Sorakan penuh menggema ruangan tatkala bunyi yang terdengar seperti bel konvensional 'kring' mendominasi gedung luar biasa megah yang tanpa diragukan lagi adalah gedung sekolah. Gedung itu secara tiba-tiba menjadi lebih hidup sesaat kemudian bunyi bel terdengar. Ribuan manusia dengan pakaian yang sama hilir mudik, punya tujuannya masing-masing. Sebagian bertujuan ke arah sayap kanan gedung yang berarti kantin. Sebagian menuju luar ruangan entah itu taman sekolah, lapangan outdoor, ataupun tempat lainnya yang tak terdeteksi arahnya. Seorang siswi dengan tinggi semampai, tubuh proporsional, rambut berwarna cokelat panjang tergerai hingga punggungnya terlihat sangat cantik dengan senyum mengembang di wajahnya. Ia terlihat bahagia bahkan tak menyadari bahwa di depannya telah terpampang ruangan yang didalamnya terdapat manusia super ganteng dan seksi seantero sekolah. Jelas gadis itu juga merasakannya, that's why she's brigthly smiling. Ia sedikit berkaca pada layar ponselnya. perlahan membuka kenop pintu di depannya setelah mengetuk dan mendengar 'masuk' dari dalam. Ia lalu melangkah perlahan tanpa menghilangkan senyum merekah. Beruntungnya ia sebagai ketua kelas sehingga bisa sedekat ini dengan guru, termasuk lelaki di depannya yang berstatus guru di sekolah itu. Gadis itu membungkuk sopan di depan sang guru lalu tersenyum manis.

"Ada apa saem memanggilku?"

"Oh, Jung Soojung.. Tolong beritahu teman-temanmu untuk mengumpulkan tugas yang aku berikan di kelas tadi besok pagi."

"Hm..baik, songsaenim" gadis itu tersenyum. Rasanya ia ingin berlama-lama di tempat itu. Siapa tahu sang guru tertarik dengan penampilan dan kecantikannya lalu ia melakukan yang iya-iya misalnya. Ah, Soojung tersenyum sendiri lalu menggeleng malu dengan pikirannya. Sementara sang guru menatapnya heran.

" kamu kenapa?" Soojung terlonjak mendengar interupsi tiba-tiba dari sang guru.

"Ah..uh..itu..enggak kenapa-napa saem." Soojung kikuk setengah mati apalagi melihat lelaki itu tersenyum manis astaga.. Dia tersenyum padanya, laki-laki itu tersenyum pada Soojung.

"Baiklah, kau boleh pergi sekarang." sang guru berucap tanpa melepas senyumannya sedikitpun. Astaga apa mungkin ia tersenyum seperti ini karena menyukainya? Pikiran Soojung berkelana. Sebenarnya ia menyayangkan jika ia harus meninggalkan tempat itu.

"Oh, baiklah saem. Saya permisi." Soojung berharap lelaki itu memanggilnya atau bahkan menahan nya dengan mencengkram tangannya. Oh, you're so drama queen, Jung!

"Uhm, tunggu." astaga..yaampun. Oh Tuhan, apa ini mimpi? Lelaki itu benar-benar memanggilnya kembali, menahannya? Mungkin. Gadis itu tersenyum puas, riang, bahagia? Tentu. Dengan percaya diri dan bahagia yang telah di awang-awang ia membalikkan badannya dengan senyuman semanis gula mungkin. Soojung menunggu kata-kata yang akan keluar dari bibir seksi gurunya itu penuh harap.

"Uh..tolong panggilkan Do Kyungsoo kemari. Bilang padanya cepat, dan jangan menolak. Terimakasih ya Jung Soojung. Kamu benar-benar boleh pergi sekarang." Soojunh menganga, ia seperti baru saja ditampar. Atau bahkan ia telah dipermalukan oleh ruang dan waktu. Ini kata-kata yang ia tunggu. Cih, percaya dirinya jatuh begitu saja. Ekspektasi tinggi Soojung terlalu tinggi jatuh tiba-tiba ke dasar jurang. Ia tertawa kecut. Selain itu satu hal yang membuat gadis itu semakin menegang. Kyungsoo? Ia mematung. Perasaannya berkecamuk antara ketakutan yang melebur menjadi pertanyaan yang menohok otak hingga seluruh tubuhnya. Tentu saja, tujuan lelaki itu memanggil Kyungsoo tak lain dan tak bukan adalah karena ulah baru yang mungkin dilakukan gadis itu. Cih, gadis yang ia takuti sekaligus ia benci. Ia kini mematung memikirkan bagaimana menghadapi gadis itu. Kediamannya membuat sang guru bingung lalu mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas di meja nya pada gadis di depannya.

"Soojung, kamu baik-baik saja? Ada apa?"

