Naruto DxD :: True Longinus.

A Naru DxD Fanfiction by Tobi Tobio.

A/N ::

Alur tidak sejalan dengan Anime/Light Novel DxD.

Kejadian di ambil secara acak/tidak berurutan. Dengan sebuah pengembangan sesuai imajinasi Author.

Naruto pemilik True Longinus, Holy Spear.

Fraksi Pahlawan dihilangkan dan digantikan Fraksi Uciha.

Rate :: M (untuk kekerasan dan kata yang kurang/tidak

pantas untuk diucapkan)

Naruto DxD :: True Longinus.

Chapter 1 :: Namikaze Naruto.

Seorang pria tampan bersurai pirang terlihat memasuki salah satu Sekolah Elit di Tokyo. Kuoh Academy, Sekolah dengan gaya Eropa yang megah. Dulunya Sekolah itu adalah Sekolah Khusus Putri, tapi beberapa tahun terahir Sekolah ini menjadi Sekolah Campuran. Namun karena tingginya standar yang diterapkan Kuoh Academy, membuat Sekolah ini kurang diminati murid pria. Sehingga meski pun sudah di rubah menjadi Sekolah Campuran, tetap saja mayoritas peserta didik di Kuoh Academy tetaplah wanita.

Kembali pada pemuda bersurai pirang, yang bernama Namikaze Naruto, yang terlihat mulai memasuki Sekolah itu. Yap, karena mulai hari ini Naruto menjadi siswa Kuoh Academy dengan status murid pindahan tingkat ahir atau kelas tiga. Sangat tanggung memang, tapi karena suatu alasan, pria bermarga Namikaze itu harus pindah ke Kuoh Academy.

Dritt ...

Driittt ...

Ponselnya bergetar.

Client 3

Memanggil ...

Itulah tampilan yang dilihatnya saat mengambil ponsel merk terkenal di kawasan Eropa sana. Dan tanpa menunggu lama lagi Naruto pun segera menjawab panggilan masuk itu.

"Halo ..."

"Naruto? Kau sudah menjadi murid Kuoh Academy?" ucap si penelepon setelah Naruto menerima panggilannya.

"Ya. Tinggal mengurus berkas-berkas terahir saja" jawab Naruto singkat.

"Bagus". "Dengar Naruto. Misimu selanjutnya adalah pantau perkembangan kekuatan adik Maou Lucifer dan Serafall, juga Sekiryuutei" perintah si penelepon.

"Hanya itu?"

"Oh~ aku hampir lupa. Bereskan 'dia' sebelum membuat masalah!"

"Baiklah. Tapi bayaranku naik 5x lipat mengingat tugas yang kau berikan lebih banyak dari perjanjian semula" jawab Naruto santai.

"Keparat kau bocah tengik!". "Kau mau meme~"

Tuttt ...

Tuuutttt ...

Naruto memutus panggilan itu sebelum umpatan 'si penelepon' selesai. Yap, bukankah percuma mendengarkan umpatan seseorang yang ditujukan padamu? Setidaknya itulah yang di fikirkan pemuda bersurai pirang itu.

Dan diseberang sana, seorang pria paruh baya dengan surai pirang dibagian poninya saja itu mengumpat sambil menatap ponselnya. Agaknya pria itulah yang menelpon Naruto tadi.

"Bocah tengik sialan!" umpatnya.

"Kau terlihat kesal. Apa kau tadi menghubungi 'si pirang', Azazel?" tanya pria bersurai perak yang bernama Lucifer Vali, yang memasuki ruangan pria paruh baya atau sang Gubernur Malaikat Jatuh itu, tepat saat panggilan itu berahir.

"Ah~ Vali kau sudah kembali?". "Kuharap kau membawa berita bagus!" ucap Azazel mengabaikan pertanyaan Vali yang menurutnya tidak penting.

Meski cukup dongkol karena pertanyaannya di abaikan, sang Hukuryuukou pun pada ahirnya tetap menjawab pertanyaan Azazel.

"Cih! Meski cukup sulit aku berhasil menemukan Kuil Clan Senju. Hanya saja aku tidak bisa memasukinya". "Kuil itu sepertinya dilindungi sesuatu 'penghalang' yang sangat kuat" jawab Vali ketus. Masih terlihat ada kedongkolan di wajah tampannya.

