Sakura sedang berjalan dengan riang sambil membawa balon berbentuk Hello Kitty di tangan. Usianya memang sudah 16 tahun, tetapi kesukaannya pada balon dan tokoh Hello Kitty tidak pernah bisa hilang. Ia berjalan di taman, dan ia tidak sendiri. Seorang pemuda berambut kuning ikut berjalan di sampingnya.

Lelah berjalan, keduanya duduk berdampingan di kursi terdekat. Sambil menggenggam erat tali balonnya, Sakura tersenyum pada pemuda di sampingnya, yang adalah pacarnya sendiri.

"Naruto-kun," panggil Sakura lembut pada pemuda itu, Naruto. "Besok itu hari peringatan jadian kita yang ke seratus hari, lho!"

"Hah, iya?" tanya Naruto, mengerjap-erjapkan matanya karena terkejut.

"Iya! Dan ini adalah hari jadi kita yang ke 99!" ujar Sakura senang dengan mata berbinar-binar.

"Err ... tapi ..." ucap Naruto kebingungan mencari kosakata yang tepat. "Tapi ... sebenarnya aku ingin putus dengan kamu, Sakura-chan ..."

"H-Hah?!" pekik Sakura, kali ini ia yang terkejut. "Kenapa?! Aku salah apa?!"

"Kamu tidak salah apa-apa kok," kata Naruto. "Hanya saja, aku merasa mungkin kita sudah tidak cocok lagi."

Sakura tertegun. Masakah iya, dia dan Naruto sudah tidak cocok lagi? Sakura tidak merasa demikian. Sudah berapa lama Naruto ingin putus darinya?

Ingin rasanya gadis berambut merah muda itu menangis, tetapi ia tidak ingin menangis di hadapan pemuda itu. Ia harus menahannya, ia harus terlihat kuat.

"O-oh, begitu!" kata Sakura sambil tersenyum. "Kebetulan aku juga sebenarnya sudah merasa tidak cocok lagi denganmu, ingin bilang putus juga! Ta-tapi, malah kau duluan yang bilang putus, ya sudahlah!"

"Mm, oke deh, berarti kita putus dengan baik-baik ya, bye!" kata Naruto kemudian meninggalkan Sakura yang masih terduduk di kursi taman.

.

.

Disclaimer: Tokoh-tokoh dan nama lain yang tertera disini milik Masashi Kishimoto. Ide pokok cerita ini terinspirasi dari suatu sinetron lepas di salah satu stasiun televisi. Author tidak mengambil keuntungan apa pun.

Warning: AU, mungkin OOC, di fanfiksi ini Sakura lahir tanggal 9 September 1999, SasuSaku, DLDR thanks.

Setting tahun 2015.

.

99 Days
Chapter 1: Kontrak

by Fei Mei

.

.

"Mananya yang putus dengan baik-baik, bodoh!" seru Sakura kesal setelah memastikan tidak ada orang lain di sekitarnya.

Gadis berambut merah muda sebahu itu masih saja terduduk di kursi taman. Ia menangis –sudah tidak kuasa menahan air mata yang membanjiri kelopak matanya. Ia sedih, sungguh. Naruto adalah cinta dan pacar pertamanya, dan ia juga laki-laki pertama yang membuatnya patah hati. Sudahlah, pikir Sakura, ia berharap bisa sembuh dari patah hati ini secepatnya.

Sakura berjalan mencari pintu keluar taman sambil terus menggenggam balonnya dan menggerutu dengan suara manisnya. Yep, umur 16 tahun, masih suka balon, hello kitty, dan suaranya seperti anak kecil. Omong-omong, suaranya itu tidak dibuat-buat, ya, memang suaranya seperti itu.

Berjalan melewati tempat parkir taman, Sakura masih saja mengumpat. Lalu ia melepaskan batu kecil yang diikatkan sebagai pemberat balon, digenggamnya erat-erat batu itu di tangan kanannya, dan balon di tangan kirinya. Dia mengambil ancang-ancang, dan main lempar begitu saja batu kecil itu tanpa arah, ia tidak peduli batu itu jatuh kemana.

