Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warning: OOC, typos, alur cepat, fantasy!
Dont like dont read :)
Chapter 1
.
.
.
.
.
Kushina memejamkan matanya sesaat ketika uap panas menerpa wajahnya. Dia mengelap wajahnya dengan celemek dapur yang sudah dekil. Wanita berambut merah itu memang tidak punya jabatan yang tinggi, hanya koki dapur saja. Tapi, dia bukan koki dapur di tempat yang sembarangan.
"Kushina! Telurnya sudah masak belum?!" Jeritan rekan kerjanya bergema.
Kushina tidak menjawab, memperhatikan warna ratusan telur yang terendam air panas. Dari warnanya, dia tahu bahwa telur-telur itu baru setengah matang. "Belum! Lima manit lagi!" Kushina berteriak, menjentikkan jarinya, membuat api di depannya menjadi membara. Wanita itu cepat-cepat menoleh kesana-kemari, menghela napas lega ketika sadar bahwa tidak ada yang melihatnya. Sepertinya semua koki di sini terlalu sibuk sehingga tidak ada waktu untuk memperhatikannya.
Kushina tersenyum lebar, bangga dengan fakta kalau dia berhasil menjadi koki di istana Konoha. "Namun, kalau saja ada yang tahu bahwa aku ini bukan wanita biasa pasti sudah dihukum mati aku." Wanita itu bergumam pelan. Di dunia ini, ada dua macam makhluk hidup. Elf, 'siluman' bertelinga lancip yang bisa hidup sampai ratusan tahun dan manusia biasa. Elf dipandang tinggi dan yang menjadi raja di istana tempatnya bekerja juga seorang elf. Elf mempunyai kekuatan sihir yang bisa mengandalikan elemen. Api, angin, air, tanah, kayu… Dan tentu saja, hanya elf berdarah murni yang bisa menggunakan sihir elemen, seperti anggota keluarga kerajaan.
"Tapi aku bisa menggunakan sihir api…" Kushina bergumam pelan, menyeringai lebar. Dia memang bersosok manusia, tidak punya telinga lancip seperti elf lainnya. Namun, begini-gini dia adalah anak campuran. "Anak terkutuk." Kushina kembali bergumam. Kalau ada yang tahu akan keberadaannya, dia bisa dihukum mati. Hubungan antara elf dan manusia adalah hubungan terlarang.
"Haaah! Sayang sekali ya! Kita tidak bisa melihat siapa tunangan Minato-sama!"
Kushina hanya bisa meringis ketika mendengar ucapan rekannya. Kesibukan mereka pada hari ini adalah karena pertunangan antara pangeran termuda Konoha dengan putri dari negeri lain. "Tentu saja kita tidak bisa melihatnya. Kita hanya manusia."
"Tapi Kushina, kau kan berhasil bekerja di sini karena rekomendasi dari pangeran Minato-sama! Masa kau tidak diundang?!"
Kushina mengangkat bahu. Jujur saja, dia tidak pernah bertemu dengan pangeran tersebut. Dia juga tidak tahu seperti apa wajah Minato Namikaze. Sebelum dia menjadi koki kerajaan, dia berjualan makanan ringan di desa. Dia tidak tahu apa yang terjadi tapi tiba-tiba saja bawahan kerajaan mengetuk pintu rumahnya dan memintanya untuk bekerja sebagai koki kerajaan. Kabarnya, pangeran Minato pernah mengunjungi desa dan memakan masakan Kushina dan menyukai masakannya. Namun Kushina sama sekali belum pernah melihat wajah pangeran itu, begitu juga rekan-rekannya. Dan sekarang di sinilah dia, bekerja seakan-akan tidak ada hari esok di dapur kerajaan karena pesta pertunangan sang pangeran termuda Minato Namikaze.
"Sudah ya! Aku mau ke area penggorengan dulu!" Kushina menepuk bahu temannya. Ketika dia bersiap-siap untuk memasak hidangan yang lain, suara gentongan yang sangat kencang membuat mereka semua melompat. Wanita berambut merah itu memutar tubuh, melotot ke arah pengurus kerajaan yang berdiri di depan dapur. "Apa-apaan sih?! Untung saja garam yang kupegang tidak jatuh semua ke kuali!"
Koki yang lain hanya bisa memutar mata melihat Kushina yang blak-blakkan. Kalau bukan karena pangeran Minato Namikaze yang menyukai masakan Kushina, wanita itu pasti sudah dilempar keluar sejak dulu.
"Ada pengumuman penting." Ahli bicara itu berdehem setelah suasana di dapur menjadi hening. "Pertunangan pangeran Minato Namikaze ditunda!"
