Aku Cuma ingin merasakan kasih sayang dan kehangatan keluarga, tidak lebih. Tuhan, apa yang salah denganku? Apa yang beda dariku dengan anak yang lain? Kenapa , apa permintaanku terlalu sulit? Aku Cuma ingin merasakankasih sayang. Kak Gempa, Kak Taufan aku sangat rindu kalian, aku ingin ketemu kalian. Ku harap walau Cuma sebentar, kita bisa bertemu.
'TIIINNN…..'
Mungkin keinginanku itu Cuma mimpi yang tak mungkin terkabul. Setidaknya rasa sakitku akan berakhir….
Disclaimer : Boboiboy © Animonsta Studio Malaysia
Warning : AU, OOC, Typos, alur kecepetan dll
Dedicate for # Willy0610
Happy reading
Yang namanya orang tua itu bisaanya selalu menyayangi anak-anaknya. Tapi itu tidak berlaku pada Halilintar, seoarang anak berumur 10 tahun. Sejak kematian ibunya, ia dan kedua kakaknya mendapat perlakuan yang sangat buruk dari ayah tiri mereka. Ayah kandung mereka sudah meninggal lebih dulu sebelum ibu mereka. Tiap hari kedua kakaknya selalu beretngkar dengan ayah tiri mereka. Terutama kakak sulungnya Gempa. Pertengkaran itu terus berlangsung setiap hari hingga mencapai puncaknya pada suatu malam di hari minggu.
~Flash Back On~
"DASAR ANAK TIDAK TAU DIRI, MASIH UNTUNG AKU MAU URUS KALIAN." Bentak sang ayah pada Gempa.
"APA! KAU CUMA TERUS MEMUKULI KAMI TIAP HARI, ITU YANG KAU SEBUT MENGURUS, HAH! AKU SUDAH MUAK DENGANMU DASAR BAJINGAN!." Balas gempa tak kalah keras dari ayah tirinya. Tiba-tiba ayah tirinya itu memukul Gempa hingga ia terjatuh ke lantai. Hal itu disaksikan langsung oleh Taufan, anak kedua Boboiboy bersaudara. Sedangkan si bungsu Halilintar tengah tidur tak tau apa yang terjadi.
"KURANG AJAR, PERGI KAU DARI SINI.!"
"BAIK AKU AKAN PERGI, MEMANG ITU YANG KU MAU.!" Gempa masuk kekamarnya. Tak berapa lama ia sudah membawa barang-barangnya.
"Kak Gempa, kakak mau kemana? Jangan pergi ninggalin aku." Ucap Taufan menahan Gempa. Gempa hanya menatap nanar adiknya.
"Kakak Cuma pergi bentar, besok, kamu ma Hali bakal kakak jemput." Kata Gempa sambil mengelus kepala adiknya itu lalu pergi keluar rumah.
Beberapa bulan setelah Gempa pergi, kini giliran Taufan. Ia sebenarnya tak tega meninggalkan Halilintar yang saat itu berumur 8 tahun sendirian, tapi dia sudah gak tahan tuk tinggal dirumah itu. Taufan sebenarnya sudah dihubungi Gempa. Dan saat ini ia di tunggu Gempa di taman dekat rumah mereka. Malam harinya, Taufan diam-diam keluar kamar. Ia membuka pintu kamar pelan-pelan agar adiknya tidak bangun ( Halilintar selalu tidur bareng Taufan).
Sebelum pergi, Taufan memandang adiknya sebentar. Rasanya ia ingin menangis. Sungguh ia tak tega membayangkan nasib adiknya setelah ini.
"Hali, maaf ya kakak terpaksa ninggalin kamu, nanti pasti kakak ma kak Gempa bakal jemput kamu." Dikecupnya kening adiknya itu. Lalu ia pergi.
