Naruto is belong to Kishimoto-sama. I don't make any profits from this story
.
Ketika
Cerita ringan yang dibuat saat mengenang masa-masa ababil di bangku SMA. :p
Enjoy!
.
Haruno Sakura sedang menikmati es krim rasa strawberrynya dengan nikmat. Ia tak memedulikan pacarnya yang kini sedang mengamatinya dengan lekat. Pria berambut hitam legam yang merupakan pacar Sakura berjengit ketika melihat ada secuil noda es krim di sudut bibir gadis berambut merah jambu pucat itu. Ibu jari pemuda itu terulur membersihkan noda es krim itu.
"Eeeh? Sasuke-kun!" gerutu gadis itu.
"Ada noda es krim di mulutmu," kata Sasuke.
Hati Sakura menghangat menyadari perhatian dari Sasuke.
"Oh ya, Sasuke-kun. Semalam ada pria nggak jelas yang mengirim email kepadaku," kata Sakura. Ia menghabiskan suapan terakhir dari es krimnya.
"Hn?"
"Iya, nggak jelas. Tiba-tiba saja pria itu mengirim email hanya dengan tulisan: aku sayang kamu."
"Dari mana kautahu itu seorang pria?" tanya Sasuke sambil menyeruput jus tomat miliknya.
"Ya tahulah, alamat emailnya saja jelek banget, ayamganteng, mana ada seorang gadis yang mau menamai alamat emailnya seperti itu," jelas Sakura.
Sasuke terbatuk mendengar penjelasan Sakura. "Uhuk... uhuk..."
Hampir saja ia menumpahkan jus tomat yang diminumnya. Berpasang-pasang mata di kafe tempat mereka duduk mulai memperhatikan mereka. Sakura tersenyum kikuk ke arah mereka, sebelum akhirnya mulai menegur Sasuke setelah beberapa pasang mata tamu di kafe itu melepaskan pandangannya ke arah mereka.
"Sasuke-kun, hati-hati dong!" tegur Sakura. "Kalau jus itu tumpah, kau kan pasti kecewa. Apalagi jus itu masih penuh," kata Sakura dengan tampang polos.
Sasuke hanya tersenyum masam. "Hn," katanya. "Itu alamat email baruku, tahu."
"Eehhh?"
Sakura tercengang dibuatnya. Satu hal yang ia dapat simpulkan: wajah ganteng dan keren bukan jaminan atas alamat email yang bagus dan keren.
.
.
Suasana kelas 3.1 Konoha Arts School tampak sepi. Hanya ada seorang Uchiha Sasuke yang tengah bersungut-sungut atas nilai ujiannya yang kurang dari angka 100 meski di atas angka 95 dan seorang Haruno Sakura yang menemaninya. Sasuke merutuki dirinya sendiri yang salah menulis huruf kanji dari nama perdana menteri pertama di Jepang di ujian sejarah mereka tempo hari.
"Sudah-sudah Sasuke-kun, nilai 98 itu bagus!" hibur Sakura. Gadis itu mengembalikan kertas hasil ujian sejarah Sasuke kepada si empunya. "Aku saja hanya mendapat nilai 85," lanjut Sakura.
Sasuke menatap wajah Sakura dengan datar. "Hn."
"Hei, ayolah, dapat nilai 98 bukan berarti kiamat, Sasuke-kun!"
Sasuke masih diam. Ini satu hal yang Sakura sebal dari orang pintar, nilai selain angka 100 dianggap sama buruknya dengan tidak lulus ujian.
"Baiklah, kalau kau masih diam seperti ini, aku marah," gertak Sakura.
Sasuke memutar bola matanya dengan agak kesal. "Kenapa kau yang marah?"
Sakura memajukan bibirnya. "Karena kau seperti ini!"
"Hn? Seperti ini yang bagaimana?" tanya Sasuke sambil mulai menyeringai.
"Yang begini ini," balas Sakura tak mau kalah. Ia menggerutu kesal atas sikap Sasuke yang acapkali menjadi menyebalkan jika mendapat nilai kurang dari 100. Meski baru yang ketiga semenjak mereka jadian hampir setahun yang lalu.
"Yang begini apanya?" ulang Sasuke dengan nada yang lebih menyebalkan, membuat gadis berambut merah yang duduk di sampingnya memandang kesal ke arahnya.
"Sasukeee!"
Sasuke menyeringai senang. Satu hal yang ia tahu: segalau apapun dirinya karena nilai pelajarannya, Sakura bisa membuatnya tersenyum entah dengan cara apapun.
.
.
