Seira High School, 11 Agustus…

"Murid baru itu tampan sekali."

"Iya, cakep banget, ya!"

"Namanya Haruno Sakura, ya?"

"Iya."

"Tapi kok rambutnya aneh? Merah muda begitu?"

"Ah, bawel! Yang penting, 'kan, tampan!"

Seorang siswa laki-laki tengah berjalan di koridor sekolah. Mata emerald-nya memandang kesal para gadis-gadis yang menatapnya dengan pandangan memangsa. Sementara wajahnya terlihat agak tidak nyaman dengan suasana di sekitarnya.

Bukan pertama kalinya pemuda itu menghadapi keadaan seperti ini. Dia sudah sering—sudah terbiasa malah—dengan tatapan aneh para perempuan seperti tadi. Desis-desis bisikan kata 'tampan' pun sudah sering didengarnya dari kalangan siswi di sekolah-sekolahnya dahulu. Bukan hanya gadis seusianya, seluruh wanita dari berbagai usia juga sering menyebutnya demikian.

Laki-laki muda itu merapikan poni pink-nya yang tadi sempat berantakan, lalu mengacak-acak rambut ala laki-lakinya dengan gusar. Meskipun tadi dikatakan kalau dia sudah terbiasa dengan julukan 'tampan' dari orang-orang di sekitarnya. Tapi bukan berarti dia menerima apa adanya mengenai kata-kata pujian itu. Jauh di lubuk hatinya, dia masih tidak terima dengan pujian-pujian untuk kaum Adam tersebut.

Ups, sepertinya kata 'pemuda' dan 'laki-laki' yang dituliskan untuknya tadi salah besar.

Ya, bisa kalian lihat apa yang dikenakan murid baru itu di bagian bawahnya?

Rok.

.

.

HARUNO SAKURA SEORANG PEREMPUAN!

.


.

"Tidak peduli bagaimanapun rupa wajahmu, di mataku, kau terlihat indah."

.

Handsome Girl and Beautiful Boy

Naruto © Masashi Kishimoto

.

T rated

Romance / Friendship

AU, OOC, Gender Bender, Crossdressing, Pasaran, Typo & Miss Typo, RnR!

Don't like, don't read!

.

Summary:

Tampan, keren, dan berdada nyaris rata, Sakura selalu disangka laki-laki. Pasti sakit hati. Tapi bagaimana jika pemuda dingin berwajah cantik, Sasuke, yang Sakura benci ternyata menyukainya? Gadis tampan, lelaki cantik, pasti seru!

.

.

Handsome Girl

.


"Saya Haruno Sakura, salam kenal!" Sakura membungkukkan badannya di depan kelas, sebagai salam perkenalan di kelas barunya. Tidak tersenyum, melainkan cemberut, sepertinya ini terjadi karena efek pandangan memuja dari kalangan siswi putri padanya tadi pagi.

Tatapan terpesona itu juga tidak berubah ketika ia sampai di kelas. Seluruh murid perempuan langsung tercengang dengan rona merah di pipinya saat dirinya memasuki ruang kelas. Terlebih saat Sakura berdiri di depan kelas dengan malasnya, salah satu murid perempuan yang terkagum melihatnya langsung pingsan di tempat. Waw, sedahsyat itukah pesona Haruno Sakura?

Sabar-sabar saja, Sakura.

Tapi ada satu gadis yang tidak histeris seperti gadis-gadis lainnya. Perempuan berambut hitam panjang dan bermata senada dengan rambutnya. Wajah cantiknya bahkan tidak menengadah ke Sakura sedikit pun. Hanya bola matanya saja yang mendelik sesaat, lalu kembali fokus pada buku bacaannya. Seperti tidak tertarik sama sekali.

Sakura menghela napas lega, akhirnya ada juga perempuan yang masih normal.