"O..oh..g..gak apa-apa saem. Sa..saya permisi." Soojung lalu terburu-buru keluar dari ruangan itu dengan wajah memerah, kecewa, malu pada diri sendiri. Dengan terhentak-hentak langkahnya, ia menelusuri pandangannya mencari seseorang dengan raut wajah geram dan kecut yang tak lepas. Wajahnya semakin geram ketika melihat sosok gadis mungil yang tak lebih tinggi darinya dengan mata bulat berbinar bak gadis polos, cuih..Soojung mendecih. She's too bitchy to be innocent. Tapi Soojung bertekad harus berani menghadapi si jalang itu.

"Ehm..K..Kyungsooo, ka..kamu dipanggil tuh sama Kim songsaenim" ia mencoba mendongakkan kepalanya agar tak terlihat gugup. Harusnya ia berani.

"Lagi?" kedua sahabat Kyungsoo kompak berucap dengan wajah yang mengisyaratkan tak habis pikir pada Kyungsoo. Sementara Kyungsoo? Dengan wajah santai sesekali melirik sahabat-sahabatnya lalu teman sekelas yang disuruh oleh Kim sialan itu untuk memanggilnya.

"Yah, Do Kyungsoo daebak" sahabat Kyungsoo yang satu ini begitu ekspresif dengan dua mata berlapis eyeliner. Membuat Kyungsoo menghela nafas.

"Aku gak mau." sudah Soojung duga akan begini jadinya. Nyalinya sedikit demi sedikit berhamburan lalu melarikan diri. Tapi ia mencoba menarik kembali nyali yang tengah berhamburan keluar itu. Sejenak ia menghela nafas lalu mendongak lagi tanpa ragu menatap Kyungsoo.

"Songsaenim bilang kamu gak boleh menolak, cepatlah." Soojung dengan sigap mengantisipasi jika saja tiga trouble maker itu menyerangnya. Rupanya suruhan Kim sialan ini tak punya kesabaran atau mungkin diancam oleh bajingan itu? Pikir Kyungsoo. Ia lalu memandang bengis kearahnya. Ia tahu gadis di depannya ini sama tololnya dengan seluruh siswi di sekolahnya. Menyukai dan menggoda si Kim sialan itu? Kyungsoo ingin tertawa terbahak-bahak.

"Ya, Jung Soojung kamu gak perlu membentak Kyungsoo, sialan!" well, sahabat Kyungsoo yang cantik bernama Luhan begitu benci dengan tatapan siswi yang ia panggil Jung Soojung lalu menatapnya 'fuck you bitch, and your bitchy face'.

"Kamu gak punya rasa takut rupanya. Mau mati ya?" Baekhyun menatap bengis dan detik selanjutnya telah mendaratkan cengkramannya pada kerah seragam Soojung. Soojung terperangah, gemetar. Tentu saja akan seperti ini. Salahnya yang sok ingin menantang tiga 'superior sekolah' itu. Luhan pun tak tinggal diam, seolah mengikuti gerakan Baekhyun, gadis cantik itu mendorong Soojung ke dinding kelasl dan menoyor kepala Soojung. Luhan dan Baekhyun bergantian menarik rambut Soojung. Sementara gadis itu hanya memekik kesakitan. Matanya berkaca-kaca membendung air yang tak kuasa ingin tumpah ruah dari mata sipitnya. Ia memohon dan merintih agar dilepaskan. Namun seolah tak mendengar, Baekhyun dan Luhan tetap melanjutkan kegiatannya dan mereka berdua saling menatap lalu menyeringai. Mereka lalu menatap Kyungsoo menyeringai ke arahnya, menaik turunkan alis nya seolah memberi kode. Kyungsoo menyeringai lalu selanjutnya menarik Soojung dan mendorongnya ke pojok dinding kelas yang hanya dihuni okeh keempat siswi itu. Kyungsoo memerintahkan Luhan dan Baekhyun mengunci pintu kelas dan memegangi Soojung. Lalu gadis bermata bulat itu meraih kancing seragam Soojung. Ia terlonjak, matanya membulat, mengerti maksud pergerakan Kyungsoo. Ia menggelengkan keras kepalanya lalu memberontak hendak berteriak pula namun sia-sia karena Luhan dan Baekhyun yang senantiasa membungkam dan menahannya. Beberapa kancing seragam Soojung telah terbuka, Kyungsoo menyeringai, begitupun kedua sahabatnya. Soojung hanya mampu menangis dalam diam. Ia tak mampu lagi bahkan hanya untuk menolaknya. Ia semakin merasakan sakit teramat dan pedih ketika setelahnya Kyungsoo meletakkan ponselnya di depan Soojung yang hampir topless itu karena tubuh atasnya hanya tertutup kemeja seragam yang telah terbuka hingga ke bagian lengan dan bra yang menutup payudaranya. Kyungsoo dan kedua sahabatnya tertawa puas lalu setelahnya wajah Kyungsoo pucat pasi melihat sesuatu di ponsel nya. Sialan. Kenapa bajingan itu seolah tahu apa yang ia lakukan.