Hari minggu ketiga di bulan Mei dihabiskan Sakura dengan berkunjung ke rumah Sasuke. Gadis itu berencana membuatkan jus tomat spesial bagi sang kekasih bertepatan dengan hari jadi mereka yang pertama. Suasana di rumah Sasuke cukup sepi. Kedua orang tuanya masih berlibur di Manchester, sedangkan Itachi, kakak Sasuke, saat ini sedang berkunjung ke rumah salah satu temannya.
"Taraaa...," kata Sakura sambil membawa segelas jus tomat segar ke hadapan Sasuke yang sedang berkutat dengan laptopnya. "Lihat, jusnya sudah jadi."
"Hn," kata Sasuke. Sekilas ia nampak tergoda melihat jus segar—apalagi itu jus tomat—yang dibawa Sakura. Namun game yang sedang dimainkannya seperti jauh lebih menggoda untuk segera diselesaikan ketimbang jus itu.
"Sasuke, lihat dulu jusnya!" rengek Sakura.
Sudah susah payah dia membuat jus tomat kesukaan Sasuke. Perlu diingat, Sasuke tidak suka sesuatu yang manis. Jus tomat ini sudah susah payah Sakura buat dengan menakar gulanya dengan pas agar tidak terlalu manis. Dan kini Uchiha bungsu itu malah lebih asik memainkan game dari laptopnya.
"Hn. Tadi sudah kulihat," kata Sasuke singkat yang sanggup membuat Sakura menahan geram.
"Ya habis dilihat, diminum dong," kata Sakura lagi.
"Hn," kata Sasuke. Sakura besorak dalam hati. 'Yes!'
"Nanti," lanjut Sasuke yang membuat urat-urat berbentuk siku muncul di dahi kanan Sakura.
"Terserah kau deh," kata Sakura acuh tak acuh. Ia mulai pergi ke dapur meninggalkan Sasuke yang masih asik dengan laptopnya.
Hampir tiga puluh menit Sasuke membiarkan Sakura diam di dapur. Padahal gadis berambut merah jambu itu mengharapkan atau setidaknya berpikir Sasuke akan menyusulnya kurang dari semenit. Nyatanya kini ia menunggu hampir setengah jam. Sakura mendudukan dirinya di salah satu kursi dapur.
'Baka Uchiha!' rutuk Sakura dalam hati.
Hari ini adalah hari jadi tahun pertama mereka, tetapi Sasuke nampak tak memedulikan hari ini. Si pria berambut sehitam kayu eboni itu malah tak mengacuhkan Sakura.
"Sedang apa di sini?" Tiba-tiba Sasuke sudah berada di samping kanannya.
Sakura memalingkan wajahnya. Ia menatap rak piring di sebelahnya dengan wajah masam. "Terserah aku."
Sasuke berjalan memutar ke sebelah kiri Sakura. Kini gadis itu berada tepat di hadapannya. "Kau marah?"
"Tidak."
"Punya pulsa?"
Pertanyaan Sasuke membuat Sakura mengalihkan pandangannya ke arah Sasuke. Untuk apa Sasuke menanyakan pulsa kepadanya?
"Buat apa?"
"Hn. Untuk menelepon Tuhan," kata Sasuke. "Salah satu bidadarinya sedang duduk di hadapanku," lanjutnya sambil menyeringai.
"Eeeh?"
Sakura dapat merasakan wajahnya memanas mendengar godaan Sasuke.
"Happy anniversary," kata Sasuke sambil tersenyum tipis.
Ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Sebuah cincin emas putih bertahtakan butiran permata membentuk bunga sakura yang dikeluarkannya dari kotak itu disematkannya di jari manis Sakura.
"Jangan dilepas ya! Ini kubeli dari hasil tabunganku selama sebulan," katanya lembut sambil mengecup punggung tangan Sakura.
Sakura tersenyum dan menyadari satu hal: Sasuke mempunyai sisi lembut dan hangat yang mampu membuatnya tersenyum bahagia.
To be continue...
.
Yuhuuu~~~ Oke! Aku tahu ini nggak jelas banget. Hehe... XD
Tiba-tiba aja kepikiran bikin cerita ringan tentang SasuSaku abis sms-an mengenang masa ababil sama Park Gyu Mi alias teh iput. Trims ya, Sist~~ #peyukpeyuk#
Judulnya 'Ketika', aku sendiri gatau kenapa kasih judul itu. Lagi senang aja sama kata itu. :p Tapi nyambung lah sama isi ceritanya yang menceritakan 'ketika blablabla...' selama mereka hubungan. Di chapter ini ketika Sasuke ganti email, ketika Sasuke dapet nilai kurang dari 100, dan ketika mereka jadiaan setahun. #alesan. Hehe...
Review?
Terima kasih sudah membaca. :D
