CHAPTER 1

DISCLAIMER : Bunda J.K. Rowling, kalau HP punya saya bisa dipastikan Hermione akan menikah dengan Draco.

RATED : T (semoga gak bersemi)

GENRE : Romance, Family.

PAIRING : DRAMIONE

WARNING : Typo bertebaran di mana-mana, gaje, abal, aneh, garing, renyah, gurih, kriuk-kriuk(?)

Kata Kunci : Don't like don't read, don't be silent reader.

Dalam awal cerita ini, Hermione adalah bagian dari keluarga Malfoy. Tapi dia bukan sepenuhnya Malfoy, aneh memang. Dalam fic ini mereka akan meresakan getaran-getaran yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata tapi mereka bukan incest, lho. Penasaran? Baca sampai kelar ya...

Resah. Itulah yang kini dirasakan gadis manis bersurai coklat itu. Malam ini, seperti biasanya ia berada di perpustakaan rumahnya dengan bertumpuk-tumpuk buku dihadapannya. Namun, tak satu pun buku-buku itu dibaca olehnya. Bayangan-bayangan itu terus terngiang di kepalanya dan sialnya, ia tak bisa menghindar dari bayang-bayang itu.

Flashback

Pria tinggi bersurai pirang berdiri dengan gagahnya dihadapan anak-anaknya yang akan memulai sekolah mereka di sekolah sihir terna di Britania Raya. Hogwarts.

"Pastikan kalian masuk Slytherin." Pesan itulah yang di sampaikannya pada anak-anaknya. Dengan semangat mereka menjawab, "Pasti, Dad." Mereka menaiki kereta itu dan sepersekian menit kemudian kereta itu melaju.

Aula Besar. Ya. Di sinilah mereka sekarang. Hermione terus merasakan gugup yang berlebihan karena namanya tak kunjung di panggil Topi Seleksi. Sedangkan Draco? Ia sudah tenang karena ia sudah duduk di meja asrama Slytherin sesuai dengan pesan ayahnya.

"Malfoy, Hermione." Inilah saatnya. Dengan langkah sedikit ragu ia maju. Butuh beberapa detik bagi si Topi Seleksi untuk memilih asrama mana yang akan ditempati gadis yang satu ini. Dan pilihannya jatuh pada asrama, "Gryffindor!" teriak si Topi. Banyak yang tak menyangka namun meja Gryffindor tetap bersorak sorai menyambut satu anggota baru asrama itu.

Hermione berjalan dengan lemas dan berusaha sebisa mungkin untuk menahan air matanya agar tak jatuh. Suara bisikkan-bisikkan terdengar jelas di telinganya dan membuatnya semakin frustasi.

"Hai, Malfoy." Sapa seorang lelaki berkacamata bulat.

"Oh, hai juga." Balas Hermione dengan senyuman yang dipaksakannya.

"Are you O.K.? kau terlihat seperti orang yang akan dihukum mati." Ucap lelaki berambut merah

"Aku baik-baik saja." balasnya walaupun dalam hatinya berkata sebaliknya.

Menara astronomi. Sepi dan sunyi. Itulah yang dirasakan Hermione saat ini. Hanya dia dan isakannyalah yang ada di ruangan ini. Namun, perlahan langkah kaki seseorang mendekatinya dan duduk di sebelahnya.

"Sudahlah, tak perlu menangis lagi."

Hermione memeluk lelaki tersebut namun tetap menangis, "A-a-ku ya-yakin hiks... Dad pasti akan memerahiku dan apakah kau tahu? Banyak a-anak yang mengataiku ha-hanya an-anak pungut dan perusak nama ke-keluarag Malfoy."

"Percayalah padaku, sayang. Dad takkan memarahimu. Jika Dad memarahimu nanti, aku akan membelamu, aku janji." Lelaki itu menghapus jejak air mata dari wajah Hermione. "Dan lupakan saja omongan anak-anak tak berotak itu. Kau bukan anak pungut, kau saudaraku, saudara kembarku dan kau bukan perusak keluarga Malfoy hanya karena kau masuk Gryffindor."