"Guys, sudahlah berhenti." dua sahabat Kyungsoo memandangnya tak mengerti. Baekhyun hendak protes tapi sejurus kemudian Kyungsoo menyahut lagi.

"Aku akan ke ruangannya. Dan kau, jalang! Kali ini kamu bebas ya. Lain kali kalau kamu menantang kita. Ini bukan apa-apa!" Kyungsoo menatap kedua sahabatnya "bereskan dia, aku pergi dulu."

.

Dan detik selanjutnya Kyungsoo menggeser kursi serta meja didepannya sedikit kasar tanpa melepas tatapan ingin menguliti pada Soojung. Cih, jalang murahan yang sengaja menggoda Kim bajingan itu, mencari muka, padahal ia memiliki banyak muka. Kyungsoo benci keduanya. Gadis cute but bad itu akhirnya melangkahkan kaki nya keluar dari kelas dengan sedikit dukungan 'fighting' dari kedua sahabatnya dan sedikit 'senggol bacok' untuk si jalang sehingga wanita itu hampir jatuh menabrak meja.

Satu..

Dua..

Tiga..

Beberapa langkah lagi pintu menuju ruang guru. Jika dipikir-pikir Kyungsoo bosan kembali kesini. She's popular, di sekolah, dan di kalangan guru serta karyawan sekolah. But she's not an achievement breaker, but a trouble maker. Please, hampir semua orang yang baru mengenalnya bahkan tak percaya. Perempuan? Wajah polos, imut, cantik? We can't even judge the book by the cover. well, itu hanya cover. Cover pororo doesn't mean the stuff is pororo too right? It could be death note inside the cover. Who knows?

Ya begitulah, panjang sekali cerita yang akan tertuang untuk menceritakan awal terbentuknya karakter si mungil trouble Kyungsoo ini. Bahkan kini gadis itu telah mendekat ke meja dimana seorang pemuda duduk di baliknya. Pemuda itu perlahan mengalihkan pandangannya dari kertas-kertas dan pena nya. Here she is. Siswi yang membuatnya insomnia.

"Duduklah"

"Just on point." Pemuda itu terkekeh membentuk sudut asimetris di bibirnya. Mengagumi keberanian anak murid didepan nya.

"Kalau kamu duduk, baru aku akan jelaskan." tapi Kyungsoo keras kepala, tetap pada pendiriannya.

"Baiklah." lalu pemuda itu berdiri dari duduknya menggambil sebuah kertas dan melangkah mendekati Kyungsoo. Kyungsoo hanya mundur satu langkah dengan dua tangan masih bertengger di saku rok nya.

"Well, bisakah kamu menjelaskan ini?" Kyungsoo mendongak menatap selembar kertas berisi essay yang jelas-jelas tertera nama Kim Taehyung yang sudah dicoret-coret menjadi Do Kyungsoo.

"That's mine." Kyungsoo lalu mengalihkan lagi pandangannya ke arah lain. Pemuda itu tertawa sinis melangkah lebih dekat lagi ke arah Kyungsoo.

"Bagaimana bisa kamu bilang ini milikmu, sedangkan nama Kim Taehyung dicoret, dan ini adalah tulisan Kim Taehyung, aku mengetahuinya dari buku catatan anak itu, dan...hari ini Taehyung tidak mengumpulkan essay nya. Wah, kebetulan yang menarik." Kyungsoo hanya menatap tajam lelaki di depannya. Sialan bajingan keparat yang...tampan.

"Itu tanggung jawab Taehyung karena lupa membawa tugasku." jawab Kyungsoo sekenanya.

"Apa?" lelaki itu tertawa remeh sejenak.

"Atas dasar apa Taehyung harus membawa tugasmu? Dia ayahmu?" Kyungsoo yang terus bungkam membuat lelaki itu terus mengulang pertanyaannya.

