhatikannya dari jauh. Bisa saja aku mendekatinya secara terang-terangan namun aku tak melakukkannya aku belum siap untuk mendapatkan sebuah tolokan pertama, aku sangat yakin dia akan menolakku namun kali ini dengan berbekal informasi yang Sasuke-teme berikan aku akan mendekatinya menariknya ke dalam duniaku dan menjadikannya milikku. Hei, Hyuuga Hinata? See you soon.
…
Itu dia, targetku. Dia keluar dari gerbang sekolah kami dengan sedikit tegesah mungkin karena langit sudah menggelap atau karena rintik-rintik halus yang biasa disebut gerimis. Aku menatapnya dari dalam mobilku ini begitu dia sudah cukup jauh mulai ku ikuti dia dengan pelan. Rok biru dongkernya itu sedikit terangkat karena dia berlari cukup kencang. Dan ah apa itu? Dia berhenti dan berjalan mendekati bangunan tua itu? Dia berlindung, mungkin karena hujan? Aku melirik pelan jendela mobilku dan benar saja rintikan halus itu sudah berubah jadi hujan yang cukup lebat.
"Sepertinya Kami-sama memang berpihak padaku." Aku menyeringai memikirkan ide gila yang ada muncul di otakku ini.
Perlahan kembali ku kemudikan mobilku pelan menerobos derasnya hujan ini, begitu mobilku hampir mendekati bangunan tua tempat gadisku berlindung ku buka pintu mobilku dan keluar dari sana. Kalian pikir aku berhujan-hujanan? Tidak, aku mengunakan payung yang ada dimobilku. Ku hampiri dia yang berdiri dengan sebuah buku kecil ditangannya.
"Hujannya turun tiba-tiba ya?" ku sodorkan payung berwarna merahku padanya.
Dia menatapku sejenak dari kacamata minusnya, kemudian kembali memfokuskan dirinya pada buku yang ia baca.
"Kau bisa pakai payungku Hyuuga-san." Aku kembali berbicara padanya dengan tangan mengambang diudara sambil memegang sebuah payung.
Seolah aku tak ada dia hanya memfokuskan dirinya pada buku yang ia baca, oh tuhan berilah aku sedikit kesabaran demi gadis impianku. Dia bahkan tak menganggap kehadiranku yang dilakukannya hanya membolak-balik halaman buku itu setiap sepersekian menit, bahkan dia seolah tak terganggu dengan cipratan air hujan. Aku terus menatapnya memperhatikan hal-hal yang ada pada dirinya. Sebenarnya apa yang ia baca sampai dia sebegitunya mengabaikanku? Bahkan jika kulihat dari ekspresi wajahnya buku itu tak menarik lihat saja wajahnya yang datar saat membaca itu.
"Berhenti menatapku, berhenti menggangguku, berhenti bersikap seakan kau kenal padaku, dan kumohon pergilah." Akhirnya dia membuka suara meskipun tak menatapku tapi aku cukup senang mendengar suaranya meskipun bukan respon positif yang ia berikan.
"Baiklah Hyuuga-san, aku akan pergi setelah kau menerima payungku ini." Bodoh, sudah jelas dia mengusirku tapi dengan tidak tau malunya aku memaksa dia menerima pemberianku, aku lihat dia hanya diam baiklah ini terpaksa.
Perlahan ku rampas buku yang ada ditangannya, membuatnya menatap datar padaku, ku tarik tangannya bermaksud menaruh payung itu ditangannya sayangnya aku terlalu kencang hingga tasnya itu lepas dari tangannya dan aku hanya dapat melongo melihat barang yang keluar dari tasnya,
Sebuah kartu tarot?
Aku memandangnya curiga, baru kali ini aku kecolongan sesuatu yang penting tentangnya. Sasuke bilang dia perempuan gila dan jika aku mengusik kartu-kartu tidak jelas itu aku dapat mendekat dengannya?
"Kartu sepuluh pedang yang terbalik." Dia bergumam tak jelas tapi aku dapat melihat ia berkeringat dingin. "Kartu itu artinya, kebaikan." Kali ini aku dapat melihat kedua matanya itu terbelalak kaget.
"Ada apa?" Aku bertanya dengan nada pelan padanya.
Kali ini dia menatapku dengan pandangan datarnya lagi. "Apapun yang kau inginkan, ku mohon jauhi aku." Setelahnya ia memungut kartu itu dan langsung berlari menerobos hujan. Aku memperhatikan punggung kecil yang menjauh itu, punggung yang semakin lama semakin tak terlihat.
Aku tersenyum miring, tidak semudah yang aku bayangkan untuk mendekat padanya perlahan aku kembali membuka payung itu dan berjalan menuju mobilku.
"Hyuuga Hinata, persiapkan dirimu untuk besok." Aku menyeringai layaknya orang gila saat scenario jahat itu muncul di otakku.
Maafkan a
uthor setiap buat fic latarnya selalu sekolah=D btw, seragamnya naruhina disini sama kaya seragam sekolah Yukiatsu dan Tsuruko di anime AnoHana ya. Bukan karena roknya biru dongker Hinata masih smp. Uw, see u next chp.