"Aku tahu aku saudara kembaramu. Tapi, ucapan mereka benar, sangat benar malah." Air matanya mengalir lagi, "Apa kau tidak pernah merasakan ganjil selama ini mempunyai saudara kembar yang sama sekali tak mirip denganmu dan orang tua kita? Lihat aku! Rambutku, mataku, kulitku, semuanya berbeda. Dan sekarang yang membuatku semakin berbeda, Gryffindor, Gryffindor Draco. Leluhur kita semuanya Slytherin dan aku? Aku berbeda. Bahkan awalnya aku berpikir aku adalah squib karena tak bisa melakukan sihir sedikit pun..."

"Itu dulu, Mione. Sekarang kau bisa melakukannya dan lupakanlah ucapan orang-orang idiot itu. Kau gadis yang sempurna sehingga mereka iri padamu. Kau cantik, kau pintar dan masih banyak lagi kelebihanmu jadi lupakanlah ucapan mereka."

Flashback End

Bayangan itu terus berkelebat memenuhi otaknya, semua kenangan (atau fakta) menyedihkan terputar bagai sebuah film yang siap ditonton. Ia merenungi nasibnya yang menyedihkan (baginya) itu sehingga tak menyadari kedatangan wanita paruh baya dengan surai pirang datang menghampirinya.

"Dear, are you O.K.?" tanya wanita paruh baya tersebut

"Kurasa tidak, Mom."

"Bisa kau ceritakan masalahmu, Dear?"

Bukanya menjawab pertanyaan sang ibu, Hermione malah memeluk wanita tersebut dan mulai menangis.

"Maafkan aku... selama ini aku tidak bisa berbakti pada keluarga ini." Ucap Hermione sambil terus memeluk ibunya

"Aku tidak mengerti, Dear." Ucap sang ibu sambil mengelus surai gadis tersebut

"Aku tidak berpihak pada keluarga ini, Mom. Aku bagian dari Orde. Aku sedikit lagi pertempuran akan segera dimulai, kurasa kau mengerti apa yang kumaksud, Mom. Maafkan aku. Aku selalu saja tidak bisa mencerminkan sifat seorang Malfoy, aku tidak bisa seperti Draco. Dan aku tahu bahwa seluruh Malfoy akan mengutukku karena ini."

"Dear... dengarkan aku." Narcissa mendorong tubuh Hermione dari pelukannya kemudian menghapus air mata yang terus mengalir dari pelupuk gadis tersebut. "Kami tidak akan membencimu, semua ini sudah keputusanmu. Kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk identik dengan sifat Malfoy dalam darahmu, kau tak perlu masuk Slytherin untuk menunjukan bahwa kau seorang Malfoy. Kau juga tak perlu mengutuk dirimu sendiri karena berpihak pada Orde. Semua ini memang berat, tapi percayalah bahwa semuanya akan berakhir dengan baik-baik saja."

"Aku menyesal akan semua ini, Mom. Aku satu-satunya keturunan Malfoy yang tidak masuk Slytherin dan masuk Gryffindor. Aku juga akan menentang keluarga ini dan tidak lama lagi kita bukan lagi keluarga, medan perang tidak mengenal keluarga, kau tahu itukah Mom? Dan apa yang akan kita lakkukan nanti? Saling membunuh?"

"Tenangkan dirimu, Dear. Kau tahu? Pamanmu, Sirius juga memiliki kesamaan sepertimu. Dia seorang keturunan Black yang tidak masuk Slytherin dan masuk Gryffindor, dia juga bagian dari Orde." Narcissa mencoba menenangkan anak perempuannya ini, "Dan kau tidak perlu menyesali semua ini. Kau tidak perlu menyamakan dirimu seperti Draco karena kalian kembar atau karna kau ingin orang melihatmu sebagai seorang Malfoy sejati. Percayalah padaku, Dear."