"Dia yang mengerjakan tugasku, kau puas? Cih." Kyungsoo dengan berani mendekat menyilangkan dua tangan di dadanya. Ia tak habis pikir dengan anak didik nya yang satu itu, begitu berani dan menantang. Menantang? Dia suka bagian itu. Ini adalah situasi yang Kyungsoo benci sekaligus ia suka. Berhadapan dengan lelaki di depannya dengan jarak sangat sangat dekat. Dua pasang mata yang saling bertemu tajam penuh atensi. Tinggi Kyungsoo yang hanya sampai pada leher lelaki itu bisa merasakan hembusan nafas nya menerpa wajah Kyungsoo menambah suhu panas mengelilingi mereka. Semakin bertambah lagi, seketika lelaki itu semakin mendekat dan menyentuh pinggang Kyungsoo. Matanya membulat merasakan sentuhan itu, terlebih lagi sialan kurang ajarnya wajah lelaki di depannya ini telah berada hanya beberapa senti di wajahnya. Kyungsoo bukan gadis polos yang tak tahu posisi seperti ini mengarah kemana. Matanya semakin membulat seolah ingin keluar dari tempatnya. Lelaki itu hanya tersenyum miring melihat raut wajah Kyungsoo sebelum ia mengeluarkan suaranya.

"Kerjakan sendiri tugasmu, mengerti?" lelaki itu terkekeh setelahnya dan melepas pegangannya pada pinggang Kyungsoo. Kyungsoo bersumpah ingin menghajar dan menginjak-injak lelaki di depannya itu. Pikirannya telah liar jauh, memalukan. Bajingan sialan itu berani-beraninya menyentuhnya.

"Fuck.. Sudah selesai? Baik kalau sudah selesai SAYA. PERMISI." Ucapnya penuh penekanan tanpa melepas tatapan tajam pada lelaki itu. Dan ketika membalikkan badannya ia merasakan tangan si bajingan itu menahan tangannya. Keparat ini apa maunya.

"Apa? Fuck? Do you ask me to fuck you?" Kyungsoo mendecih dan tertawa bodoh. Detik selanjutnya ia membalikkan wajahnya menghadap lelaki brengsek yang dengan tidak tahu dirinya menyeringai lalu tertawa kecil justru saat Kyungsoo memelototinya.

"Lucu ya, Kim jerk Jongin?" suara mungil itu hampir sukses menghentikan tawa, atau lebih tepatnya mengganti dengan sebuah seringai. Which is he's damn fucking sexy in that smirk.

"Kamu gak sopan ya, kamu panggil apa barusan?"

"Well, Kim jerk Jongin." Kyungsoo pikir ia sudah gila, dia memang bukan gadis innocent dan tak perlu canggung berhadapan secara intim dengan laki-laki, tetapi ia merasakan apa yang ia lakukan ini terlampau konyol dan tolol. Dengan tak tahu malunya ia menarik dasi yang bertengger di kemeja sang guru which is sukses membawa wajah Jongin semakin dekat di wajahnya. Jongin yang menyadari gerakan Kyungsoo pun ikut bertindak, ia meraih pinggang Kyungsoo dan mencengkramnya, with that evil smirk of course.

"Harusnya kamu panggil aku Kim songsaengnim karena aku ini gurumu. Dan, hmm kamu benar-benar gak sopan sama gurumu.." Jongin menatap genggaman Kyungsoo pada dasi nya. "Apa kamu berniat menggoda gurumu huh?" kyungsoo menyeringai semakin menarik dasi Jongin.

"Kamu tadi yang bertanya 'did you ask me to fuck you' so, let's see" tanpa basa basi apapun lagi Kyungsoo setengah berjinjit menghampiri bibir Jongin dengan bibirnya, Jongin tak tahu harus kaget atau senang bukan main karena kedua perasaan itu tengah menyambarnya ketika Kyungsoo mulai menggerakan bibirnya sensual, melumat bibir Jongin dengan lihai. Jongin bersumpah ini bagaikan terbang di awang-awang, menembus langit ketujuh bahkan hanya dengan bibir Kyungsoo, sensasi luar biasa menghampiri tubuhnya termasuk bagian tertentu disana. Ini tidak benar, jangan, sebelum ia kehilangan kendali, ia mencoba menarik diri.

"Kyung hentikan.."

"Cih, kenapa? Kamu terlihat seperti pengecut brengsek yang bisanya cuma ngomong. Mau merendahkan ku? No, airhead!" Kyungsoo mendekatkan bibirnya kembali sebelum Jongin menariknya dan memojokkannya ke dinding. Kyungsoo tersentak hendak protes namun dibungkam oleh sebuah ciuman yang lebih mirip dengan memakan. Jongin terus menekan bibirnya menjelajahi mulut Kyungsoo yang telah dengan paksa diterobosnya. Tangan Jongin masing-masing menekan tengkuk dan pinggang Kyungsoo. Kyungsoo merasakan sesak dan kesulitan bernafas sehingga ia menepuk bahu Jongin dan sedikit mengguncangnya. Lelaki itu melepas ciuman dalam, panas dan bergairahnya, tapi bukan berarti ia berhenti mencumbu Kyungsoo, karena setelahnya tanpa permisi ia menyambar rahang dan dagu Kyungsoo lalu turun ke leher putih si gadis mungil. Kyungsoo yang bodohnya mengeluarkan suara menjijikkan dari mulutnya karena refleks, dan kebetulan gadis itu tengah meraup udara dengan mulut terbuka, tak ayal membuat suara itu keluar dengan mudah.