Semua penghuni dapur hanya bisa tersentak dan melihat satu sama lain. Kushina melongo. "Hah?! Bagaimana dengan semua masakan yang sudah disiapkan sejak dua hari lalu ini?!"
Si pengurus kerajaan sama sekali tidak mempedulikan seruan Kushina. Dia memutar tubuh dan keluar dari dapur. Saking kesalnya, Kushina nyaris saja melempar bola api ke arah lelaki itu. "Kita apakan semua ini?" Kushina menatap semua makanan di depannya dengan tatapan kosong.
Kepala koki, Chouza Akimichi, tidak bisa berkata-kata. "Simpan semua bahan makanan yang belum digunakan. Aku akan meminta ijin supaya makanan yang kebanyakan ini dibagikan ke rakyat."
Para koki hanya bisa menganggukkan kepala dengan lesu. Kushina masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka sibuk bukan main seminggu ini dan tiba-tiba saja pertunangannya ditunda? Apa-apaan?! "Sialan kau, Minato…" Kushina menggeram.
"Kau pikir kenapa ya ditunda pertunangannya?" Chouza bertanya padanya.
"Mana tahu. Apa pun bisa terjadi di kerajaan. Siapa tahu Minato ternyata punya anak haram atau istri di luar nikah." Kushina mendengus kesal.
"Hmmm… anak kecil? Sepertinya tidak. Soalnya kalau iya, pasti kerajaan sudah memerintah supaya aku membuat makanan spesial untuk anak i…"
"Kyaaaa!"
Jeritan dari ujung dapur membuat Kushina dan Chouza menoleh. Mata Chouza terbelalak ketika dia melihat api yang membakar tirai dan taplak meja di ujung dapur. "Astaga! Siapa yang melakukan itu?! Cepat padamkan!" Chouza mulai memerintah anak buahnya dan mereka berkeliaran ke sana kemari, membiarkan Kushina terpaku diam di dekat penggorengan. Dia bisa saja mematikan api itu dengan sihirnya, tapi identitasnya nanti terungkap.
"Siapa yang ceroboh seperti itu sih?" Kushina tidak habis pikir. Toh, semua koki yang dipilih untuk menjadi juru masak adalah koki yang handal. "Jangan-jangan di sini ada pengguna sihir api juga?" Wanita itu meringis, tertawa akan lelucon yang diucapkannya. Tawa Kushina lenyap ketika dia merasakan sesuatu yang menyengat dari kakinya. Dia menunduk, melotot ketika melihat api yang menjalar di celemeknya. Wanita itu cepat-cepat mengibaskan tangannya, membuat api itu menghilang dalam sekejap. "Apa-apaan ini?!" Kushina menoleh, mencari-cari sumber api itu.
"Maaamaammammm!"
Mata Kushina terpaku pada bocah yang merangkak di lantai dapur.
"Maam… maaamm!" Bocah itu menyeringai, memamerkan dua gigi susunya.
Kushina melongo ketika dia melihat telinga bayi yang mencuat itu. "Elf?!"
"Maamaaam!" Bayi itu kembali berseru, membentangkan kedua lengannya yang montok, minta untuk digendong.
Kushina yang masih melongo itu tidak bisa berbuat apa-apa, memperhatikan bayi elf yang bermata biru langit dan berambut pirang itu.
"Mam… mam!" Bayi itu mengerutkan keningnya, kesal karena Kushina tidak menggedongnya. Dia menggoyangkan lengannya, dan di detik berikutnya, tirai di sebelah Kushina langsung terbakar, membuat wanita berambut merah itu melongo semakin menjadi-jadi. "Kyahahaha!" Bayi itu menjerit girang, menepuk tangannya. "Mama!" Sang bayi kembali mengangkat lengannya, meminta gendong.
Semua juru masak sama sekali tidak tahu akan keberadaan anak itu, sibuk mematikan api yang ajaibnya sulit untuk dimatikan. Dan disana berdirilah Kushina, melongo dengan mata terbelalak, menatap bocah yang sejak tadi memanggilnya mama itu.
xxx
Minato Namikaze mengerang, menggaruk rambut pirangnya yang dikuncir kuda itu. "Kau biarkan dia lari?!"
"Apa salahku?!" Rubah berbulu kemerah-merahan di depannya berseru kesal.