"Haruno-san tampan sekali!" jerit salah seorang murid berambut pirang terikat dengan histerisnya. Diikuti dengan jeritan histeris memuja para gadis lainnya. Membuat Sakura hanya bisa tersenyum paksa mendengarnya.

Apa mereka tidak melihat Sakura mengenakan rok? Mereka yang memang tidak melihatnya, atau mereka sengaja tidak peduli?

Sementara sang wali kelas—Hatake Kakashi—hanya bisa bingung, menatap kelakuan nakal para muridnya pada anak baru ini. Sampai akhirnya dia melihat wajah Sakura yang tidak terlihat nyaman, dia pun mulai berdiri dari kursinya dan mempersilahkan Sakura untuk duduk. Kasihan juga melihat Sakura cemberut miris seperti itu.

"Umm… Haruno, kamu bisa duduk di sebelah ketua kelas dan wakilnya. Ketua dan wakil, angkat tangan kalian!" Kakashi memberi perintah dengan nada tegas, agar murid yang disebutkan tadi bisa mendengarnya.

Dua orang murid mengangkat tangannya. Seorang laki-laki berambut blonde jabrik ala durian dan seorang wanita berambut hitam dan berwajah jutek yang Sakura anggap sebagai satu-satunya gadis paling normal di kelas barunya. Mereka berdua duduk bersebelahan dengan satu kursi kosong di antara mereka. Sepertinya Sakura akan duduk di kursi kosong itu.

Sakura mengangguk, lalu berjalan ke arah kursi kosong itu. Semua mata sama sekali tak teralihkan darinya, membuat Sakura lama-lama kesal sendiri. Berlebihan sekali murid-murid sekolah ini, bahkan jauh berlebihan dari teman-temannya dulu.

Dan ketika Sakura duduk di kursi kosong itu, murid berambut kuning seperti durian di sebelah kanannya menyapa. "Aku Uzumaki Naruto, salam kenal!" Naruto mengulurkan tangannya dan menarik tangan Sakura untuk berjabatan.

Awalnya Sakura merasa biasa-biasa saja dengan sikap Naruto yang umum untuk orang yang ingin berkenalan—tetapi terlalu bersemangat. Namun mendadak berubah ketika naruto berkata,

"Kalau diperhatikan dari dekat, Sakura-chan cantik juga," ujarnya secara polos. Sementara tangannya mengusap belakang kepalanya yang tidak gatal.

Satu. Kalimat itu membuat wajah Sakura memerah.

"Lebih cantik lagi kalau berambut panjang!"

Dua. Wajah Sakura semakin merona.

"Dan dadanya harus lebih berisi lagi!"

Tiga. Wajah Sakura seperti ayam panggang, eh, kepiting rebus. Bukan karena tersipu senang dengan perkataan Naruto yang demikian. Tapi karena memerah malu! Bisa-bisanya dia berbicara seperti itu pada gadis yang baru dikenalnya, memalukan!

BUGH!

Seisi kelas akhirnya menyaksikan pemandangan langka dalam hidup mereka.

Naruto tepar, Sakura mengepalkan tinju.

Dan perempuan jutek berambut juga bermata hitam itu menaikkan sudut bibirnya.

.

.

.

.

(Handsome Girl and Beautiful Boy)

Kalimat itu masih terngiang-ngiang di telinga Sakura. Bagaimana cara Naruto memujinya sebagai seorang perempuan sejati. Katanya Sakura cantik! Bayangkan saudara-saudara, ini pertama kalinya seorang laki-laki memujinya cantik! Jarang-jarang Sakura menerima pujian memuaskan hati seperti ini, biasanya hanya kata kata 'tampan' yang didengarnya. Itu pun bukan dari laki-laki, tapi dari perempuan.

Sakura tahu kalau ketebalan dadanya tipis—nyaris rata, tapi Naruto tidak perlu mengatakannya secara terang-terangan bukan? Karena perkataan jujurnya tersebut, perempuan dingin yang duduk di sebelah kiri Sakura sampai senyam-senyum mengejek. Meski hanya sebentar, tapi tetap saja membuktikan kalau gadis itu mendengar ucapan Naruto!