"Bagus! Kau memang bisa kuandalkan" timpal Azazel dengan serangai kemenangan yang tergambar jelas diwajahnya.

'Dengan ini aku aku akan selamat dari pemerasan Naruto!' lanjutnya dalam batinan.

"Ehem~" Vali berdehem untuk menarik perhatian sang Gubernur Malaikat Jatuh itu.

"Aku ingin bayaran hasil kerjaku" ucapnya, setelah Azazel kembali memberikan perhatiannya pada pria bersurai perak itu.

"Apa?!". "Sejak kapan kau matrialistis seperti Naruto keparat itu 'hah!" teriak Azazel penuh rasa dongkol sekaligus terkejut. Dia tidak menyangka Vali akan mengikuti jejak Naruto yang selalu meminta upah setelah mengerjakan sesuatu.

"Tenang saja. Aku tidak akan meminta uang ataupun sesuatu yang aneh-aneh seperti Naruto" sangah Vali santai.

Azazel sedikit menghela nafas mendengar ucapan Vali, karena itu berarti uangnya tidak akan bobol atau kepalanya tidak akan pening karena permintaan yang aneh-aneh seperti yang selalu Naruto lakukan. Tapi sang Gubernur Malaikat Jatuh itu lupa satu hal, yaitu sifat dasar Vali. Apalagi kalau bukan sifat maniak bertarungnya.

Dan benar saja. Itulah yang menjadi permintaannya. Tentu saja secara tidak langsung ini akan menguras isi dompetnya atau membuat kepalanya pening (lagi). Karena target Vali adalah Naruto. Pemilik Sacred Gear Holy Spear yang materialistis -menurut Azazel-.

"Aku hanya ingin bertarung dengan Naruto lagi. Aku yakin kali ini aku mampu menang darinya!" ucap Vali penuh ambisi dengan serangai maniak pertarungannya.

Tik ...

Tiikkk ...

Tiiikkkk ...

'Keparat!'. 'Apanya yang tidak aneh-aneh!' umpat Azazel dengan wajah frustasi.

Kembali ke Kuoh Academy.

Naruto baru saja keluar dari Ruangan Kepala Sekolah. Sepertinya dia baru saja menyelesaikan berkas-berkas perihal kepindahannya. Entah di sadari atau tidak, dua sosok pria dan wanita terus menatapnya dengan tajam. Atau jika diperhatikan lebih detail lagi, mungkin hanya si wanita yang melakukan itu, sementara si pria hanya memasang wajah bingung.

"Saji kau merasakan sesuatu?!" tanya si wanita, gadis cantik berkacamata pada sosok pria disampingnya.

Sementara pria itu atau yang diketahui bernama Saji, Genshirou Saji, hanya menggelengkan kepalanya dengan wajah bingung.

"Entahlah Kaichou. Tapi yang jelas, tiba-tiba saja jantungku berdetak kencang" ucap Saji menatap gadis berkacamata yang dipanggilnya dengan sebutan 'Kaichou' itu.

"Begitu ya ..." gumam sang Kaichou a.k.a Sitri Sona.

"Eh~ Kaichou, Saji-kun. Kufikir kalian sudah pergi ke~"

"Tsubaki!" ucap Sona memotong ucapan gadis berkacamata baru yang bernama Tsubaki, Shinra Tsubaki yang baru keluar dari Ruang OSIS. Yang secara kebetulan atau tidak bersebelahan dengan Ruang Kepala Sekolah.

"I-iya Kaichou!" tanggap Tsubaki cepat.

"Ikuti pemuda itu!". "Tapi jangan melakukan hal yang membahayakan dirimu!" perintah Sona dengan tegas.

"Ke~". "Aku mengerti!" ucap Stubaki setelah merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan Saji.

Tanpa permisi lagi Stubaki, sang Ratu Kelompok Sitri itu mengikuti Naruto yang terus melenggang tanpa sadar sedang diawasi oleh Kelompok Sitri.

"Memangnya kenapa dengan pemuda itu, Kaichou?" tanya Saji yang setia dengan wajah bingungnya.