~Flash Back Off~
Kini sudah tiga tahun sejak terakhir Halilintar bersama kakak-kakaknya. Ia tak tau kemana kakak-kakaknya pergi. Sekarang dia sendirian dirumah itu, ia merasa sangat kesepian walau ada ayah (tiri)nya. Dirinya menatap kosong halaman rumahnya yang keliatan dari jendela dapur.
"Hoi, kau cepat bawakan makananku!" Panggil ayahnya.
"Iya." Balas Hali dari dapur. Tubuh kecilnya yang sangat kurus membawa sebuah nampan berisi makanan yang sangat lezat. Makanan itu langsung diambil ayahnya.
"Dasar lamban!" sebuah tamparan mendarat dipipi Halilintar yang pucat. "Hari ini kamu gak dapet jatah makan." Kata ayahnya dingin.
"Tapi, Yah aku-"
" Itu hukumanmu karena lambat membawa makan malamku!" bentak sang ayah pada Halilintar. "Sekarang pergi, bisa-bisa nafsu makanku hilang." Halilintar segera bangkit, ia langsung masuk kamarnya.
Di dalam kamar Halilintar hanya menangis. Pipinya terasa sangat sakit, perutnya juga sangat lapar.
"hiks… hiks…. Kakak…. Kak Gempa, Kak Taufan….. hiks…hiks…hiks…" tangisnya memanggil kedua nama kakaknya sambil memeluk sebuah foto. Halilintar terus menangis sepanjang malam samapi dia tertidur. Keesokan harinya sebelum berangkat sekolah, dirinya harus bekerja.
"Ingat, kalau sampai kau pulang tak membawa uang, awas kau!" ancam ayah tirinya. Halilintar kecil melangkahka kakinya menuju rumah-rumah untuk mengantarkan Koran. Perutnya terasa sangat perih karena dari kemarin dia belum makan apa-apa. Selesai mengantar Koran dan menerima bayarannya, halilintar langsung menuju ke sekolah sambil berlari.
'Huft, untung belum telat.' Batinnya saat ia sampai dikelas.
" Hoi, Hali kamu keliatan pucet banget hari ini. Kamu sakit?" Tanya salah satu teman Halilintar, Fang.
" Ah nggak kok." Kata Halilintar melewati temannya itu lalu duduk di bangkunya.
"Hali, pipimu memar." Kali ini Yaya, si ketua kelas yang melihat Halilintar dengan wajah khawatir.
"Oh, ini tadi jatuh, terus kebentur hehehe." Ucapnya bohong. Seberapapun ayah tirinya itu menyiksanya, Halilintar tak pernah mau bilang ke orang lain tentang hal itu. Dia selalu menutupi perlakuan kejam ayah tirinya itu. Dan itu pula alasannya menolak memberitau rumahnya pada teman-temannya.
Tak berapa lama bel tanda masuk berbunyi, dan pelajaranpun dimulai.
-888-
Saat istirahat digunakan Halilintar untuk mengistirahatkan tubuhnya.
"Hali…" panggil Gopal teman sebangku Halilintar.
"Hm." Jawabnya singkat. Dia agak kaget waktu dirasakan ada sebuah benda dingin menyentuh pipinya yang memar. Pas dilihat ternyata Gopal memberikan sebotol minuman dingin dan sebuah kotak berisi 2 potong sandwich.
" Nih makan, kamu keliatan pucet banget." Kata Gopal menyodorkan makanan di tangannya.
"Makasih." Jawab Halilintar singkat lalu memakan makanan pemberian Gopal. Dia merasa senang masih punya teman-teman yang peduli padanya.
"Kalau ada masalah apa-apa cerita aja ma kita." Ucap Ying dari belakang Gopal. Halilintar mengangguk lalu ia tersenyum lembut.
-888-
Setelah pulang sekolah, Halilintar menatap cemas hasil ujian matematikanya yang dapat nilai 60.
' Duh, gawat gimana nih ' batinnya. Dia takut kalau ayahnya tau tentang nilainya itu karena pasti dia bakal dihajar lagi. Lalu dia dapat ide. Diam-diam dia pergi ke halaman belakang rumahnya, mengambil korek api dan siap-siap membakar kertas ujianya itu. Namun tanpa ia ketahui Ayah tirinya melihat hal itu.