"Apa salahmu?! Kau membiarkan Naruto kabur dari kamar ini!" Minato tahu bahwa sebagai pangeran yang dihormati semua rakyat dia tidak seharusnya menjerit seperti itu, tapi peduli amat, saat ini sedang krisis. Dia tidak tahu entah dosa apa yang dia perbuat pada semua leluhurnya sampai-sampai dia harus menerima semua cobaan ini.
Bertunangan dengan wanita yang belum pernah dia temui memang sudah nasibnya sebagai pangeran kerajaan. Tapi dia tidak keberatan. Toh sudah seharusnya dia menikahi elf dan meneruskan darah kerajaan. Namun, nasibnya berputar 180 derajat sejak kemarin. Hari itu adalah hari yang normal baginya. Dia terbangun ketika matahari terbit, bersemedi, melatih sihirnya di halaman kerajaan… Dan ketika dia bersiap-siap untuk membersihkan tubuhnya di air terjun suci, dia melihat sinar yang sangat terang.
Karena penasaran, Minato mendekati sinar itu. Dia kehilangan kata-kata ketika dia melihat rubah berekor sembilan dan muncul dari sinar. Rubah itu sangat persis dengan gambar rubah yang ada di perpustakaan kerajaan. Menurut mitos, rubah itu mempunyai kekuatan sihir yang bisa mengendalikan waktu. Rubah itu hanya akan muncul jika seseorang elf dengan kekuatan yang luar biasa lahir di dunia. Dan tentu saja tidak ada elf yang memenuhi persyaratan itu.
"Kau Minato bukan?" Rubah itu berbicara, membuat Minato tersentak. Elf berambut pirang itu menganggukkan kepala. "Namaku Kurama, aku datang dari masa depan."
Minato hanya bisa terdiam, memperhatikan rubah itu. "Saya mengerti. Apa yang bisa saya lakukan?" Dia bertanya dengan nada tenang.
"Apa yang bisa kau lakukan?" Kurama tertawa. "Ini."
Di detik berikutnya, sang rubah melembar sebuah buntalan ke arah Minato. Dengan gesit, Minato menangkap buntalan itu. Mata Minato langsung terbelalak ketika dia melihat sepasang mata biru jernih yang mengintip dari balik selimut. "Paapaapaapap!"
"Minato, aku perkenalkan. Naruto. Putramu dari masa depan."
Untuk pertama kali sejak dia lahir, Minato melongo.
Lelaki berambut pirang itu cepat-cepat menggelengkan kepalanya, berusaha melupakan apa yang terjadi kemarin. Awalnya dia mengira kalau Kurama hanyalah rubah palsu, bukan rubah seperti yang diceritakan di mitos. Namun, sihir yang dimiliki rubah itu memang bukan lelucon. "Sebenarnya, kenapa kalian berdua datang dari masa depan?" Minato belum sempat mendengar alasan dari Kurama. Semalam, dia menghabiskan sepanjang hari untuk berdiskusi dengan ayahnya. Keberadaan Naruto dan Kurama adalah rahasia dan dia tidak bisa bercerita pada ayahnya. Dia memberitahu sang raja kalau dia belum siap untuk bertunangan dengan sang putri elf. Untung saja raja tersebut bijaksana dan memutuskan untuk menunda pertunangan. Namun cepat atau lambat, Minato harus menikahi putri tersebut.
Sejak kemarin, Minato menjaga bocah bernama Naruto itu. Bayi yang berusia enam bulan itu bukan main liarnya. Selain mewarisi sihir anginnya, sang bocah juga bisa menggunakan sihir api.
Untuk pertama kalinya, Minato melihat elf yang bisa menggunakan dua sihir.
"Aku muncul ketika Naruto lahir." Kurama menjelaskan. "Lima tahun yang ke depan."
Minato menganggukkan kepala. "Jadi kau muncul ketika anakku lahir? Anakku adalah elf yang di mitos itu?" Minato tersenyum singkat. Anehnya, dia merasa bangga terhadap bayi liar itu.
"Tentu. Tapi aku terpaksa kembali ke masa lalu membawa bayi itu." Kurama menggaruk telinganya. "Karena kehadiran Naruto terancam di masa depan. Di masa depan, kau sudah menjadi raja dan kau memerintah supaya aku membawa Naruto ke masa lalu, membawanya ke tempat aman."
"Apa yang terjadi di masa depan?" Raut wajah Minato menjadi serius, namun Kurama tidak menjawab. "Kau tidak bisa bilang?" Kurama mengangguk. Minato menatap ke arah jubahnya, di mana air liur Naruto masih menempel di sana. "Aku mengerti. Masa depan tidak boleh berubah."