"Akan aku jelaskan saat kita sampai ditempat Rias!" jawab Sona lalu mulai berjalan menuju tempat Rias, salah satu Iblis Kelas Atas lain, selain dirinya yang menjadikan Tokyo sebagai Teritorinya.

"Maksudmu salah satu Iblis Kelas Atas dari Clan Gremory itu?"

Sona tidak menjawab pertanyaan sang Pion. Gadis itu lebih memilih untuk memikirkan apa motif 'pemuda beraura Suci' itu memasuki Teritori Iblis. Penyusupkah?

'Siapa dia sebenarnya? Meskipun aku tau dia sudah menekan Aura Sucinya ketingkat paling rendah, tapi nyatanya Aura Suci itu masih terasa cukup pekat menguar dari tubuhnya!'. 'Dia pasti bukan orang sembarangan!' batin Sona dengan wajah seriusnya.

Sementara Saji, memilih diam melihat wajah serius Sona. Terlalu banyak bertanya, bisa-bisa dia menjadi objek pelampiasan sang Kaichou yang terkenal tegas dan dingin itu.

Naruto DxD :: True Longinus.

Ruang Club Kendo.

Naruto terlihat berdiri didepan pintu Ruangan tersebut, menatap Papan Nama Ruangan Club Kendo dengan wajah penuh minat.

"Aku tidak menyangka, ada Club yang seperti ini" gumamnya seraya memasuki Ruang Club Kendo.

Di dalam Ruang Club Kendo, seorang pria bersurai pirang terlihat sedang berlatih pedang menggunakan Boken. Dan kedatangan Naruto secara tidak langsung menghentikan aktifitas pemuda pirang bernama Yuuto Kiba itu, dalam berlatih pedang.

Naruto cukup tau diri dengan kehadirannya yang mengganggu acara latihan Kiba.

"Maaf aku tidak tau jika ada orang didalam" ucap Naruto membungkuk sopan, lalu berbalik bermaksud keluar dari Ruangan itu.

Kiba hanya tersenyum ramah membalas sikap sopan Naruto. Tapi sedetik kemudian, mimik ramahnya berubah mengeras dengan butiran keringat yang mengalir deras diwajah tampannya.

"Pe-perasaan ini ..." gumamnya sambil memegangi dadanya. Merasakan detak jantungnya yang berdetak cepat seiring perasaan tak menentu yang dirasakannya.

"Tidak salah lagi ...". "Aura Suci!" ucap Kiba dan Stubaki secara bebarengan ditempatnya masing-masing. Stubaki yang masih setia membuntuti Naruto, merasa was-was melihat expresi Kiba yang mengeras saat mengetahui Naruto, 'si murid pindahan' itu memancarkan Aura Suci. Walau bagaimana pun dia tau cerita masa lalu Kiba dari Sona, dan itu membuatnya sangat gelisah.

'Gawat!' bantinya gelisah melihat gelagat Kiba.

'Apa aku harus keluar dari tempat persembunyianku?!'

Naruto sendiri menghentikan langkahnya saat suara Kiba menginterupsi langkahnya.

"Tunggu!". "Kurasa kau tertaring dengan Pedang, mau berlatih tanding denganku?" ucap Kiba cukup lantang, supaya Naruto yang berada cukup jauh darinya mampu mendengar ucapannya.

Naruto berbalik menatap sosok yang pemuda pirang itu.

"Sejujurnya iya, tapi ..." ucapnya menggantung.

"Aku tidak terlalu mahir dalam menggunakan pedang". "Jadi~"

Ucapan Naruto terpotong karena Kiba melemparkan Boken yang digenggamnya ke arah Naruto dan ditangkap dengan baik oleh sang Namikaze.

"Aku memaksa!" ucap Kiba. Wajahnya semakin mengeras saat mendapat penolakan dari Naruto. Terlihat jelas jika Kiba seperti membenci Naruto, meski mereka baru bertemu. Sang Kuda dari Gremory itu berjalan ke arah Rak Penyimpanan Boken, mengambil salah satunya lalu kembali menatap Naruto.

"Ayo mulai!" desisnya. Lalu menerjang kearah Naruto dengan Boken terhunus pada sang Namikaze.