TAAAAKK!

"HEI! SIAPA ITU?!" bentak seseorang.

Sakura sontak menutup mulutnya dengan kedua tangannya –dan membuat balonnya terbang ke langit. Ia langsung berusaha mencari tempat untuk sembunyi saat seorang pemuda dengan ekspresi marah datang ke arahnya sambil membawa batu kecil yang ia lempar. Pemuda itu berambut biru dongker dan entah kenapa modelnya seperti pantat ayam, dan ekspresi marahnya itu tidak bisa menyembunyikan ketampanan wajahnya.

"Kamu!" bentak pemuda itu. "Kamu yang lempar batu ini ke mobil saya, kan?!"

"M-maaf! Aku tidak sengaja!" kata Sakura sambil menggoyangkan kedua tangan di depannya.

"Tidak sengaja, tidak sengaja! Mobil saya jadi lecet, tahu!" bentak pemuda itu lagi.

"Y-ya maaf! Aku, tuh, tadi lagi bad mood, terus asal lempar, eh malah kena mobilmu!"

"Terus kalau kamu bad mood, lantas saya juga harus bad mood begitu gara-gara ini?!" bentak pemuda itu sambil melemparkan batu itu ke tanah dekat kaki Sakura.

"Terus harus bagaimana, dong ... ?" tanya Sakura pelan. Sebenarnya ia tahu, ia harus ganti rugi atas lecetnya mobil si pemuda. Tapi karena ia bingung harus berkata apa, jadilah ia bertanya demikian.

"Ganti rugi, lah! Kamu harus bayar kerugiannya!" ujar pemuda itu.

"Ya sudah, biar kubayar ... berapa?" tanya Sakura, sambil mengambil dompet dalam tasnya.

"Satu juta Yen!" jawab pemuda itu tegas.

"S-satu juta?" ulang Sakura, terkejut dan menjatuhkan barang-barang di tangannya.

'Mahal banget! Aku mana punya uang sebanyak itu! Aku harus kabur!' kata Sakura dalam hati.

Sakura langsung mengambil tasnya dan lari secepatnya dari tempat itu.

"Hei, jangan kabur!" seru si pemuda. Untungnya Sakura anggota klub atletik, terbiasa lari cepat, sehingga si pemuda tidak sanggup mengejarnya.

.

.

Malam harinya, Sakura sedang asyik membaca manga favoritnya di kamar. Kamarnya itu penuh dengan barang-barang bertemakan hello kitty. Dan omong-omong, keluarga Sakura bukanlah keluarga yang kekurangan. Hidupnya sangat berkecukupan walau tanpa seorang ayah. Tetapi perkara satu juta Yen yang ia alami tadi siang itu ... ia memang tidak punya uang sebanyak itu ditabungannya –dan ia tak berani minta pada ibunya.

Selesai membaca manga di tangannya, Sakura beranjak dari ranjangnya menuju rak buku, ingin mengambil manga kelanjutannya. Baru mau akan mengambil manga, ponselnya berbunyi. Gadis itu meraih ponselnya dan menemukan nomor tak dikenal menghubunginya. Selama ini ia tidak pernah mendapat telepon iseng, jadilah ia tidak pernah curiga akan nomor asing yang menghubunginya. Langsung saja ia tekan tombol 'jawab'.

"Halo?" kata Sakura.

"Tanggung jawab!" bentak orang itu langsung dari sebrang telepon, membuat Sakura terkejut.

"I-ini siapa?" tanya Sakura.

"Nama saya Sasuke, dan kamu adalah orang yang melempar batu ke mobil saya!" jawab orang itu, Sasuke.

"K-kok kamu bisa tahu nomorku?! Jangan-jangan kamu penguntit, ya?!"