Meski kalimat terakhirnya tidak terdengar menyenangkan, tapi dua kalimat sebelumnya sudah membuat Sakura senang. Belum lagi perlakuannya yang sangat baik pada Sakura, sepertinya pemuda itu tidak terlalu buruk untuk menjadi teman dekat Sakura.

Lagipula, Naruto cocok sekali sebagai laki-laki idamannya. Wajah yang ramah, senyum yang menawan, serta tingkahnya yang lucu dan menyenangkan. Sedari tadi, saat pelajaran, Naruto terus saja membuat Sakura tertawa. Entah dengan lelucon lucu, pengalaman teman, sampai dengan kebodohannya sendiri. Sikapnya yang polos membuat Naruto meninggalkan kesan tersendiri di hari pertama Sakura sekolah di Seira High School ini.

Tanpa disadari, wajah Sakura memerah membayangkan Naruto.

"Wajahmu memerah."

"Eh?" Sakura melirik gadis dingin yang duduk di sebelah kirinya. Perempuan itu sedang membaca sebuah novel. Kelihatannya biasa saja sih, tapi kalau melihat ketebalan novelnya, semua orang pasti langsung tercengang.

Yang Sakura pedulikan sekarang bukan ketebalan novel yang dibacanya. Sakura lebih mempedulikan; bagaimana gadis itu tahu wajahnya memerah sementara matanya sama sekali tidak dialihkan dari novel itu? Apa dia punya mata ketiga? Atau diam-diam dia memperhatikan Sakura?

Sakura langsung ingat, wanita muda bermata onyx ini cuma satu-satunya siswi yang tidak histeris saat melihatnya tadi. Yang Sakura anggap paling normal dibanding yang lainnya. Sekaligus paling judes dari perempuan lainnya.

Merasa penasaran, Sakura melemparkan senyum padanya. Lalu bertanya, "kita belum berkenalan, 'kan? Boleh aku tahu namamu siapa?"

Tapi perempuan itu hanya diam saja, malah menatap tajam Sakura.

Ternyata memang judes.

Bukan Sakura kalau langsung menyerah begitu saja, masa hanya berkenalan saja Sakura tidak mampu? Dia popular di kalangan kaum Hawa, semua wanita pasti langsung tunduk melihat ketampanannya. Jadi, Sakura tidak akan kalah dari perempuan bisu ini!

Namun jika melihat tingkahnya yang sinis tingkat dewa, Sakura bisa kehabisan kesabaran juga menghadapinya. Sepertinya Sakura langsung to the point saja.

"Jutek sekali, padahal kupikir kau anak yang menarik," Sakura sedikit tidak enak mengatakannya keras-keras. Akhirnya dia menggerutu saja, dengan wajah yang juga mencibir perempuan pucat itu.

Sakura pikir, perempuan ini pasti akan merasa tersindir dengan cibirannya. Ternyata tidak, dia malah acuh. Seakan tidak mendengar sama sekali. Menyebalkan.

Secara tidak sengaja, Sakura menangkap sebuah nama di buku tulis yang menurut Sakura adalah milik gadis cantik tapi berperilaku nerd ini. Perlahan-lahan, Sakura mulai membaca tulisan berbentuk sambung latin—yang menurut Sakura ditulis oleh sang pemilik buku—dan mencernanya di otak dengan cepat.

Uchiha Sasuke.

Nama yang aneh untuk seorang perempuan.

"Namamu aneh banget, apa orang tuamu nggak salah memilih nama? Maksudku, kalau Uchiha sih nggak apa, masih cocok denganmu. Tapi kalau Sasuke? Itu, 'kan, nama laki-laki." Dengan panjang lebarnya Sakura memprotes nama 'Sasuke' yang dimiliki gadis tersebut.