Stubaki semakin gelisah melihat pertarungan mereka. Meski tidak terlalu kuat, tapi baik Kiba atau pun Naruto, secara perlahan mereka meningkatkan Aura yang mereka miliki. Sial jika benar Naruto adalah Exorcist, tentu saja ini adalah sebuah konfrontasi. Dan sialnya Fraksi Iblis seolah-olah menerimanya dengan Kiba yang bertindak ceroboh. Menantangnya duel meski dengan modus latihan tanding.

Apa akan terjadi perang?!

'Tidak ada pilihan lain. Aku harus memberitau Kaichou dan Rias-Buchou!' batin Tsubaki lalu berlari menjauh dari tempat persembunyiannya. Dengan tergesa-gesa Tsubaki berlari menuju Ruang OSIS. Dan karena saking paniknya, dia lupa satu hal. Sona saat ini berada di Ruang Penelitian Ilmu Gaib, menemui Rias.

Poor Stubaki!

Sementara di tempat Sona dan Rias di Ruang Club Penelitian Ilmu Gaib.

Dua Iblis Kelas Atas itu sedang berbincang-bincang, dengan Budak-Budak Rias yang berdiri di belakang Sofa yang diduduki sang Raja, Rias. Minus Kiba tentu saja. Sedangkan di belakang Sona hanya ada Saji. Tentu saja, karena hanya dia yang dibawa sang Sitri. Setelah mengenalkan Budak-Budak mereka satu sama lain Sona mulai menyinggung tentang masalah Naruto. Maksud lain kedatangannya ke tempat Rias.

"Rias. Ada hal lain yang ingin kubicarakan selain perkenalan Budak baru kita". "Ini soal Namikaze Naruto, Murid pindahan dari Inggris itu!" ucap Sona mencoba bersikap kalem.

"Namikaze Naruto?!". "Sepertinya aku cukup familiar dengan nama itu" gumam Issei, sang pemilik dari salah satu Heavenly Dragon, Ddraig. yang tersegel dalam Sacred Gear Booster Gear.

"Ara Ara Issei-kun, apa kau tidak tau, dia adalah Manusia terkaya di dunia. Memiliki beberapa Club Bola Elit, juga pemilik beberapa Perusahaan Elektronik Ternama di Eropa". "Singkatnya dia adalah penguasa Eropa dalah beberapa hal!" ucap Akeno menerangkan perihal siapa Namikaze Naruto.

"Dan dia cukup sering muncul di Televisi saat ini, karena rencananya yang akan membangun beberapa Perusahaan yang bergerak dibidang Otomotif di Jepang". "Dia adalah satu-satunya manusia dengan Aset kekayaan yang melebihi Clan Sitri dan Gremory di dunia manusia" lanjut Rias.

"Lalu apa masalahnya Sona?". "Bukankah kita sudah mengecek semuanya sebelum menerima pemuda itu? Dan tidak ada masalah dengan itu bukan?!"

"Ini bukan soal latar belakangnya, tapi ini soal personalnya!". "Dia memiliki Aura Suci!" jawab Sona dengan penekanan di kata Aura Suci.

Semua orang yang berada di tempat itu terkejut mendengar penuturan Sona. Termasuk Saji yang baru mengerti alasan kenapa saat itu dia tiba-tiba saja merasa gelisah.

"Jadi itu alasannya ..." gumam Saji.

"Aku mengerti. Aura Suci adalah musuh utama Iblis, pantas jika aku merasa gelisah saat itu" lanjutnya masih sibuk bergumam sendiri.

"Aku dan Saji merasakannya sendiri. Aura Sucinya terasa cukup pekat meski sudah di tekan". "Tapi tenang saja, saat ini aku sudah meminta Tsubaki untuk mengawasi Naruto itu" terang Sona lagi, seraya membetulkan letak kacamatanya.

"Kau memang bisa di andalkan Sona, lalu dugaanmu?" tanya Rias masih terlihat santai. Meski nyatanya butiran keringat sudah memenuhi pelipis sang Gremory.

"Dua hal. dia adalah Exorcist atau pemilik Holy Sacred Gear!"

"Begitu ya ..."

