Pelangi
Exo Member
SM Family
Humor garing
.
.
.
Happy reading
Seonggok daging manusia yang masih bisa bernapas tergelatak acak-acakkan di atas ranjang berukiran queen. Seberkas sinar matahari yang mengintip dari balik tirai jendela jatuh tepat di atas wajahnya. Dan anehnya ia sama sekali tidak terusik oleh hal itu.
"Kyungsooooooo. Kyungsooooo?" Panggilan keras disertai ketukan pintu yang membabi buta akhirnya mampu membuat onggokan manusia tersebut bergerak pelan tapi sayangnya matanya masih menutup. Mulutnya sedikit terbuka dan mengeluarkan suara yang sungguh memalukan jika dilihat langsung.
"Kyungsoooo. Jangan salahkan Ibu kalau kau terlambat lagi."
Duk. Duk. Duk. Sempurna. Sang Ibu beranjak pergi setelah mendengan suara berisik dari dalam kamar anaknya. Sang Ibu hanya tersenyum-senyum nista karena akhirnya ia kembali menonton acara gosip yang sesaat lagi akan menampilkan Stepan Wilem, aktor favoritnya.
"Stepan Wilem ganteng banget ya tuhan," Ibu Kyungsoo fangirlian di depan televisi masih sepagi ini.
Menilik kembali suara bedebuk (?) dari dalam kamar tadi, yang ternyata berasal dari onggokan manusia yang telah sepenuhnya terbangun dari tidur khidmatnya setelah mendengar suara Ibunya berkata tentang terlambat. Kyungsoo, gadis itu melirik jam dinding yang menggantung tepat di atas pintu kamar mandi dan dengan kekuatan angin, ia langsung berlari menuju kamar mandi namun alangkah sialnya dia karena sesaat setelah kakinya menyentuh lantai, dia tersandung karna selimut yang entah bagaimana bisa melilit tubuhnya seperti mumi dan dengan bodonya ia malah menginjak sisi ujung selimut yang lain.
Duk. Duk. Duk.
Kyungsoo terguling dengan tidak elitnya dan karena tidak ingin membuang-buang waktu ia langsung berdiri, melompat-lompat seperti katak karena selimut yang ia gunakan sama sekali tidak terlepas.
"Ibuuuuuu, kenapa tidak membangunkanku sihhhh???" Teriaknya sedetik sebelum dirinya masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tentunya yang akan dilakulannya dengan kecepatan kilat juga.
Langkah kaki setengah berlari dari arah tangga menyita perhatian ibunya dari acara televisi yang masih saja menampilkan program gosip tapi untungnya sudah bukan tentang Stepan Wilem sehingga Ibunya mau untuk menengok kepada Kyungsoo.
"Ibu, kenapa tidak membangunkanku sih, hari ini tuh pelajarannya Choi saem tauuu?" Kyungsoo meminum susunya habis dalam sekali teguk, dan menggigit rotinya sembari berjalan ke tempat penyimpanan sepatu.
Sang ibu hanya memandang malas anaknya. Memangnya siapa yang tidurnya kaya orang mati.
"Kyungie sayang, kau berangkat naik bus yah. Ayah sudah berangkat dan kakakmu ada urusan kampusnya pagi sekali. Dan ibu, sedang malas mode on untuk mengemudi." Ibunya mengedipkan matanya ke arah Kyungsoo, dan kemudian kembali memfokuskan diri pada tontonannya, benar-benar mengabaikan eksistensi Kyungsoo.
"Ibuuuuuuuuuuuuuuu." Kyungsoo keluar rumah dalam keadaan mendung meskipun matahari bersinar ceria. Ngomong-ngomong soal matahari, Kyungsoo melirik jam dipergelangan tangannya.
"Pupus sudah harapanku." Batinnya nestapa.
.
.
.
Sial dan sangat sial. Itulah kondisi gadis dengan rambut pendek sebahu yang saat ini terengah-engah karena harus berlari dalam kecepatan maraton. Tadi, setelah keluar rumah Kyungsoo berjalan santai menuju halte yang terletak tidak begitu jauh dari komplek perumahnnya. Namun, pada saat mendekati halte, bus yang hendak ia tumpangi telah berjalan pelan maka berakhirlah ia dengan berlari sekuat tenaga demi mengejar bus terakhir menuju sekolahnya itu. Serupa dengan kejadian di halte dekat rumahnya, begitu ia turun di halte yang tidak jauh dari gerbang sekolah, ia dapat melihat pintu gerbang yang nyaris di tutup. Dan tanpa membuang-buang waktu meskipun sebenarnya dari tadi waktunya telah terbuang percuma, Kyungsoo kembali berlari dan tepat setelah kakinya berada tepat di depan gerbang, Pak Lee selaku penjaga sekolah telah menutup gerbang dan menatapnya bosan.