"Kamu menikmati sekali sayang, menginginkannya ya?" suara berat dan bergairah milik Jongin terdengar lemah, Kyungsoo benar-benar ingin menghajar lelaki ini demi apapun. Ia begitu konyol karena terlihat kalah dari lelaki ini. Ia berusaha membalikkan keadaan. Dan ia berhasil.

"Kamu yang menginginkannya, kan sejak awal, makanya kamu memanggilku kesini." Kyungsoo terkekeh kecil lalu dengan cepat mengecup bibir Jongin kembali, melumat seolah membalas yang dilakukan lelaki itu sebelumnya, ia tak lupa menghampiri dagu, rahang dan ceruk leher lelaki itu merasakan aroma maskulin yang menguar dari parfum vanila bercampur kayu-kayuan. Akal sehat Kyungsoo melemah. Gairah sialan ini telah mencampakkan logikanya. Fuck. Kyungsoo terus menjelajahi leher lelaki itu, melihatnya memejamkan mata dengan mulut terbuka membuat Kyungsoo menyeringai namun terlonjak ketika tangan sialan si fucking jerk Jongin mencengkram dan meremas bagian tubuhnya, salah satunya jatuh meremas di bagian belakang rok Kyungsoo dan lainnya lagi menelusup ke dalam kemeja Kyungsoo. Kyungsoo mati-matian menahan agar tak mendesah like a bitch dengan terus gencar mencumbu Jongin sesekali meraba bagian tubuh lelaki di depannya sampai ke bagian yang paling inti. Tangan jahilnya telah meraba perut Jongin yang masih dilapisi kemeja lalu turun, lagi, dan lagi..and gotcha. Ibu jari dan telunjuknya bekerja sama untuk meraih retsleting dan menurunkannya sebelum..

"Kyungh..." putus asa rupanya dengan sensasi yang Kyungsoo berikan. Gadis mungil itu menyeringai puas menahan tawanya. Sekuat tenaga Jongin membalikkan keadaan lagi dan membalas perlakuan Kyungsoo kali ini lebih ganas dan bergairah dari sebelumnya. Ia meraih lalu membuka dua kancing seragam Kyungsoo, menjatuhkan bibirnya di bagian tubuh Kyungsoo yang terpampang setelah membuka kancingnya. Kyungsoo menggigit bibirnya. 'sial, he's so tricky' Kyungsoo tak mampu menahan sensasi vulgar ketika Jongin meremas payudara nya yang masih tertutup bra dengan beberapa kancing kemeja yang terbuka, bahkan satu tangan lainnya juga melakukan hal sama di bongkahan bagian belakang Kyungsoo. Kepala Kyungsoo mendongak dengan mata terpejam. Sialan, harusnya dia tak seperti ini, dia terlihat begitu terbuai dan lelaki di depannya tersenyum menang. Sambil terus menahan agar tak mengeluarkan desahan ketika bajingan itu terus mencumbu bagian leher dan dadanya ia mati-matian berusaha untuk bicara.

"Hen..ti..kan..hhh..atau kita akan kepergok dan kamu akan dikeluarkan karena pelecehan seksu..ahhh al..murid..shit"

"Gak mungkin sayang, hanya kita berdua disinu." tidak, tidak.. Kyungsoo harus mencari alasan lain agar ini tidak berlanjut. Well, alasan kepergok mungkin sedikit risky, selain itu ruangan guru disekat-sekat sehingga terlihat seperti punya ruangan sendiri-sendiri dengan kaca jendela dan pintu yang buram. Seperti sengaja di design agar setiap guru punya privasi masing-masing. Great, Kyungsoo terjebak.

"Aku akan melaporkanmu..argh.. kau..akan..dikeluarkan!"

"Dikeluarkan? Do you want me to cum?" apa? Lelaki brengsek mesum sialan ini membuat Kyungsoo benar-benar geram.

"Argh.. Fuck" Jongin menyeringai lebar.

"Sabar, sayang."

"Bukan itu maksudku, tolol!" sekuat tenaga Kyungsoo melepaskan diri dari kungkungan Jongin meskipun sia-sia, lelaki itu makin terlihat bergairah karena gerakan Kyungsoo yang tak ia sadari menyentuh bagian paling intim disana. Jongin benar-benar berusaha dengan susah payah menahan gejolak yang mendesaknya. No, he don't want to hurt her.