"Tapi aku lebih suka dugaanmu yang ke dua". "Bukankah selama ini kita tau jika Exorcist tidak pernah menimbun kekayaan" ucap Rias, mengutarakan penilaiannya.

"Kau terlalu kolot Rias. Ini 2015! Kau fikir darimana mereka memenuhi biaya Oprasionalnya?!". "Dari para Donatur? Itu tidak akan cukup!" timpal Sona sedikit kesal, entah karena apa.

"soal itu ..." Rias tidak mampu beradu argumen.

Tidak ada kata yang tepat untuk gadis itu ucapkan, guna membela argumentasinya. Tepat sekali apa yang dikatakan Sona. Tidak mungkin Fraksi Surga hanya mengandalkan pemberian Donatur untuk Oprasional Umatnya yang tersebar di seluruh Dunia, itu tidak akan cukup.

Dan faktanya, Fraksi Iblis pun mulai memperkaya diri mereka di dunia manusia, seiring dengan keputusan yang di ambil pemimpin mereka, menjadikan Manusia sebagai Budak guna memperbayak Ras mereka secara instant. Setelah hampir punah akibat perang ratusan tahun lalu.

"lalu rencanamu?!" ucap Rias ahirnya, setelah cukup lama bergulat dengan fikirannya sendiri.

"Jika benar dia adalah Exorcist, bukankah itu sebuah konfrontasi dari Fraksi Surga!". "Mengirim seseorang masuk kedalam Teritori Iblis, apa mau mereka?!" lanjut Rias dengan wajah serius.

"Karena itulah. Kita harus memeriksanya dulu, bukankah itu baru asumsiku" ucap Sona. Lalu menciptakan sebuah Lingkaran Sihir kecil ditangan kanannya. Sepertinya dia menghubungi seseorang.

Dan benar saja, sebuah miniatur seorang gadis berpakaian Maid muncul dari Lingkaran Sihir itu.

"Sona-Sama. Ada yang bisa saya bantu?!" ucap 'gadis miniatur' itu.

"Cari Informasi lengkap tentang Namikaze Naruto, murid pindahan dari Inggris itu!" ucap Sona pada gadis itu.

Si gadis membungkuk hormat sebagai tanda menerima perintah Sona. Dan setelah itu, Sihir Komunikasi itu pun berahir.

"Rias. Bantu aku mengawasi Namikaze Naruto ..." ucap Sona pada gadis bersurai merah itu.

"Juga Kiba!" lanjutnya dengan penuh penekanan.

"Aku tau. Akan sangat merepotkan jika dia tau tentang ini" timpal Rias mengerti.

Setelah dirasa perbincangan cukup, Sona bermaksud undur diri. Tapi gerbakan pintu menghentikan sejenak keinginannya itu. Siapa lagi kalau bukan Tsubaki yang melakukan itu. Semua mata mengarah pada Tsubaki yang terlihat ngos-ngosan setelah berlari dari Ruang Club Kendo, OSIS dilanjut ke Ruang Club Penelitian Ilmu Gaib. Lelah? tentu saja. Meski dia Iblis tetap saja aksi larinya membuat gadis itu lelah.

"Tsubaki?!". "Sedang apa kau disini, bukankah aku menyuruhmu mengawasi Namikaze Naruto?!" ucap Sona setelah sadar dari keterkejutannya.

"Ka~ hosh ... Ka~ hosh ..." Tsubaki berusaha menyampaikan sesuatu, tapi selalu terpotong oleh nafasnya sendiri yang terengah-engah.

Dan entah sejak kapan Gadis loli bernama Toujou Koneko sudah berada didepan Tsubaki sambil menyodorkan sebotol air mineral pada gadis berkacamata itu. Meski sempat kaget, Tsubaki menyambar air mineral itu dari Koneko. Tentu saja setelah mengucapkan terima kasih. Dan jawaban Koneko, hanyalah anggukan.

"Gawat Kaichou! Rias-Buchou!" ucap Stubaki lancar setelah menenggak setengah dari isi air mineral yang diberikan Koneko.

Naruto DxD :: True Longinus.