"Kyungsoo..." Pak Lee menghela napas saat melihat Kyungsoo yang pagi ini terlihat seperti baru saja selamat dari terpaan angin beliung, meskipun kenyataannya Kyungsoo selalu saja muncul dalam keadaan seperti ini. Pak Lee heran, bagiamana cara murid orang kaya ini hidup? Bukankah ayahnya adalah pemilik Do Corp yang mengungguli bisnis ritel dan perhotelan itu? Lalu mengapa Kyungsoo terlihat seperti, ya sudahlah ya. Orang kaya emang susah ditebak.
"Pak Lee, sekali ini saja ya??? Aku janji tidak akan terlambat lagi,"
"Kyungsoo, apa kau ingin ku perdengarkan rekaman suaramu dalam sebulan ini? Kau selalu mengucapkan hal yang sama ratusan kali." Ucap Pak Lee malas dan bersiap mengunci gerbang.
"Pak Lee, ku mohon. Ne????" Kyungsoo menggosok-gosok telapak tangannya seperti memohon, tak lupa ia juga mengedip-ngedipkan mata bulatnya itu, menjadi imut.
Pak Lee yang melihat Kyungsoo seperti itu mau tak mau mendegus sebelum akhirnya kembali membuka gerbang menyuruh Kyungsoo segera masuk. Kyungsoo tersenyum menang, dan langsung berlari menuju kelasnya, tak lupa ia berhighfive bersama Pak Lee terlebih dahulu.
"Ini kesempatan terakhirmu Do Kyungsoo." Teriak Pak Lee meskipun dia tidak yakin kalau gadis itu akan mendengarkan.
*
Kyungsoo melesat secepat kilat menuju kelasnya, berdoa banyak-banyak agar Choi saem sedikit terlambat. Pintu kelas sudah terlihat di depan mata, ia semakin mempercepat larinya.
Brakkkk!!!!
Kyungsoo mendorong pintu kelas secara anarkis. Aktivitas dalam kelas sontak terhenti seketika. Mereka menatap Kyungsoo keheranan, seperti melihat makhluk asing yang datang entah dari planet mana.
"Yak!! Boncel, kalau masuk tuh bisa normal gak sih?" Jessica yang telah sadar dari keterkejutannya menatap sebal ke arah Kyungsoo, pasalnya ia sedang memoles lipstick di bibirnya namun malah melenceng ke pipinya gara-gara cara masuk Kyungsoo yang brutal.
Kyungsoo hanya mengangkat dua jarinya membentuk huruf 'V' dan mengucapkan 'peace' tanpa suara. Aktivitas kelas kembali ramai, mengabaikan Kyungsoo yang terseok-seok menuju bangkunya di mana telah terisi anggota gengnya yang kini menatap dia dengan pandangan 'iyuwwwhhh'.
"Apa di luar sedang terjadi badai?" Baekhyun langsung bertanya ketika pantat Kyungsoo menyentuh bangku.
"Diamlah Baek." Kyungsoo memutar bola matanya malas. Menaruh kedua lengannya diatas meja dan meletakkan kepalanya di sana. Dia capek sangat capek. Kyungsoo merasa baru saja menjadi atlet lari dadakan sepagi ini.
"Kau terlihat jelek Kyung." Kyungsoo mengangkat kepalanya menatap wajah seseorang yang duduk di depan mejanya.
"Kau terlihat Hitam, Tao~ya." Kyungsoo menatap tajam Tao dan begitupun juga sebaliknya. Baekhyun yang duduk di samping Kyungsoo hanya melihat perdebatan konyol antara dua gadis gila itu.
"Aku akan melaporkanmu pada Kriss ge" Mata Tao berkaca-kaca, ia berdiri dari kursinya dan pergi meninggalkan Baekhyun dan Kyungsoo yang mengaga bingung.
"Kyung?"
"Hmm,"
"Mau berkerja sama?"
"Untuk?" Kyungsoo bingung dan mengalihkan pandangan menuju Baekhyun.
"Memindahkan Tao ke taman kanak-kanak terdekat." Ucap Baekhyun mantap.
"Call." Detik berikutnya mereka berdua terbahak-bahak, mengabaikan tatapan aneh dari teman-teman sekelasnya. Bukan mengabaikan sih, meraka kan sudah terbiasa.
.
.
.
TBC
Author note :
Aku lagi mood nulis, makanya langsung ku posting. Semoga ada yang suka yah. Jangan lupa tinggalkan jejak, biar aku bisa perbaiki diri (?)
Mwah
Anna :))
