Title : I'll Try To Remember, Even If I Can't
Cast : Uzumaki Naruto & Uchiha Sasuke
Main Pair : SasuNaru
Genre : Romance, Family, Friendship, Little bit angst
Warning : Typo(s), OOC
Oo Piyo-Chan oO
Naruto membetulkan letak kacamatanya yang sedikit miring, kemudian kembali membaca beberapa proposal untuk proyek kerjasama baru yang ditawarkan oleh Sabaku no Company. Bukan hal mudah, karena Ia harus melawan rival abadi perusahaannya dalam perebutan proyek kerjasama ini.
Uchiha's Corp. Mendengar nama perusahaan itu, entah kenapa Naruto selalu bergidik ngeri dan merasa mual dalam waktu yang bersamaan.
Sejak zaman kakek buyutnya yang merupakan pendiri UzuKaze Enterprise, sampai saat ini –saat dirinya yang menjadi CEO perusahaan, Uchiha's Corp sudah menjadi rival dari perusahaannya.
Naruto sendiri belum tau pasti hal apa yang sebenarnya melatar belakangi permusuhan dua perusahaan ini. Karena bukan hanya perusahaan yang bermusuhan, tapi juga kedua keluarga besar, keluarga Uchiha dengan keluarga Uzumaki-Namikaze.
BRAK!
Pintu ruang kerja Naruto dibuka secara paksa oleh seseorang. Demi ramen jumbo paling lezat dari kedai ramen Ichiraku, Naruto akan dengan senang hati memukul kepala orang yang seenaknya mendobrak pintu ruang kerjanya.
"Hime!" geram Naruto saat mendapati adik semata wayangnyalah yang dengan sukarela mendobrak pintu ruang kerjanya.
Hime mendecak kesal, "Nii-san, bukankah sudah kubilang kalau hari ini aku ada pertandingan taekwondo? Dan kau tidak menghadiri pertandinganku untuk kelima kalinya!"
Naruto menepuk jidatnya sendiri, merasa bodoh karena sudah melupakan hari penting bagi adiknya itu.
"Maafkan aku, aku benar-benar lupa. Proposal-proposal ini tidak bisa ku abaikan begitu saja, Hime. Maafkan aku, ya?" Naruto mengatupkan kedua tangannya di depan dada, memohon untuk dimaafkan.
Gadis berambut merah itu memutar matanya malas, "Asal kau berjanji untuk membawakan blueberry cheese cake saat pulang ke rumah nanti, aku bersedia memaafkanmu!"
"Syarat diterima, nona!"
Hime terkekeh melihat sikap konyol sang kakak. Inilah Naruto yang Hime sukai, Naruto yang hangat dan ceria. Bukan Naruto yang selalu memasang ekspresi dingin ketika bersama orang lain –kecuali saat bersama orang tuanya dan saudarinya.
Hime mengibaskan tangannya beberapa kali, mengisyaratkan Naruto untuk menghentikan kekonyolannya. "Yasudah, aku pulang ya, nii-san? Kau jangan terlalu serius dengan pekerjaanmu itu, hanya akan membuatmu mengalami penuaan dini. Jaa Naru-nii!"
Hime segera berlari meninggalkan ruang kerja Naruto. Naruto sang beberapa saat tadi berdiri, kini kembali menghempaskan diri pada kursi kerja hitam miliknya.
"Benar juga kata-katanya tadi, sepertinya aku memang butuh bersantai untuk beberapa saat."
Naruto beranjak dari kursi kerjanya, melangkahkan kaki-kaki jenjangnya keluar dari ruang kerja. Naruto rasa, berjalan-jalan sebentar di taman dekat kantornya bukan ide yang terlalu buruk.
Oo Piyo-Chan oO
Naruto diam menatap sebuah keluarga kecil yang sepertinya sedang dalam kegiatan piknik. Seorang Ibu, Ayah, dan dua anaknya. Naruto jadi rindu masa-masa dimana Ia dan keluarga kecilnya punya banyak waktu untuk dihabiskan bersama.
Berbeda sekali dengan sekarang. 13 tahun lalu, saat Naruto masih berusia 10 tahun dan Hime berusia 4 tahun, Tuhan merenggut nyawa orang tuanya dalam sebuah kecelakaan pesawat. Bahkan jasad keduanya tidak kunjung ditemukan.