"Hali, apa yang mau kamu lakukan!" bentak ayahnya dari arah pintu. Halilinta yang kaget tak sengaja menjatuhkan korek dan kertas ujiannya yang langsung saja dipungut sang ayah.
"APA INI, NILAI 60! DASAR BODOH, UNTUK APA AKU NYEKOLAHIN KAMU KALAU CUMA BUAT DAPAT NILAI SEGINI HAH! DASAR BEGO!" spontan ayah tirinya itu memukul perut menyeretnya ke gudang yang ada di halaman belakang rumah mereka.
"Ayah, maaf yah. Ampun" ucapnya sambil menangis. Ia berusaha melepaskan diri tapi gagal karena tenaga ayanya jelas lebih besar. Selain itu dia juga tak punya energy untuk melawan.
"SEKARANG MASUK!" di dalam gudang itu ayah tirinya memukuli Halilintar menggunakan sebuah bamboo.
"Ayah, maafin Hali Yah, hiks… Hali janji gak bakal ngulangin lagi hiks… ampun yah… argh… sakit ayah,…. Maafin Hali" ucapnya memohon. Air matanya terus mengalir menahan sakit akibat pukulan ayahnya. Seolah tak peduli ayahnya itu terus memukuli Halilintar bahkan di beberapa bagian tubuhnya ada yang berdarah. Setelah puas, ayah tirinya itu mengunci Halilintar di gudang tersebut.
"Ayah…. Buka pintunya… hali mohon yah… ayah…. Hali janji bakal lebih rajin lagi belajarnya…. Ayah… bukain… Hali takut yah… Hali mohon…." Teriaknya dari dalam. "hiks…hiks… ibu, kak Gempa, Kak Taufan… hiks… hiks… hiks… Hali takut… hiks…hiks…"
-888-
Sementara itu diwaktu yang sama, di sebuah rumah yang sederhana tapi indah Taufan sedang nonton TV saat kakaknya Gempa pulang kerja.
"Assalamu'alaikum" kata Gempa.
"Wa'alaikumsalam." Taufan langsung bangkit menghampiri kakanya." Kak, aku mau ngomong sesuatu nih ma kak Gempa." Kata Taufan menatap kakaknya serius.
"Ya, tapi bentar ya aku capek banget nih. Aku mandi dulu."Ucap Gempa melewati adiknya menuju kamarnya.
"Kak Gempa mau aku bikini sesuatu?" Tawar Taufan sadar kalau kakaknya itu kecapekan.
"Eum, Hot chocolate deh tapi gak usah dikasih gula ya." Kata Gempa sambil terus jalan ke kamarnya. Taufan langsung kedapur membuatkan permintaan kakaknya itu.
Setelah Gempa selesai membersihkan diri, dia langsung ke dapur. Di atas meja sudah ada nasi lengkap dengan lauk dan segelas hot chocolate. Gempa ambil posisi duduk disebrang adiknya.
" Jadi apa yang mau kamu omongin?" tanyanya setelah meminum sedikit hot chocolatenya
" Kak, aku pingin jemput Hali. Aku kangen banget ma dia. " kata Taufan pelan. Dari suaranya terlihat jelas kalau dia sangat rindu adiknya itu.
Gempa langsung meletakan sendok yang sudah ia angkat. " Ehm, kalau gitu kita liat keadaannya dulu besok. Kalo memungkinkan kita jemput dia langsung, gimana?" katanya sambil tersenyum lembut. Jujur saja dia juga kangen adik kecilnya itu. Entah seperti apa adiknya itu sekarang. Dia Cuma berharap adiknya itu masih baik-baik aja.