"Enak saja, penguntit! Dompet kamu tuh, ketinggalan di tempat parkir tadi! Aku bisa lihat nomor kamu lewat kartu pelajarmu!"

"D-dompet?!" Sakura langsung mengambil tasnya yang tadi ia bawa ke taman, dan benar saja, tak ada dompet di dalamnya.

"Iya, saya juga tahu dari kartu pelajarmu, namamu Haruno Sakura, lahir di Suna tanggal 9 September 1999, sekolahmu di SMA Konoha Cabang 1, alamatmu dimana," kata Sasuke. "Jadi, dengan ini saya bisa menerormu kalau kamu tidak mau mengikuti kata-kata saya."

"Memangnya kamu mau aku melakukan apa? Aku tidak punya uang sebanyak satu juta Yen!"

"Kau tidak punya uang sebanyak itu? Ya sudah, kalau begitu besok siang sepulang sekolah kau temui aku di kafe –nanti akan ku SMS kafe mana-. Kau pulang sekolah jam berapa besok?"

Sakura menyebutkan angka yang menjadi jam ia usai sekolah besok, kemudian memutuskan hubungan teleponnya. Wajahnya pucat, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Sasuke kepadanya besok.

.

.

Keesokkan harinya, sesuai dengan jam dan tempat yang ditentukan, Sakura pergi menemui Sasuke. Gadis itu langsung duduk di kursi yang ada di hadapan Sasuke. Ia juga melihat bahwa pemuda itu ternyata juga masih adalah murid SMA, terlihat dari seragam sekolahnya.

Begitu gadis itu duduk dikursi, Sasuke langsung menyodorinya map warna biru tua ke hadapan Sakura.

"Apa ini?" tanya Sakura seraya membuka map itu, ditemukannya secari kertas dalamnya.

"Itu surat kontrak," jawab Sasuke. "Kontrak yang mengatakan bahwa kau akan dan harus bekerja sebagai pembantu saya selama 99 hari."

"Pembantu?!" pekik Sakura.

"Iya. Kan, katanya kau tidak punya sebanyak satu juta Yen, ya sudah, kau bekerja sebagai pembantu saya selama 99 hari dan hutangmu lunas," kata Sasuke santai.

"Aku tidak mau jadi pembantumu!" tolak Sakura.

"Tidak apa, sih, tapi kalau memang kau menolak, aku akan melaporkan pada polisi soal 'kecelakaan' yang menimpa mobilku," kata Sasuke sambil mencari-cari nomor dalam daftar kontak ponselnya –yang Sakura pikir adalah nomor polisi.

"E-eeehh! Jangan, jangan! Iya, deh, aku mau, tapi kenapa 99 hari?"

"Karena kamu kayaknya sering banget kena nomor 9," kata Sasuke. Tanggal lahirmu itu tanggal 9 bulan 9 tahun 99, nomor absenmu juga 9, nomor rumahmu pun 9. Kalau hanya 9 hari itu terlalu sebentar, kalau 999 hari sih aku mau saja, tapi kuyakin kau makin menolak. Kuambil jalan tengahnya: 99 hari, 3 bulan lewat sedikit."

"Jadi aku mulai kerja kapan? Hari ini? Besok?" tanya Sakura.

"Ya besoklah, sekarang kan sudah setengah hari lewat!" kata Sasuke sambil tersenyum sinis.

.

.

Ya ampun, apakah Sakura bisa melewati ini semua? 99 hari?

.

.

TBC

.

.

Fei gak tau apakah ide seperti ini sudah pernah dibuat fict oleh author lain apa belum, tapi Fei jujur ini terinspirasi dari sinetron lepas yang baru Fei tonton –dengan berbagai perubahan tentunya.

BTW kayaknya ini adalah SasuSaku pertama Fei, amit-amit jangan sampai discontinued. Terus fict Crossing Field-nya belum Fei update ya, soalnya ... soalnya ... soalnya ... gitu deh #plak.

Review?