Kurama kembali mengangguk. "Aku cuma bisa bilang kalau salah satu alasan kenapa Naruto terancam adalah karena dia tidak sepenuhnya berdarah elf."
Minato mengerutkan kening. "Apa maksudmu?" Elf tersebut bertanya. "Naruto adalah putra dariku dan putri kerajaan seberang bukan? Tentu saja dia sepenuhnya elf."
"Tidak. Naruto berdarah manusia. Yaahh… seperempat manusia."
Minato terpaku. "Maksudmu? Jadi Naruto bukan…"
"Iya. Dia bukan putra dari tunanganmu itu." Kurama mendengus. "Kau sebaiknya batalkan pertunanganmu dengan elf itu. Kalau tidak, Naruto tidak akan lahir dan aku juga tidak akan muncul."
"Tunggu dulu." Minato menggelengkan kepalanya. "Jadi, siapa istriku?"
"Setengah manusia, setengah elf." Kurama memutar bola matanya. "Wanita itu barbar sekali. Naruto benar-benar mewarisi keliarannya."
Minato tidak bisa berkata-kata. Setengah manusia setengah elf? Setahunya tidak ada lagi makhluk campuran sejak lima puluh tahun yang lalu. Mereka semua sudah dibasmi. "Siapa wanita itu?"
"Oohh dia ada di kerajaan ini." Kurama menyeringai jahil. "Dan Naruto tahu akan itu, makanya tadi dia kabur untuk menemui Mamamamam-nya."
Minato hanya bisa menatap Kurama dengan tatapan tidak percaya. Calon istrinya ada di kerajaan selama ini? Siapa? "Tunggu. Aku yang menjadi raja nanti?"
Kurama mengangguk.
"Bagaimana dengan kakak-kakakku?"
"Entah."
"Selain itu aku akan menikah dengan setengah manusia? Apakah kerajaan akan menerima itu?"
"Entah."
Minato mengerang, menggaruk rambutnya. Entah apa yang akan terjadi padanya sekarang. "Aku akan mencari Naruto."
"Daaah!" Kurama menguap, moncongnya terbuka lebar. "Aku mau tidur."
Minato tidak bisa berkata-kata, menatap makhluk gaib di depannya. "Aku tidak tahu kenapa para elf memujamu."
"Aku juga tidak tahu. Sana cari Naruto!"
Kalau saja bisa, Minato benar-benar ingin mengeluarkan tornado anginnya dan menerbangkan rubah sialan ini.
xxx
"Emmemmamm… buubuuu… haaahh!"
Kushina masih terpaku, menatap bayi pirang yang mengulum kue kukus buatannya. Si bayi berceloteh dengan bahasa bayinya, menatap Kushina dengan tatapan serius. "Kau bicara apa sih?" Kushina tidak bisa menahan tawanya. Sejak tadi sang bayi berceloteh ria seakan-akan tidak ada hari esok. "Kau pasti akan jadi anak yang banyak bacot." Kushina meringis, mengulurkan tangannya. Di detik berikutnya, sang bayi sudah melayang, meringkuk ke dalam pelukan Kushina. "Kau bisa menggunakan sihir angin juga…"
"Mamamamam!"
"Iya iya. Anak pintar." Kushina tersenyum lebar, mengusap rambut si bayi. Setelah sadar akan kekuatan berbahaya anak bayi ini, Kushina langsung membawa pergi anak itu dari dapur dan cepat-cepat kembali ke kamarnya. "Kau anak siapa sih?" Kushina memainkan telinga yang lancip itu, membuat sang bayi cekikikan. "Aku tidak pernah bertemu dengan anggota kerajaan… jadi aku tidak tahu siapa ayahmu."
"Papap!"
"Iya. Siapa papa-mu?"
"Toto!"
"Toto?" Kushina tertawa geli. "Sayang sekali, tidak ada siapa pun di sini yang punya nama Toto." Kushina mengangkat jari telunjuknya, seberkas api muncul dari ujung jarinya. Bayi itu menatap api mungil di jari Kushina dengan girang. Setelah tertawa-tawa, bayi itu membentangkan lima jarinya, membentuk api mungil yang menetap di telapak tangannya. Kushina menyeringai lebar, mengusap rambut bayi itu. "Hebat!"
"Mamam!"
"Iyaaa." Kushina masih menyeringai.
"Papap!"
"Iyaa. Siapa papamu?"
"Papapapap!" Sang bocah kembali bergumam-gumam. Senyuman Kushina menghilang ketika dia melihat si bayi yang sekarang melayang-layang ke arah jendela kamarnya.
"Tunggu! Ini lantai lima!"