"Thank's Mom." Ucap Hermione sambil memeluk ibunya, 'tapi maafkan aku, Mom. Aku masih tidak bisa mempercayai semua ini akan berakhir baik.'

"O.K. sebaiknya kau mencuci wajahmu dan segera menuju ruang makan, Dad dan Draco sudah menunggu kita." Hermione pun beranjak mencuci wajahnya dan segera menuju ruang makan.

Tok...Tok...Tok...

"Masuk." Suara dari si pemilik kamar

"Mione? Sedang apa kau malam-malam begini dengan jubah seperti itu? Mengapa kau belum tidur?" Draco menatap heran kembarannya (yang sama sekali tak mirip dengannya) Hermione menutup pintu kamar Draco dan menggumankan mantra 'Silentio' kemudian mendekati Draco dan memeluknya.

"Hermione, kenapa kau..." ucapannya terhenti karna telunjuk Hermione berada pada bibirnya menendakan agar ia menutup mulutnya.

"Maafkan aku, Draco. Maafkan segala kesalahanku padamu dan keluarga ini. Berjanjilah kita akan berjuang dengan sekuat tenaga dan tak akan mati sebelum kita saling berhadapan sebagai musuh nantinya."

"Aku tidak mengerti maksudmu, Mione."

"Draco, aku berjanji akan terus berjuang dan tak akan mati kecuali kau atau keluarga ini yang membunuhku. Dan kumohon kau berjanji, kau atau keluarga ini yang harus membunuhku, karena aku tak ingin mati ditangan orang lain."

"Cukup, Mione. Apa maksudmu? Apa maksudmu aku harus membunuhmu? Ini gila! Aku tidak akan melakukannya bahkan aku lebih memilih untuk dibunuh secara perlahan dengan siksaan paling menyakitkan daripada aku harus membunuh orang yang paling aku sayangi di dunia ini."

"Tidak, Draco. Kau harus melakukanya nanti, aku seorang pengkhianat untuk keluarga ini dan aku hanya ingin mati ditangan keluarga ini terutama kau."

"Hentikan kekonyolan ini, Mione! Sampai kapan pun kita tidak akan saling membunuh dan berhentilah memojokkan dirimu sendiri, kau bukan seorang pengkhianat dan tidak akan pernah."

"Draco berhentilah menyangkal bahwa aku ini pengkhianat hanya karna aku kembaranmu! Aku ini pengkhianat dan mungkin aku ini tak pantas memakai nama Malfoy lagi. Kau harus membunuhku saat perang nanti hanya itu permintaanku."

"Tidak, kau harus mendengarkanku dulu, kami sudah..." Draco terhenti saat Hermione menghilang dari hadapannya.

"Kenapa kau terlalu keras kepala dan tak mau mendengar penjelasanku terlebih dahulu, Mione? Kita sepihak."

"Maafkan aku, Draco. Tak ada yang perlu dijelaskan lagi, aku memang seorang pengkhianat keluarga ini dan tak sepantasnya aku berada di sini. Semoga perpisahan kita yang sesunggunya nanti benar-benar tak memandang status keluarga. Maafkan aku." Hermione berada di luar Malfoy Manor dan menatap kediaman itu dengan sedih. Kini sudah saatnya ia pergi bergabung dengan Orde dan mempersiapkan dirinya untuk menghadapi PERPISAHAN yang sebenarnya.

"Aku memang bukan seorang Malfoy sampai kapanpun itu." Kata terakhit itulah yang terucap dari bibirnya sebelum ia benar-benar meninggalkan Malfoy Manor.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Terima kasih buat yang udah baca fic ini. Maaf karena cerita GJ abis dan belum atau tidak terasa sama sekali romancenya, saya usahakan romancenya meningkat di chap-chap selanjutnya. Mohon Reviewnya ya, saran dan kritik dari kalian sangat membantu saya dalam melanjutkan fic aneh bin ajaib ini.