Butuh 2 tahun untuk Naruto menerima kenyataan bahwa dirinya adalam seorang yatim piatu. Naruto merasa malu, karena Hime bisa jauh lebih tegar untuk menerima kenyataan pedih itu. Dan sejak saat itulah Naruto berjanji pada Tuhan dan kedua orang tuanya, untuk selalu menjaga dan membahagiakan Hime.
Naruto memalingkan wajah, mengedarkan pandangannya kearah lain. Manik safirnya terlihat berbinar saat mendapati sebuah kedai es krim yang letaknya tidak begitu jauh dari tempatnya duduk.
"Rasanya sudah lama sekali aku tidak makan es krim. Pekerjaan di kantor benar-benar mengambil alih perhatianku."
Pemuda 23 tahun itu melangkah menuju kedai es krim, sambil memikirkan rasa es krim yang akan Ia pilih. Tapi sepertinya Ia akan memilih semua rasa es krim yang ada jika perutnya mampu menampung es krim-es krim itu.
Begitu sampai, Naruto langsung disapa senyuman manis salah seorang pelayan kedai. "Silahkan, Tuan." Ucap si pelayan cantik sambil menyodorkan kertas menu berisi daftar rasa es krim dan berbagai toping yang disediakan kedai.
Naruto terlihat berpikir sejenak, "Aku pesan 1 cone es krim vanilla dengan sirup jeruk sebagai toping-nya."
Begitu selesai mencatat pesanan Naruto, pelayan itu dengan cekatan mempersiapkan pesanan Naruto. Beberapa menit kemudian, 1 cone es krim vanilla dengan toping sirup jeruk telah tersaji dengan tampilan yang menggiurkan.
"Berapa?"
Si pelayan menyebutkan harga es krim pesanan Naruto, dan pemuda blonde itu hanya mengangguk sambil merogoh saku celananya. Entah sedang sial atau apa, Naruto tidak menemukan dompetnya disana, begitupun saat Ia mencari-cari di saku kemeja serta jasnya.
Naruto menggeleng, "Sial! Dompetku tertinggal di meja kerja." Gumamnya dengan raut panik.
Saat sedang memikirkan cara agar si pelayan mau percaya kalau dompetnya benar-benar tertinggal, mata Naruto tanpa sengaja menangkap sebuah tangan terulur dengan beberapa lembar uang di genggamannya.
"Aku yang bayar es krimnya,"
Si pelayan kemudian menerima uang dari pemuda tampan yang tiba-tiba datang itu, dan memberikan es krim pesanan Naruto kepadanya. Saat si pelayan berniat memberikan kembalian uang pada pemuda berambut hitam itu, si pemuda malah mengibaskan tangannya, mengisyaratkan agar si pelayan mengambil kembali uang kembaliannya.
Pemuda itu menyodorkan es krim ditangannya pada Naruto, "Ini es krimmu."
"Tidak perlu. Kau yang membayarnya, es krim itu milikmu." Naruto memalingkan wajahnya, bukan apa-apa, Naruto hanya gengsi menerima sesuatu yang tidak Ia beli dengan uangnya sendiri.
"Kenapa? Kau bisa mengganti uangku kapan saja."
Naruto berdecak sebal. Pemuda tampan tanpa ekspresi itu seakan cari masalah dengannya.
Sesaat Naruto memalingkan kembali wajahnya kearah si pemuda tampan, dan pemuda beriris safir itu merasa familiar dengan wajah pemuda yang masih setia berdiri di hadapannya sambil menyodorkan es krim.
Mata Naruto terbelalak seketika, "U-uchiha Sasuke." Gumamnya sambil menundukkan wajah dan mengepalkan tangannya.
"Baiklah." Naruto dengan cepat mengambil alih es krim itu dari tangan Sasuke.
Naruto melangkah semakin mendekat pada Sasuke, "Kau memaksaku–" Naruto menampilkan seriangiannya, "–tapi aku bukan tipe orang yang suka dipaksa!"
Naruto menjatuhkan es krimnya kasar, tepat mengenai sepatu hitam Sasuke yang sebelah kiri. Bisa Naruto lihat ekspresi wajah Sasuke yang mulai mengeras, tapi Naruto sama sekali tidak berniat untuk meminta maaf.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Naruto melangkah santai melewati Sasuke yang mulai menggeram kesal. Masa bodo jika suatu saat Sasuke akan membalas perbuatannya.
"The game is begin, Uchiha."
Oo Piyo-Chan oO
TBC/END?
Review Please!