"Okay! Jika itu maumu, bajingan!" terkejutnya Jongin dimanfaatkan Kyungsoo dengan melarikan tangannya menyentuh ikat pinggang milik sang guru, membuka nya dengan cepat, lalu membuka akses yang menutupi bagian intim itu namun tangan yang lebih kuat mencengkram tangannya, mendorongnya tersentak ke dinding. Lalu mencumbu bibir Kyungsoo dengan intens dan dalam beberapa saat sebelum menarik dirinya menjauh, memasang kembali kancing seragam Kyungsoo, merapikan seragam dan rambut Kyungsoo setelah ia juga merapikan kemeja dan kekacauan yang terjadi. Kyungsoo yang masih kebingungan hanya terdiam namun selanjutnya mengeluarkan suaranya.

"Aku sudah duga, kamu cuma ingin main-main dasar pengecut, bajingan mesum, airhead, bastard, Kim fucking jerk Jo..."

"Diamlah, Kyungsoo! Berhentilah bicara kasar." Jongin menangkup pipi Kyungsoo dengan tatapan mata yang terlihat lemah.

"Dan berhentilah membuat masalah, belajar lah dengan baik, sebentar lagi ujian akhir." lalu mata Kyungsoo membulat tak percaya melihat di depan matanya Jongin mengecup keningnya dan mengusak sebelum merapikan tatanan rambut Kyungsoo.

"Pergilah, masuk kelas. jangan bolos!" Kyungsoo tertawa bodoh. Tercengang mungkin.

"Aku akan benar-benar melaporkanmu agar kau dipecat. Bahkan aku tak segan melaporkannya pada orang tuamu" detik selanjutnya gadis mungil itu melangkah, membanting pintu ruangan sang guru. Ia merasa konyol dan direndahkan. Guru mesum itu hanya ingin mempermainkannya benar kan? Kyungsoo tahu, jika mereka tadi sampai pada intinya, ia mungkin akan dibuang begitu saja. Inilah yang Kyungsoo takutkan, inilah yang Kyungsoo hindari, ia membenci hal terkutuk seperti jatuh cinta pada seorang bajingan. Ia hanya menikmati hidupnya menjadi gadis berandalan nakal yang tak pernah tersentuh laki-laki. Semua laki-laki yang mendekatinya akan secara perlahan mundur karena betapa brandalnya gadis itu. Ia mampu menghajar seorang laki-laki sendirian. That's one of the reason. Ia hanya tak ingin menjadi gadis lemah untuk kedua kalinya. Seperti 3 tahun lalu.

.

.

.

Flashback

"Kamu mau kemana Kyung?" Baekhyun heran karena pagi-pagi di hari libur Kyungsoo begitu cerah ceria membawa banyak sekali kotak makanan di tangannya.

"Kemana aja deh." Kyungsoo lalu mehrong setelahnya pada Baekhyun. Baekhyun memutar bola matanya.

"Bukan ke apartemen Kris dan memberi makanan itu padanya kan?" tanya Baekhyun yang ternyata justru jawabannya tak seperti harapan Baekhyun. Kyungsoo mengangguk tersenyum sumringah. Argh, Baekhyun mual.

"Kyung, kamu masih gak ngerti ka..." kalimat Baekhyun terpotong.

"Aku sudah bilang aku gak percaya, Baek. Kalian kalau gak suka sama Kris bilang aja. Jangan menjelekkannya begitu."

"Kyung, kami benar-benar melihat dia sama perempuan..kau ha.."

"Baek, kamu sahabatku bukan sih?" Kyungsoo memasang raut wajah kesal, ia terlihat marah namun ia tak ingin ribut lebih jauh dengan sahabatnya sehingga ia dengan cepat melangkah tanpa menghiraukan panggilan Baekhyun padanya terus menerus. Meskipun Kyungsoo merasa tak mungkin sahabatnya itu membohonginya mengingat begitu lamanya mereka menjalin persahabatan seperti kepompong. Tapi ia begitu mencintai Kris dan mempercayainya. Ia tak ingin kehilangan lelaki itu. Gila memang. Jadi, Kyungsoo tak akan mempercayainya sebelum melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Kris berselingkuh.

Kyungsoo tiba di apartemen Kris, menekan tombol password, membuka pintu depan, mencari keberadaan Kris tanpa mengeluarkan suara karena ia ingin memberi kejutan pada kekasihnya itu. Hingga mata bulat jernih nya berhenti ketika berhasil membuka pintu kamar Kris perlahan dan menemukan pemandangan... Well, ternyata ia melihat dengan mata kepalanya sendiri sekarang. Ia lemas, menjatuhkan kotak-kotak makanan yang harusnya ia jadikan kejutan untuk Kris. Serasa terjatuh dari lantai 50 sebuah gedung atau tertusuk pisau tajam dengan tiba-tiba. Kesulitan bernafas, kesulitan berjalan dan apapun itu tak bisa ia rasakan lagi. Tertohok, tertiup angin kencang, terbuang ke tumpukan sampah yang menjijikkan. Hanya kata-kata sahabatnya yang terngiang seperti klise foto.