Taufan yang mendengar hal itu langsung merasa sangat senang. " Beneran kak? Serius? Hahay…. Makasih kak Gempa, kakak emang terbaik." Ucap Taufan sambil mengacungkan jempolnya. Gempa tersenyum kecil melihat adiknya itu dan ia lalu melanjutkan makannya.
-888-
Keesokan harinya Halilintar tak masuk sekolah. Teman-temannya merasa khawatir soalnya kemarin Halilintar sangat pucat dan pipinya juga memar. Mereka ingin ke rumah Halilintar, tapi mereka tak tau rumahnya dimana. Soalnya kalau ditanya Halilintar pasti mengelak. Sementara itu Halilintar merasa sangat lemas. Air matanya sudah kering, badanya terasa ngilu. Rasanya dia sudah tak sanggup bergerak. Tiba-tiba pintu gudang terbuka. Ia mengira bakal liat sosok ayah tirinya di sana. Ternyata yang dilihatnya adalah tetangga rumahnya, pak Amuragam.
"Ya ampun Halilintar." Ucapnya. Lalu dia membantu Halilintar berdiri.
"Pak.. Amuragam? Kok bisa ada disini?" tanyanya heran. Dia berusaha berdiri sambil dibantu oleh tetangganya itu.
"Kemarin bapak liat kamu diseret ma bapak kamu ke sini. Pas tadi bapak kamu pergi, bapak terus kesini. Pas bapak liat kunci gudangnya masih dipintu. Makanya-" ucap pak Amuragam menjelaskan. " Kamu kuat jalan? Sementara ini gimana kalau kamu tinggal di tempat bapak dulu?" tawar Pak Amuragam.
" Gak Pak, makasih." Tolak Halilintar dengan sopan. "Nanti kalo saya gak dirumah, kasihan ayah saya sendirian." Kata Halilintar.
Pak Amuragam yang mendengar jawaban Halilintar hanya menggelengkan kepala lalu menghela nafas sedih. " Ya udah kalo gitu, setidaknya kerumah bapak bentar mau ya, biar luka kamu diobati dulu. Terus kamu juga harus makan, dari kemarin pasti kamu belum makan kan?" kali ini Halilintar hanya diam. Memang dari kemarin dia belum makan, jadi dia Cuma nurut pas dibawa kerumahnya pak Amuragam.
Saat keluar dari rumah, dari seberang jalan terlihat dua orang yang memperhatikan Halilintar dan pak Amuragam. Mereka adalah Taufan dan Gempa. Mereka sangat kaget pas liat keadaan bahkan menangis melihat keadaan adiknya itu. Gempa juga merasa sangat sedih dan bersalah. Kenapa dia tak segera menjemput Halilintar. Mungkin kalau dia lebih cepat, Halilintar tak kan mengalami hal menyedihkan seperti itu.
" Kak, cepet kita jemput Hali sekarang… hiks…. Kasian Hali…. Badannya kurus banget… hiks…. Taufan gak tega kak.." Kata Taufan sambil terisak.
Saat Gempa akan menyebrang jalan dilihatnya dari jauh ayah tirinya itu dating.
"Hoi, mau dibawa kemana anak saya!" panggil ayah tirinya itu. Seketika pak Amuragam dan Halilintar menoleh.
"Saya Cuma mau ngobatin lukanya Hali." Jawab pak Amuragam.
"Gak perlu. Biar saya obtain sendiri. Hali ayo pulang." Ayah tirinya itu menarik tangan Halilintar. Si empunya tangan meringis sedikit karena lukanya kena. Halilintar dan Ayah tirinya masuk kembali kerumah. Gempa dan Taufan saling pandang.
"Kak-"
"Kita liat situasi dulu, nanti kalau Hali diapa-apain kita langsung lapor polisi. Terus kita bawa Hali pulang bareng kita." Ada sedikit amarah dalam suara Gempa. Dia merasa tidak terima. Jelas didepan matanya sendiri adiknya tadi meringis kesakitan. ' Kurang ajar. ' batinnya. Tangan Gempa sudah terkepal.