"Papap!" Si bayi menjerit, menepuk kaca jendela di depannya.
Kushina terdiam sesaat. Dia memang bukan sepenuhnya elf, jadi dia tidak tahu seperti apa saja kekuatan elf. Namun dia pernah dengar kalau elf bisa merasakan keberadaan sesama elf. "Apakah ayahmu mau datang ke sini?" Kushina melongo. "Astaga! Serius? Anggota keluarga kerajaan?!" Wanita berambut merah itu langsung panik. Dia tidak bisa membiarkan anggota kerajaan tahu kalau dia setengah elf. Dia cepat-cepat memadamkan api yang ada di ujung jarinya dan meraih tubuh mungil si bayi. "Aku tidak tahu apa papapap-mu itu akan datang tapi aku tidak akan membiarkanmu keluar dari jendela."
Sebelum dia sempat bersembunyi di kolong ranjang bersama si bayi, jendela di depannya terbuka dengan lebar. Kushina melongo, menatap bayi yang sekarang tertawa cekikikan ini. "Papapap!" Sang bayi berseru girang, melambai-lambai lengannya. Kushina hanya bisa terpaku, menatap jubah putih yang perlahan-lahan mendekati jendela kamarnya.
"Naruto!" Seruan seorang lelaki terdengar. "Kau di sana?" Angin yang kencang berderu masuk ke dalam ruangannya, membuat semua kertas dan buku yang ada di kamarnya terbang ke mana-mana. Si bayi menjerit girang, menepuk tangannya.
"Papaaa!"
Kushina memejamkan matanya erat-erat. Mengedipkan matanya berkali-kali. Angin sialan. Mataku jadi kelilipan. Dia merenggangkan pegangannya terhadap si bayi, mengusap matanya yang pedih. Namun dia membuat kesalahan, karena di detik berikutnya, si bayi sudah menyelip keluar dari pelukannya. "Eh! Eeehh?!" Kushina melotot, berusaha untuk menangkap bayi itu. Namun si bayi sudah keluar dari jendela kamarnya. Kushina melongo semakin menjadi-jadi, nyaris melompat dari jendela untuk menangkap anak itu. Namun, anak itu 'merangkak' di udara. Kushina terpaku, menatap bayi pirang yang merangkak ke arah lelaki berjubah putih yang melayang di udara.
"Di sini kau rupanya."
Kushina menyipitkan mata, berusaha untuk menatap lelaki itu. Namun sinar matahari menghalagi penglihatannya.
"Kamar siapa ini?" Lelaki itu kembali bertanya. "Ini menara khusus untuk pembantu, bukan? Naruto, jangan keliaran lagi, mengerti?"
"Mamam!"
"Tunggu... Naruto! Apa yang kau lakukan?!" Lelaki itu berseru kaget.
Kushina menyipitkan matanya, menatap bola api yang menuju ke arahnya dengan kecepatan kilat. Kushina menaikkan sebelah alis, menangkap bola itu dengan telapak tangannya. Jeritan girang si bayi terdengar kencang, membuat Kushina memutar bola matanya. Dia menjentikkan jarinya, membuat bola api di tangannya menghilang.
"Astaga… ternyata kau benar-benar…"
Kushina menoleh, terbelalak ketika dia melihat lelaki dengan jubah putih masuk ke dalam ruangannya. Wanita berambut merah itu tidak bisa berkata-kata, memperhatikan pangeran elf dengan rambut pirang dan mata biru.
"Kau setengah manusia?" Elf itu berbisik.
Kushina menggigit bibir. Aku akan dihukum…
"Kau… calon istriku?"
…mati… "Hah?" Kushina melongo "Istri?!"
Naruto menyeringai lebar, memamerkan dua gigi mungilnya. Dia menepuk tangan berkali-kali, menatap ayah dan ibunya yang saling melongo.
"Mamamapapapa!"
TBC
AN: sesuai warning, alurnya cepat... haha
tapi moga-moga readers sekalian suka :)
fic ini terinspirasi sama Ufo Baby? hahaha. ada yang pernah nonton?
Nulis Naruto baby yang bandel seru juga sih... haha. Rasanya kasian juga Minato sama Kushina yang tiba-tiba harus ngurus bocah sebandel itu... :p
Segitu dulu deh, see you in the next chapter!
PS: bagi semua yang add fb aku... Agata Barbara, di remove aja... lol! Aku buat yang baru sih... Agata Tashia (Barbara). Itu khusus buat laporin fic2 :) jadi kalau ada update atau apa aku post ke akun kedua. jadi add ya bagi yang berkenan :)