Sasuke kembali mendelik tajam, untung saja mata sinis itu sedikit tertutupi oleh bulu mata lentiknya. Bibir tipis pucatnya mengerut tidak senang mendengar kedua orang tuanya dicibir seperti itu. Kemudian, tangan halusnya menutup buku novelnya dengan pelan. Namun tetap terdengar bunyi 'buk' karena halaman yang ditutupnya sudah cukup tebal.

Sasuke beranjak dari kursinya, menepuk-nepuk roknya—mencegah roknya kotor dan merapikan roknya, lalu melangkahkan kaki jenjangnya lambat.

Baru beberapa langkah Sasuke berjalan, dia kembali memutar tubuhnya menghadap Sakura.

"Kenapa kau harus membawa-bawa orang tuaku? Apa masalahmu, jalang? Oh, aku lupa, bahkan kau tak punya dada sama sekali untuk menjadi wanita jalang." Suara halus itu akhirnya terlantunkan dengan nada sarkastik, lalu kembali melangkah dengan anggunnya.

Sasuke pergi, Sakura ternganga.

Ternyata ada seorang perempuan yang bisa bicara sekasar itu. Terlebih lagi menyebutnya jalang.

Mulai sekarang, sudah diputuskan bahwa Sakura akan membenci Sasuke!

.

.

.

.

(Handsome Girl and Beautiful Boy)

Sakura tahu, kalau dia itu tomboy.

Berwajah tidak memadai sebagai perempuan—tampan maksudnya.

Juga berdada rata.

Tapi…

INI PERTAMA KALINYA ADA GADIS YANG MENGHINANYA DEMIKIAN!

Maksudnya, ayolah, semua kaum Hawa memuja Sakura karena ketampanannya. Bukannya Sakura suka dengan julukan itu, tapi kata tampan jauh terdengar lebih baik ketimbang jalang, 'kan?

Dan TAK-PUNYA-DADA-UNTUK-MENJADI-WANITA—umm, kata itu tidak perlu diulang. Apa maksudnya? Bukankah itu menghina ukuran, uhh… bagian terpenting wanita—Sakura juga—miliknya yang memang tak lebih besar dari buah jeruk? Sakura memang mengakui bahwa dia cukup bersyukur memiliki buah 'ehem' yang berukuran kecil begini.

Lalu, agak aneh rasanya bila melihat perempuan yang secara terang-terangan menyebutkan daerah sensitif mereka di depan anak-anak ketika jam istirahat seperti yang dilakukan Sasuke tadi. Apa dia tidak malu mengatakan salah satu organ tubuh yang paling dirahasiakan dari kaum pria?

Sakura tidak habis pikir, deh. Ada saja perempuan kasar seperti Sasuke.

Atau jangan-jangan…

"Hahaha, Sakura, kamu terlalu mengada-ngada!"

Sakura merengut, Tenten sangat menyangkal yang ada di benak Sakura. Oke, Sakura memang murid baru di sekolah ini, tapi apa salahnya dia menerka-nerka mengenai si Uchiha itu? Murid baru tidak selalu salah bukan?

"Apa salahnya berpendapat, Tenten? Abisnya aneh banget kalo Sasuke blak-blakan gitu, harusnya, 'kan, cewek menjaga hal-hal 'begituan'. Jadinya, kupikir dia bukan cewek, tapi cowok!" Sakura tetap mempertahankan argumennya. Tidak ingin kalah dengan Tenten yang berada di pihak kontra dirinya.

Tenten hanya menghela napasnya pelan lalu membuka seragamnya dan segera menggantinya dengan kaus olahraga. Saat ini mereka berdua—Sakura dan Tenten—serta siswi perempuan lainnya memang sedang berada di ruang ganti. Karena sekarang adalah jam kelima, waktunya pelajaran olahraga.

