Naruto belongs to Masashi Kishimoto
A SasuSaku's Fanfiction by
Bang Kise Ganteng
Warning!
Au, OoC, Typo, misstype, oneshot, etc.
Rate T
Prolog
A/N : Untuk beberapa alasan khusus, fic ini saya taruh di rate M.
….
"Aku duluan ya."
Sakura menengadahkan wajah, melihat teman pirangnya sudah mulai menyanpirkan tas selempang ke bahunya yang mungil. Sakura mengangguk kecil seraya melambaikan tangannya ke arah sang gadis.
Ino Yamanaka, teman satu shiftnya malam ini –satu dari sekian orang yang dekat dengan Sakura di tempat itu. Tak melihat bayangan Ino lagi, Sakura lekas membereskan tugasnya. Beruntung tadi Ino sempat menyapu sehingga Sakura tak susah melakukan hal itu dan hanya bertugas mengepel. Setelah selesai, lekas ia mengambil tasnya yang berada di meja dan menyampirkan ke bahunya setelah memakai jaket tebalnya.
Sakura bekerja part time di sebuah kafe kecil yang tak jauh dari kampusnya. Chouji's Kafe, adalah kafe milik temannya semasa SMA.
Setelah memastikan pintu telah terkunci dengan benar, Sakur lekas memacu langkahnya pulang ke rumah. Jam baru menunjukkan pukul Sembilan lewat lime belas menit waktu konoha, dan Sakura memutuskan mampir ke minimarket terdekat untuk membeli beberapa bahan makanan untuk besok pagi. Atau kalau tidak, kakaknya yang cerewet itu, akan mengomeli Sakura habis-habisan.
Entah berapa lama ia berada di dalam sehingga tak menyadari bahwa di luar Konoha sedang diguyur hujan deras.
"Ah," desahan kecil lolos dari bibirnya ketika ia keluar dari dalam konohamart. Sakura menengadahkan tangannya, sehingga beberapa tetes airmata langit itu membasahi jemarinya yang lentik, sebelum ia memasukkannya lagi ke dalam kantung jaket untuk menetralisir rasa dingin.
"Semoga Sasori-nii tidak lupa menutup semua jendela lagi," gumam Sakura di sela-sela rintikkan hujan. "Percuma saja. Dia bahkan mungkin tidak keluar dari ruangan itu," gumam Sakura lagi sedikit menggerutu. Teringat pada Kakak merahnya yang super duper imut itu. Seminggu ini entah mengapa Sakura jarang melihatnya memunculkan diri, kecuali untuk sarapan dan makan malam yang Sakura sendiri harus membujuknya secara ekstra.
Gadis gulali itu memang pernah mengintip Sasori di kamarnya, hanya sekedar untuk memastikan bahwa ia tak melakukan aneh-aneh karena Sakura melihatnya menatap layar komputernya dengan begitu cermat. Ia sempat berfikir bahwa Sasori sedang menonton film biru atau hal lainnya saat manik hijaunya melihat Sasori sedang menggambar. Terlihat detail dengan angka-angka dan beberapa keterangan. Ia sebenarnya masih ingin melihat lebih jauh saat tetiba kepala merah itu menoleh kepadanya dan menyeretnya keluar.
"Cuma mau bilang, makan malam sudah siap dan aku meyakinkan diri sendiri," ujar Sakura melihat kakaknya menatapnya penuh curiga.
Sakura langsung tersadar begitu beberapa orang yang tadi menunggu hujan reda bersamanya perlahan-lahan mulai pergi. Dengan gegas ia juga meninggalkan tempat itu. Memacu langkah dengan sedikit berlari agar lebih cepat sampai ke rumahnya.
"Akh," Sakura sedikit terhuyung dan merasa sakit di sekitar bahunya saat seseorang berjalan dari arah berbeda menabraknya. "Lain kali hati-hati … HEI!" teriaknya saat orang tadi malah berlalu pergi dengan langkah lebar tanpa mempedulikan Sakura.
"Dasar," emerald itu masih menatap punggung orang itu yang kini perlahan menghilang di telan kegelapan. "Mengapa orang-orang sekarang tidak punya rasa bersalah sedikitpun," gerutunya sambil kembali berjalan menuju rumah yang kini berada di pelupuk mata.
"Apa kubilang," gerutuan Sakura semakin terdengar jelas kala matanya melihat bahwa lampu teras rumahnya bahkan tidak menyala. "Baka aniki itu pasti lupa waktu lagi," Sakura malah gemas sendiri membayangkan kakaknya itu. Hujan memang belum reda sepenuhnya, hanya menyisakan rintik kecil dan cahaya kebiruan yang memantul di langit.
"Nii-san, kau lupa lagi menutup jendelanya," Sakura membuka sepatunya sambil berteriak. Sasori tak menyahut, namun Sakura tahu lelaki itu mendengar cukup jelas suaranya. Lekas-lekas Sakura menaruh bahan bawaannya, menggantung jaketnya yang basah dan naik ke lantai dua untuk mengomeli Sasori.
"NII-SAN!" gelegar suara Sakura memenuhi ruangan minimalis itu. Matanya terbelalak. Sasori-kakaknya dengan memakai setelan yang persis seperti dilihatnya tadi pagi, kini ditemukan tergantung di depan matanya. Cahaya kebiruan dari langit mengenai wajah Sasori membuat Sakura melihat jelas wajah pucat itu.
Dan jeritan penuh kengerian itu pun terlepas dari bibirnya.
.
.
.
.
A/n :
Aku gatau ini apa. Tapi bayangkan, aku nulis ini sendirian dikamar dengan kain gorden yang terbuka dan ini TENGAH MALEM! Kyaaaaaaa. Can you guys guess what happen with Sasori? Let me know what do you think :) cerita ini akan ku publish di akun wattpadku juga. Karena saat idenya datang, aku akan langsung ketik di sana biar engga lupa. Karena charger laptopku tinggal di kos dan batrainya running out!
Mungkin aku akan publish secepatnya karena aku lagi senang dengan cerita ini.
See ya! Jangan lupa RnR ^_^