'Kyung, aku melihat Kris bersama perempuan'

'Dan, parahnya ia berciuman Kyung'

'Kyung, Kris bertemu perempuan itu lagi.'

'Laki-laki brengsek itu, mereka terlihat mesra.'

'Percayalah Kyung'

Dan kini ia benar-benar seperti dikabulkan permintaannya oleh Tuhan. Kyungsoo benar tak salah lihatkan? Kris dan seorang perempuan di kamarnya tanpa sehelai benangpun, diatas ranjang, dan bahkan tak perlu penjelasan untuk kejadian itu. Kyungsoo menutup mulutnya berusaha tak mengeluarkan suara tangisan meski kini pelupuk matanya penuh air yang ingin segera jatuh. Ternyata tak semudah itu karena Kyungsoo berjalan mundur, ia terjatuh ke lantai menabrak meja, sehingga kedua manusia yang tengah making out di kamar itu terlonjak.

"K..kyung..soo?" suara lirih Kris terkejut dan malu juga entahlah.. Kepergok dalam keadaan yang tidak pantas seperti ini. Kris merasa bersalah luar biasa, tapi Kyungsoo tak sedikitpun ingin melihat nya. Kyungsoo tertatih berusaha bangkit dan melangkah menjauhi tempat terkutuk itu. Persetan dengan kotak makanannya. Ia berlari keluar sekencang-kencangnya sehingga ia terengah-engah sambil menutup mulutnya. Kris berusaha mengejar dan ingin menghentikan Kyungsoo namun tangan seseorang menahannya. Jujur, ia tak ingin kehilangan Tao, seseorang yang lebih ia cintai jauh sebelum bertemu Kyungsoo. Ia memang seperti bajingan dengan teganya menyakiti Kyungsoo, tapi mungkin suatu hari nanti ia akan menjelaskannya pada Kyungsoo dan meminta maaf padanya meskipun itu tak cukup.

Kyungsoo tak tahu lagi akan kemana kaki mungilnya membawa nya. Rintik air mulai turun dari langit seolah menemani air yang juga turun dari sudut matanya. Hingga air itu turun lebih deras lagi, Kyungsoo tak peduli dan tetap berlari. Rasa sakitnya lebih besar daripada rasa dingin tubuhnya.

Luhan dan Baekhyun uring-uringan karena hampir larut tapi Kyungsoo tak menunjukkan batang hidungnya, orangtua Kyungsoo yang jauh berada di Jepang bahkan telah menelpon mereka bergantian sejak tadi jika saja kedua sahabat Kyungsoo itu telah menemukannya. Kedua orangtuanya tentu saja cemas setengah mati karena orang-orang rumahnya mengabari Kyungsoo belum pulang sejak pagi. Baekhyun dan Luhan tengah mencari di sepanjang jalanan Seoul, dan Luhan terlonjak bukan main ketika melihat seorang gadis mungil berjalan ringkih di tengah guyuran hujan di trotoar jalan. Selanjutnya Baekhyun dan Luhan keluar dan menarik gadis itu.

"Kyungsoo, kamu sudah gila huh? Setengah mati kami mencarimu, mengkhawatirkanmu. Dan kamu..oh God, apa yang membuatmu terlihat seperti monster begini?" tanya Baekhyun cemas. Kyungsoo terdiam lalu menangis menyedihkan dan memeluk kedua sahabatnya.

"Maafkan aku, Baek, Lu. Maaf..aku harusnya mempercayai kalian. Maafkan aku." Kyungsoo terus menggumamkan kata maaf pada kedua sahabatnya tanpa henti dengan suara tersedu karena tangisannya yang terlihat bahkan hujan mengguyur sekalipun. Baekhyun dan Luhan hanya berusaha menenangkan dan menyuruhnya berhenti meminta maaf dan menyakiti dirinya di tengah hujan. Pelukan erat sahabat akan selalu ampuh menyembuhkan segala pesakitan dan perasaan menyedihkan di dunia. Terbukti, setelah Kyungsoo menjelaskan semuanya, Baekhyun dan Luhan tak henti untuk menenangkan gadis itu. Menyemangati nya setiap hari memberi keyakinan bahwa ia tak boleh lemah, Kris adalah bajingan terlampau bodoh karena menyia-nyiakan sahabatnya. Dan Kyungsoo bisa mendapatkan yang lebih darinya, bahkan Kyungsoo sejak itu berubah menjadi lebih kuat dan tak ada laki-laki yang berani mendekatinya bahkan menyakitinya. Ia ditakuti, she's become a bad girl now. Terkenal sebagai trouble maker di sekolah, melakukan hal gila bersama sahabatnya. Ternyata begitu menyenangkan. Hampir tak pernah ada air mata lemah. Sampai pada suatu hari musibah sialan datang nenghampirinya. Perjodohan tolol. Cih. Hanya karena perilakunya yang kini berandal, orangtuanya memaksanya agar seorang lelaki mengubahnya menjadi perempuan sejati seutuhnya. Tapi Kyungsoo tak akan pernah mau, dia tak mau lemah lagi. Terlebih lelaki yang dijodohkan dengannya itu..Kyungsoo tahu ia pasti sama saja dengan si bastard Kris itu. Dan akan berakhir sama mungkin? Siapa yang tahu. Ia begitu membenci lelaki itu.