Sakura membuka satu-persatu kancing kemejanya, lalu melipatnya dan menaruhnya di loker baju ganti. Tanpa rasa ragu lagi Sakura mengambil kaus olahraganya dari dalam tas. Tidak mempedulikan tatapan mesum dari para teman-teman perempuannya—sekali lagi, Sakura sudah terbiasa dengan itu.

Hn, kalau para perempuan terus-terusan melihat Sakura dengan mesum seperti itu, dia tidak yakin kalau seluruh siswi di sekolahnya normal. Bisa saja, kalau gadis berkepala pink itu sedang jahil dan menggoda para gadis dengan ketampanannya, semuanya akan mengajak Sakura berkencan.

Hiii… Sakura tidak bisa membayangkan kalau dirinya menjadi seorang lesbian.

"Sakura, Sasuke itu memang tipe perempuan yang agak kasar. Tapi, sebenarnya dia baik," Tenten kembali menyanggah Sakura, membuat Sakura kembali tersadar dari alam imajinasinya.

Sakura langsung mendengus, lalu menaikkan bahunya acuh tak acuh. "Sok tahu, semua bisa melihat kalau dia judes dan kasar begitu. Baik dari mananya?"

Tenten menaikkan sebelah alisnya, Sok tahu katanya?

Dari belakang, terdengar sebuah suara feminin yang ternyata berasal dari Yamanaka Ino.

"Sasuke itu princess-nya Seira—sekolah ini," kata Ino sambil melipat pakaiannya. Wajahnya terlihat tersipu merona melihat Sakura yang menatapnya intens.

Sekarang Sakura yang tampak acuh, dia melepaskan roknya lalu menggantinya dengan celana training hitam pendek dari sekolahnya. Tapi tak berapa lama, dia menanggapi perkataan Ino.

"Lalu?"

Ino tersenyum riang, "dan yang pertama kali memberinya julukan itu adalah Naruto, bocah kuning yang kau pukul tadi."

Sakura langsung menghentikan kegiatannya, raut wajahnya berubah seketika itu juga. Jadi Naruto dekat dengan gadis bernama Sasuke itu? Sampai memberikan julukan princess segala? Sakura jadi ingin tahu, sedekat apa hubungan mereka?

"Kok bisa?" Sakura berusaha terlihat santai, padahal dia baru saja ingin dekat dengan sang Uzumaki tersebut. Padahal Sakura akhirnya bisa menemukan pria ideal untuknya.

Ino menjawab dengan santai juga, "tentu saja bisa, mereka berpacaran, tidak aneh jika Naruto memuji Sasuke seperti itu."

Apa?

Naruto dan Sasuke berpacaran?

Tenten mengamati setiap detil wajah Sakura. Perempuan pecinta merah dan merah muda itu terlihat berbeda sekarang. Seperti ada rasa tidak senang tercetak di matanya ketika mendengar Naruto dan Sasuke berpacaran. Seperti sebuah rasa kecewa.

Oh, sekarang Tenten tahu apa yang ada dirasakan Sakura.

"Sasuke memang tidak ramah dengan sembarang orang, tapi jika kau memperhatikannya saat bersama Naruto, dia terlihat sangat berbeda, dia bisa begitu baik." Ino melanjutkannya lagi.

Sakura hanya menundukkan kepalanya, hancur sudah perasaan suka pertamanya pada Naruto. Pantas saja Sasuke bersikap seperti itu pada Sakura, dia pasti kesal melihat kekasihnya akrab oleh perempuan lain. Terlebih lagi Sakura itu murid baru, namun langsung mendapat perhatian dari Naruto. Sakura mengerti, jika dia berada di posisi Sasuke, dia pasti juga akan marah.

Tenten kembali meneliti reaksi Sakura. Ternyata benar yang dipikirkannya.

"Sakura, kau naksir Naruto?" Tenten mencoba mengatakannya. Habisnya Tenten sudah curiga sejak awal, melihat tingkah Sakura yang terkesan bahagia sekali bersama Naruto.