-888-
" Ayo masuk." Ucap ayahnya itu menarik paksa Halilintar. Kaki Halilintar yang terasa sangat lemas tak sanggup menjaga keseimbangan,alhasil dia langsung jatuh. Melihat hal itu ayah tirinya dengan kesal membantu (baca : menyeret) Halilintar berdiri. Sampai di dapur tanpa Halilintar duga ayahnya itu memberikan sepotong roti lapis dan susu hangat. Awalnya Halilintar bengong lihat makanan didepannya.
"Makan!" perintah ayah tirinya. Dengan lahap Halilintar memakan makanan didepannya soalnya sudah dari kemarin perutnya itu kosong. Selesai makan Halilintar pun meminta ijin ayahnya untuk pergi ke kamarnya.
"Eum, yah maafin Halilintar. Hali janji gak bakal ngulangin itu lagi. Terus makasih makanannya. Yah, Hali mau ke kamar dulu boleh?" Tanyanya agak takut.
"Hn." Ayah tirinya menjawab dengan singkat. Halilintar pun langsung menuju kamarnya tanpa curiga sedikitpun. Dia merasa cukup senang setidaknya ayahnya mau memberinya makan. Ia langsung menuju kamar mandi membasuh badannya. Terasa perih di beberapa bagian tubuhnya yang kemarin berdarah. Selesai mandi dan pakai baju dia memandang foto keluarga kecilnya yang bahagia. Ada kedua orang tua kandungnya, kakak-kakaknya dan dirinya yang tersenyum bahagia. Tak terasa air mata kembali menetes dari sudut matanya.
"Hoi, Hali cepetan kesini!" panggil ayah tirinya. Halilintar langsung mengusap air matanya.
"Ya, Yah." Dia lalu keluar kamar menemui ayahnya. Di ruang tamu dilihatnya dua sosok laki-laki berbadan besar yang terlihat sangat tidak ramah.
" nah, Hali mulai hari ini kamu ikut mereka." Ucap ayah tirinya.
" Apa maksud ayah?" tanyanya kaget.
"Ayo, banyak kerjaan yang mesti kamu lakuin." Ucap salah satu pria yang tak dikenalnya itu. Halilintar lalu diserek keluar rumah.
"Lepasin, ayah tolong…" Ucap Halilintar minta tolong pada Ayahnya. Tangannya terasa sangat melihat horor ayah tirinya itu, saat dilihatnya seorang pria lain memberikan sejumlah uang yang banyak pada ayahnya itu. ' Apa! Gak mungkin kan ayah ngejual aku?!' pikirnya. Saat akan dimasukkan ke dalam mobil, Halilintar berontak dan berhasil melarikan diri. Dia pun dikejar kedua pria berbadan besar itu bersama dengan ayah tirinya yang sudah menjual dirinya.
Melihat apa yang terjadi, Gempa langsung bertindak.
"Taufan kamu telfon polisi, biar kakak kejar yang nylametin Hali." Perintahnya pada Taufan. Taufan menangguk lalu mengeluarkan hpnya dan menelfon polisi. Sementara itu Gempa mengejar Halilintar. Dia berusaha menyelamatkan adiknya itu sebelum terjadi hal yang lebih buruk.
-888-
~Halilintar POV~
'gak mungkin, ini gak mungkin' batinku berulang kali. Aku teru lari kabur dari orang-orang yang mengejarku termasuk ayahku sendiri. Aku benar-benar tak menyangka ayahku tega menjualku.
"hah,hah,hah" nafasku gak kuat, kakiku juga udah sakit banget.' Ugh gimana nih.'
"Hoi, mau lari kemana kamu." Suara para pengejarku.
Aku lalu lari lagi. Tak kupedulikan semua rasa sakit dibadanku. Pokoknya aku harus menyelamatkan diri.
