title : cappuccino

pairing : xiuhan / lumin, exo

rate : T

warning : GS, typo, OOC, DLDR


happy reading~

Seoul

Kim Minseok menatap cermin berbingkai kayu, bayangan yeoja bertubuh mungil dengan rambut panjang berwarna hitam dan mata hazel balik memandangnya. Gaun pengantin yang ia kenakan tampak begitu mewah dan istimewa, ramping dibagian atas dan mengembang dari pinggang kebawah, jangan lupa detail motif dan payet yang tersemat di sudut-sudut yang tepat. Warna gaun itu serasi dengan kulitnya yang seputih porselen. Tapi dia tidak menyukainya.

"terlalu berat" ia berkata datar, "warnanya juga kurang cerah" minseok mempoutkan bibirnya

"nona minseok..."

"dan lagi" minseok memotong "sebaiknya tidak ada pita dibagian dada, ini sudah ketinggalan jaman, payet-payetnya juga terlalu banyak, maniknya juga dikurangi. Terlalu berkelap-kelip. Aku bisa dikira lampu berjalan"

Para penata rias saling berpandangan, lalu menunduk. Setengah malu, setengah jengkel ingin memprotes tapi seperti bisa nona besar kim minseok lah yang pasti menang.

Minseok menghela nafas dan melangkah menuju pintu "baiklah jika sudah terlanjur" katanya kesal "kalau menurut kalian gaun ini cocok untukku, aku akan mencoba berjalan-jalan dulu untuk menguji apa aku sanggup memakai gaun seberat ini" minseok lalu keluar dari kamarnya, menyusuri koridor.

Pernikahannya kurang dua minggu lagi dan bahkan dia tidak menyukai gaun pengantinnya. Belakangan pikirannya dipenuhi beberapa hal sehingga dia menyerahkan keperluan pernikahan pada wedding planner, dan sekarang dia menyesali karena kurang sesuai dengan yang dia harapkan, ya kim minseok adalah seorang yang perfectionis.

Minseok berulang kali menggela nafas, baru beberapa langkah dia sudah merasa letih, ketika berbelok di tikungan koridor, ia hampir saja marah karena nyaris bertabrakan dengan seseorang. Tapi rasa marah dan lelah itu menghilang saat melihat tunagannya yang berdiri dihadapannya sekarang.

Xi Luhan, pria keturunan korea-cina berumur dua puluh delapan tahun, usia yang dibilang masih muda untuk menikah bagi masyarakat korea. Luhan memandang minseok dari atas sampai bawah

Luhan tersenyum

"maaf nona, saya baru saja akan mengantar luhan-ssi keruangan nona" kata pelayan "sekarang saya permisi" ia membungkuk sopan, lalu melangkah pergi

"annyeong, luhan-ssi" minseok masih berdiri ditempatnya, tersenyum menggoda luhan, tapi masih dengan keanggunannya

Luhan masih setia memandang minseok, seakan-akan ia sanggup berdiri disana selamanya

Minseok tak tahan lagi, wajahnya mulai merona "YAAA! Apa yang kau padangi? Dasar rusa mesum" pukulan sayang mendarat dilengan kiri luhan

"kau cantik dan bukankan sebentar lagi kau akan menjadi miliku seutuhnya" luhan mendekati menseok, mengelus rambut minseok

"benarkah? Tapi aku tidak suka gaun ini. Terlalu berat" minseok kembali mempoutkan bibirnya, sepertinya itu menjadi kebiasaanya jika tidak suka dengan sesuatu, dan luhan menyukainya, membuat minseok semakin imut.

"begitu?"

"tapi jika kau menyukainya, aku akan terus berlatih mengenakan gaun ini, mungkin lama-lama akan terasa ringan"

"tentu saja, apa yang tidak bisa dilakukan oleh minseok-ku ini"

"kau ini" wajah minseok semakin merona " oh ya tidak biasanya lulu datang jam segini?"

"tidak.. aku tadi selesai meeting lebih awal dan aku bawa ini"

"kau ke folia? Kenapa kau kesana dan apa itu cappucinno?"

"ya, sudah cukup lama kau tidak mengunjungin folia, coffee shopmu"

"coffee shop itu sudah diurus oleh sekertaris yoo dan kau tau kan aku sudah tidak minum cappucino lagi lu, aku benci cappucinno, sangat tidak menyukai cappucino, dan kenapa juga cappucino harus diciptakan, sejak..." minseok tidak melanjutkan kata-katanya saat luhan meletakkan dua jarinya dibibir minseok

"kau tidak perlu meminumnya" luhan mendekat dan memeluk minseok "aka membawa ini karena aku ingin membuatmu menyukainya lagi. Tapi kalau kau tidak ingin meminumnya, tidak apa-apa"

Minseok mendekat, bibir mereka hampir bertemu ketika seorang pelayan tergopoh-gopoh menggampiri mereka

"luhan-ssi!"