Sakura hanya menggeleng, berusaha menutupi rasa malu dan kecewanya. "Aku ke toilet dulu," akhirnya Sakura berjalan melewati mereka.

Ketika gadis tomboy itu sudah cukup jauh dari hadapan Tenten dan Ino, mereka berdua menghela napas berat.

"Ini bahaya, Sasuke pasti akan menghabisi Sakura jika dia tahu anak baru itu suka pada pacarnya."

.

.

.

.

(Handsome Girl and Beautiful Boy)

Sakura membuka pintu toilet perempuan, masih berusaha menahan rasa sesaknya agar tidak meledak begitu saja. Sakura sudah sering akrab dengan laki-laki, tapi ini pertama kalinya ia mempunyai sebuah rasa lebih pada makhluk Adam tersebut.

Dulu, Sakura sering menerima candaan dari teman lawan jenisnya yang terkadang membuat Sakura sakit hati. Seperti pura-pura ketakutan mendekati dirinya karena takut dianggap gay, dicemooh mengenai bentuk tubuhnya yang sangat tidak 'perempuan', sampai pura-pura menjauhi karena iri dan tidak terima dengan kesempurnaan wajah yang dimiliki Sakura.

Tapi Sakura tidak mempedulikan semua itu, karena dia tahu kalau itu hanya sebuah gurauan untuk membuat hidupnya lebih berwarna. Di balik semua tingkah menyebalkan para pria, mereka mempunyai rasa sayang pada Sakura. Meskipun ditunjukkan dengan cara yang aneh.

Seperti juga Naruto, dia mempunyai sikap yang jahil pada Sakura. Tapi tingkah jahilnya itu tidak menutupi kebaikan yang ada di dalam diri Naruto. Ini memang baru pertama kalinya Sakura bertemu dengan Naruto, tapi entah mengapa Sakura bisa melihat sosok polos dari laki-laki itu.

Sayangnya, dia sudah punya pacar.

Berpikiran apa Sakura ini? Tentu saja Naruto sudah punya pacar! Dia cukup rupawan, dan Sasuke juga cantik. Ditambah lagi dengan Naruto yang baik, cocok sekali dengan sikap Sasuke yang tidak ada ramah-ramahnya sama sekali.

Sakura mengembalikan kesadarannya yang tadi melayang pada Naruto, kemudian mendekati wastafel untuk mencuci wajahnya sejenak. Tapi, baru saja Sakura akan membuka kerannya, dia mendengar sebuah suara mendecih.

"Cih, sial! Susah sekali melepaskan benda ini!"

Suara itu… Suara laki-laki?

Kenapa ada laki-laki di toilet perempuan?

Sakura membatalkan niatnya untuk mencuci muka, sekarang dia berjalan mendekati asal suara yang diketahuinya bukan suara seorang perempuan. Suara itu berasal dari salah satu bilik di toilet ini.

Membuka pintu bilik itu sedikit—ternyata tidak terkunci, Sakura mengintip di sela-sela pintu yang sudah dibukanya. Berani sekali seorang laki-laki masuk ke dalam toilet perempuan, apa dia tidak takut diteriaki bila ketahuan? Namun alangkah beruntungnya orang itu saat ini, sebab hanya ada Sakura di toilet ini.

Mata hijaunya menatap menyelidik sosok yang berada di dalam bilik itu. Berambut hitam panjang, bertubuh tinggi, dan sedang bertelanjang dada. Kalau dilihat dari baju-bajunya yang menggantung, sepertinya orang ini sedang ingin berganti pakaian.

Tunggu! Tapi sepertinya Sakura kenal perempuan ini.

T-tapi, apa-apaan itu? Di dadanya tidak ada—ehem—gundukan sama sekali. Rata, bahkan lebih rata dari Sakura! Apa maksudnya ini?

Sakura memastikannya, dia kembali menengadahkan kepalanya keatas guna menatap wajah empunya tubuh mencurigakan itu. Semoga Sakura salah, semoga yang dilihatnya tadi tidak benar. Gila saja kalau seorang perempuan tidak punya buah dada—seperti Sakura juga.