Aku terus lari masuk ke gang-gang kecil. Saat keluar dari gang itu aku sudah ada di sebuah jalan besar. Semua kejadian itu terasa sangat cepat. Yang kutau Cuma terdengar sebuah suara klakson mobil dan teriakan-teriakan. Lalu semua keadaan jadi gelap. Akhirnya aku merasakan kedamaian.
~Halilintar POV End~
Gempa yang terus mengejar Halilintar terkejut saat adiknya it uterus berlari hingga tengah jalan. Sebuah mobil melaju. Terdengar suara klakson dan benturan yang keras memasuki indra pendengarannya.
DEG
"HALILINTAR!" dia langsung berlari menuju sosok adiknya yang terbaring di tengah jalan. "tolong cepat panggil ambulance." Katanya panic. "Hali, Hali ayo bangun, Hali." Ucapnya didekatkan telinganya ke dada adiknya. ' Alhamdulillah, dia masih hidup' pikirnya saat dirasakan masih ada detak jantung ditubuh adiknya itu. Tak berapa lama ambulance dating. Halilintar langsung dibawa masuk. Sebelum gempa juga masuk, dia menatap ayah tirinya itu dengan amarah yang meledak.
"Kalau sampai Hali tewas, akan ku kejar kau samapu ke neraka sekalipun!" ucap Gempa dengan nada tajam dan dingin sambil menunjuk wajah ayah tirinya. Terlihat raut ketakutan diwajah ayah tirinya itu. Lalu Gempa langsung mengeluarkan hp nya. Menekan sebuah nomer dan menelpon adiknya, Taufan. Menyuruhnya untuk menyusul ke rumah sakit.
-888-
Setelah tiba dirumah sakit, Halilintar langsung menjalani operasi. Beberapa saat kemudian dokter keluar ruang oprasi.
" Kamu keluarganya?" kata dokter cemas.
" Iya, saya kakaknya." Jawab Gempa.
" bisakah kamu ikut saya, dia butuh transfuse darah segera."
"Baik dok." Gempa lalu mengikuti dokter itu. Untung saja golongan darahnya denga Halilintar sama. Setelah melalui proses yang lama akhirnya operasi selesai tepat saat Taufan tiba di rumah sakit. Wajahnya terlihat sangat cemas.
" kak gimana keadaan Hali?" ucapnya. Lalu muncul dokter yang menangani operasi Halilintar.
"Gimana dok keadaan adik saya?" Tanya Gempa pada dokter itu.
" untungnya dia segera dibawa kemari, sedikit saja terlambat, nyawanya tak bisa diselamatkan lagi. Sekarang kalian boleh melihatnya." Ucap dokter itu lalu pergi meninggalkan Gempa dan Taufan. Mereka langsung memasuki ruangan tempat Halilintar berada.
Perlahan mata Halilintar terbuka. " Kak… Gempa, Kak… Taufan…" ucapnya lemah.
Gempa dan Taufan menghela nafas lega melihat adiknya aetidaknya masih hidup.
" Hali maaf ya kakak baru bisa jemput kamu sekarang. Habis kamu sembuh kita bisa tinggal bareng." Kata Gempa lembut.
Halilintar menatap bahagia kedua kakaknya. Air mata mengalir dari sudut matanya. Ia merasa bahagia bisa bertemu kedua kakaknya lagi. Begitu juga Gempa dan Taufan akhirnya bisa mertemu adik mereka. Sementara itu polisi telah membekuk ayah tiri mereka dengan tuduhan penyiksaan dan penjualan anak dibawah umur.
Akhirnya Halilintar bisa merasakan kebahagiaan dan kasih sayang yang selama ini ia inginkan. Mulai saat ini hidupnya akan berubah dan hari-harinya akan diisi kasih sayang dari kedua kakaknya.
… FIN…
Hahhhhhhh akhirnya selesai juga… agak berat nih bikinya soalnya ali dibiki se-OOC mungkin tapi akhirnya tetep selesai…..
Thanks ya buat Willy0610 atas idenya maaf kalo gak sesuai harapan….. #nunduk…
Akhir kata review please… ^.^