Flashback end

.

.

.

"Kamu gak apa-apa, Kyung? Dia ngomong apa aja? Kamu dihukum?" cerocos Baekhyun yang malah membuat Kyungsoo memutar bola matanya.

"Kyung, ceritakan." kini Luhan tengah mengharap-harap cemas menatapnya.

"Nothing's happen. Cuma menegurku karena tugas essay si Taehyung tolol itu."

"Sudah kubilang kan, si tolol itu sengaja gak membawa tugasmu. Argh.. akan kuhajar dia." cerocos Baekhyun lagi yang kini geram.

"Aish, sudahlah Baek. Gak perlu." jawab Kyungsoo datar, terlihat kesal dan menahan emosinya.

"Kamu kenapa sebenarnya Kyung?" Luhan tak jengah mempertanyakan kondisi sahabatnya dan ketika Kyungsoo menjawab dengan menggeleng, ia tahu Kyungsoo berbohong.

"Jangan bohong, kita sudah sahabatan berapa lama sih? Aku tahu kamu dan sifatmu itu, huh! Jadi cepat ceritakan." kedua sahabatnya menatap harap pada Kyungsoo menunggu jawaban Kyungsoo, namun selanjutnya gadis itu malah tertawa lebar. Baekhyun dan Luhan saling menatap keheranan pada Kyungsoo, seolah berkata mungkin saja Kim saem telah memberinya sianida? Tidak mungkin, sianida akan membuatnya mati, tapi ia malah tertawa lebar didepan mereka.

"Oh, okay .okay...haha. I swear it's nothing. Gak ada apa-apa. Aku malah membuatnya mati kutu tadi." lalu mengerling menyeringai pada kedua sahabatnya. Dan kedua gadis itu hanya menatap Kyungsoo lalu saling menatap lagi.

"Oh God, c'mon guys. Masa kalian gak ngerti?"

"Kyung, bagaimana bisa kamu bertingkah seperti itu pada guru."

"Aish benar, kamu mau dikeluarkan dari sekolah huh? Kudengar gosipnya, Kim saem adalah anak dari pemilik yayasan sekolah kita." Kyungsoo yang mendengar itu menghentikan tawanya sekejap berganti dengan tatapan datar. Lalu mengalihkan pandangannya pada hal lain.

"Nah..nah, kamu takut kan. Ah uh..mati kau Kyungsoo, kalau kamu buat masalah sama dia."

"Diamlah bacon." detik selanjutnya seolah lupa masalah yang sebelumnya mereka bicarakan, mereka kembali bergurau bertukar canda tawa saling berbagi kebahagiaan sahabat. Kyungsoo bahagia seperti ini bersama sahabatnya.

.

.

.

Kyungsoo baru saja tiba di depan rumahnya setelah ia menghabiskan waktunya hingga hampir larut malam bersama kedua sahabat gilanya. Ia melambaikan tangannya ketika mobil dimana terdapat kedua sahabatnya itu menjauh. Perlahan kaki mungil nya melangkah masuk ke dalam rumahnya. Membuka pintu yang begitu besar lalu menutupnya kembali. Sepi sekali pikirnya, mungkin orang tua nya pergi lagi. Dan pelayannya sudah beristirahat mengingat ini sudah pukul 22.30 malam. Ia melangkah..

Satu langkah..

Dua langkah..

Tiga langkah..

"Bagus..baru pulang ya? Kemana saja huh?" suara sialan yang Kyungsoo kenali betul tentunya. Suara maskulin yang Kyungsoo benci. Suara lelaki yang ingin ia hajar karena beraninya menginjak rumahnya.

"Apa yang kamu lakukan di rumahku, bajingan? lancang?" Geram Kyungsoo mengepalkan tangannya.

"Lancang? Di rumah tunanganku sendiri? Tentu saja orang tuamu yang menyuruhku " lelaki itu menyeringai. Seringaian yang sama. Cih.

.

.

.

.

.

.

~TBC~