"Arrgghh, rambut ini merepotkan saja!" sosok 'perempuan' mencurigakan itu mencengkram rambutnya dengan keras, lalu menariknya dengan kasar hingga terlepas dari kepalanya. Sakura nyaris saja berteriak, jika dia tidak ingat dengan maksudnya mengintip saat ini. Dan akhirnya, Sakura hanya bisa membuka mulutnya membentuk huruf 'o'.

Itu bukan rambut asli, itu wig!

Rambut sosok itu sesungguhnya lebih pendek. Berbentuk seperti pantat bebek, ayam, dan sejenis unggas lainnya. Mencuat-cuat ke belakang dengan sedikit rambut menjuntai di depan wajahnya. Rambut asli itu terlihat agak macho untuk bentuk rambut seorang perempuan.

Tidak, sosok itu bukan perempuan. Dari rambut dan tubuh aslinya sekarang, dia jelas seorang laki-laki.

Kemudian ketika dia menyibakkan rambut raven aslinya ke belakang, Sakura bisa melihat dengan jelas wajah yang tersembunyi di balik rambutnya tersebut. Bola matanya pun membulat.

Tanpa sadar, Sakura mengucapkan nama itu dengan tegas. Seiring dengan keterkejutannya.

"Uchiha Sasuke?"

.

.

.

.

To Be Continued


Preview:

Chapter 2: Our Secret

"Sudah kuduga, kau terlalu kasar untuk seorang perempuan."

Laki-laki itu hanya mendengus, mendengar kata-kata Sakura yang sangat ditujukan untuknya. Rahasianya sudah berakhir sampai di sini, sudah terbongkarlah semuanya. Tapi dia masih berpura-pura tenang, bersikap dingin seperti biasanya.

"Kau menyamar menjadi perempuan lalu berpacaran dengan Naruto, jangan-jangan kau gay!" Sakura memekik seraya membelalakan matanya ketakutan.

"Aku bukan gay, dan aku akan membuktikannya padamu!"

.

"Kalau kau bersikap membenci Sasuke seperti itu, bisa-bisa kau jadi suka juga padanya." Ino terkikik geli dengan pernyataannya sendiri. Meskipun rasanya tidak mungkin mengingat Sakura dan Sasuke sama-sama seorang perempuan.

Sama-sama perempuan, eh?

Sakura mendelik, lalu melemparkan tatapan tajam pada Ino dan Tenten yang sedang senang-senangnya meledek dirinya. Mereka berdua tidak tahu, apa yang terjadi sebenarnya.

.

Sakura tidak bisa berkata apa-apa lagi, begitu melihat laki-laki itu keluar dari kamar mandi di kamar asramanya. Hanya berbalutkan handuk yang melilit pinggangnya, dan rambutnya yang masih basah, membuat Sakura hanya berpikiran ke dua kata.

Keren, seksi.

Apa-apaan ini? Sakura harus sekamar dengan pemuda crossdresser ini?

Ah, Sakura lupa, status pemuda cantik di sekolahnya ini adalah seorang perempuan.

"Selamat datang di kamarmu, Haruno," ujarnya seraya menyeringai.

Matilah Sakura.

.


A/N:

Hmm… saya buat ide gila yang tiba-tiba aja terlintas di kepala saya menjadi sebuah fic. Masih ada yang bingung dengan ceritanya? Jadi gini, Sasuke itu seorang crossdresser (orang yang suka berpakaian berbeda dengan jenis kelaminnya) karena sesuatu hal. Nanti akan saya jelasin seiring waktu.

Saya juga gak mau banyak ngomong dulu deh, lebih baik fic ini dilanjutin atau dihapus saja? Tolong jawab di review ya…

.

.

Handsome Girl and Beautiful Boy © Reicchi Ditachi

.

.

Senin, 5 September 2011

.

.

Review?