Luhan menghela nafas berusaha menahan emosinya, lalu menoleh "ya?"

"telepon untuk anda, katanya penting sekali, dia bilang... adik anda..."

Raut wajah luhan berubah seketika, ia segera menerima telepon dari pelayan itu, sementara tangan satunya menggenggam erat tangan minseok. "ada apa?" luhan berusaha berbicara setenang mungkin, ia mendengarkan suara dari seberang telepon, lalu berkata "baiklah, aku akan segera pulang"

"ada apa?" minseok yang dari tadi menggunggu luhan menutup telepon, dia merasa ada sesuatu hal buruk akan terjadi

" sehun kolaps lagi" kata luhan sambil menyerahkan telepon ke pelayan " aku harus pulang, min" luhan mengecup dahi minseok

"tunggu, aku ikut. Sebentar" minseok berlari kekamarnya, gaun yang tadi terasa berat tidak dipedulikannya, secepat mungkin dia mengganti bajunya dan turun menemui luhan yang sudah berada disamping mobilnya.

.

.

.

.

Minseok hanya bisa berdiri diam didepan sebuah kamar, memandang luhan yang tengah duduk ditepi tempat tidur memegang tangan seseorang yang tengah berbaring tak sadarkan diri. Dia adalah adik sepupu luhan, oh sehun. Sejak kecil mereka telah hidup bersama, orang tua sehun telah meninggal dalam sebuah kecelakaan saat dia masih sekolah dasar.

Sudah dua tahun, sehun tak berdaya, hanya berbaring ditempat tidurnya, sering kali dia seakan putus dari dunia nyata memandang kosong kedepan dan tidak mengenali orang-ornag disekitarnya, dan sering kali dia mengalami kolaps. Dulu sehun adalah seorang barista terkenal, yang berkerja di coffe shop milik minseok, dia sering muncul di Barista Magazine karena keahliannya dalam meracik kopi.

Sejak sehun sakit, luhan selalu berpesan pada pelayan agar selalu memberi kabar tentang kondisi sehun. Bahkan saat dalam perjalanan bisnis luhan akan memeberi tau tempat dan nomor telepon agar dapat selalu dihubungi.

Minseok mendekati luhan, memegang bahunya lembut, minseok teringat saat dokter berbicara tentang kondisi sehun yang melemah, dan mungkin dia tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi.

"lu.." bisik minseok "sebaiknya pernikahan kita tunda saja.."

Luhan menggeleng, menatap minseok dan kembali memandang sehun " sehun selalu ingin melihat kita menikah, mungkin itu alasan dia bertahan sampai sekarang.."

Luhan berhenti saat mendengar sehun mengigau

"suho... jongin..." guman sehun, menyebut nama dua orang namja yang dulu bersahabat dengannya, luhan serta minseok

"dia ingin bertemu mereka" ucap minseok

" aku tau, tapi kau tau kan persahabatan mereka sudah retak, aku tidak yakin jika mereka masih mengingat sehun"

"tentu saja mereka masih ingat" ucap minseok, terdengar seperti untuk menyakinkan diri sendiri dari pada luhan "ayolah lu, sehun tidak meminta bertemu presiden korea atau apa.."

Luhan masih menimbang-nimbang usul minseok, ada keraguan dalam wajahnya.

" aku akan mendatangi mereka " ujar minseok

"tapi min.."

"aku tidak peduli dimanapun mereka berdua berada, aku akan membawa mereka kehadapan sehun" ucap minseok,

"dua minggu lagi kita akan menikah"

"aku akan menyelesainyanya sebelum pernikahan kita" minseok merangkup wajah luhan, dia tau luhan selama ini mencoba tegar dan tidak pernah menunjukan kesedihannya di depan orang lain, tapi di hadapan kim minseok, pertahanan ego seorang xi luhan dapat runtuh.

" kau percaya padaku kan?" ucap minseok pelan

"aku.."

"bukan Cuma kau yang menyanyangi sehun, aku juga menyanyanginya, dan karena salahku dia menjadi seperti ini"

"jangan menyalahkan dirimu sendiri, ini bukan slah siap-siapa" ucap luhan

Air mata minseok meleleh. Ia memandang sehun sejenak dan kemali menatap luhan " aku akan membawa suho dan jongin, apapun caranya"

TBC


bagaimana? ada yang pernah baca cerita seperti itu? :) ok, cerita ini dari novel "esclair -pagi terahir di rusia", novelnya bagus banget, buat yang belum baca coba dech
dan ah~ ah lagi2 aku mengubah sedikit isi ceritanya.

lanjutin gak ya?

ok, sudah selesai pengakuan dosanya.

terimakasih dah baca dan jangan lupa RnR please~