Sona, Tsubaki, Saji juga Rias dan kelompoknya berlarian dari Ruang Club Penelitian Ilmu Gaib menuju Ruang Club Kendo, tempat berlangsungnya pertarungan Naruto dan Kiba. Setelah Tsubaki menjelaskan semuanya, mereka langsung berlarian ke tempat itu dengan wajah tegang berharap semuanya belum terlambat.

"Kuharap semuanya belum terlambat!". "Yuuto ..." gumam Rias sambil terus berlari dengan mimik cemas.

Beberapa siswa-siswi yang melihat mereka berlarian dengan wajah cemas, hanya memasang wajah bingung. Tentu saja, ini kali pertama seorang Rias dan Akeno yang dikenal sebagai Duo Onee-Sama, berlarian seperti itu. Tidak ada sikap elegan yang biasanya selalu terpancar dari Duo Onee-Sama itu.

"Ada apa?!"

"Tidak biasanya Rias-Oneesama dan Akeno-Oneesama berlarian seperti itu!"

"Mungkinkah ada sesuatu yang gawat?"

"Mereka juga berlari bersama Sona-Senpai dan Stubaki-Senpai!"

"Eh lihat! Dibelakang mereka ada Monster Mesum. Ini benar-benar gawat, ayo selamatkan mereka!"

Itulah bisik-bisik yang disuarakan penghuni Kuoh Academy saat melihat mereka bersikap tidak seperti biasanya. Dan sialnya bagi Issei dia dituduh menjadi biang keladinya, mengingat dia berlari paling belakang dan terkesan seperti mengejar gadis-gadis terpopuler di Kuoh.

"Oi Iblis Mesum sialan! Lepaskan Onee-sama kami!" teriak mereka yang ikut berlarian mengejar Onee-Sama mereka yang diduga dikejar-kejar Hyoudou Issei, sang Iblis Mesum.

"Keparat! Ini tidak seperti yang kalian fikirkan brengsek!" balas Issei juga berteriak dengan panik melihat orang-orang itu memberikan 'hawa permusuhan' pada dirinya.

Sementara di Ruang Club Kendo.

Naruto dan Kiba masih terus bertarung dengan sengit. Tapi meski begitu, mereka tetap tidak mengeluarkan seluruh kemampuan penuh mereka. Mengingat saat ini tempat itu dipenuhi penonton dadakan yang ingin menyaksikan pertarungan sang Pangeran Kuoh melawan sang Raja Eropa, julukan yang diberikan pada duo pirang itu.

Hingga pada ahirnya, Boken yang dipakai Kiba patah meskipun sudah di aliri Aura Iblisnya. Membuat secara tidak langsung Narutolah pemenangnya, karena Bokennya masih utuh. Para penonton dadakan langsung berteriak histeris menyerukan nama mereka, Walau bagaimana pun skill berpedang mereka seimbang. Yang membedakan hanyalah pawer, terlepas dari kenyataan bahwa Narito manusia biasa dan Kiba yang seorang Iblis. Disaat itu pula Rias, Sona dan yang lainnya sampai ditempat itu.

Namun, benarkah Namikaze Naruto manusia biasa?!

'Aku kalah?' batin Kiba merasa lemah dengan kemampuannya saat ini.

"Skill berpedangku menurun drastis ..."

"Mungkin karena aku jarang menggunakannya" gumam Naruto. Dan itu cukup jelas didengar oleh Kiba.

"jarang?!". "Apa maksudmu?!" cecar Kiba.

"Yah soal itu~"

"Yuuto!" teriakan Rias menginterupsi ucapan Naruto.

Plaakk ...!

Tanpa ba-bi-bu lagi Rias langsung menampar pipi Kiba. Semua itu membuat Sona dan Akeno terkejut. Selama ini Rias dikenal sangat menyayangi Budaknya dan tidak pernah melakukan itu meskipun mereka melakukan kesalahan, tapi saat ini ...

Dan Naruto pun cukup terkejut tentang itu.

'Apakah melakukan latihan tanding itu dilarang?!' batinnya salah fokus dengan situasi yang sebenarnya.

'Iblis-Iblis ini ternyata memiliki aturan yang rumit' lanjutnya.

Mungkinkah karena salah satu dugaan mereka bahwa Naruto adalah Utusan Fraksi Surga, sehingga sedikit saja gesekan akan kembali menimbulkan perang antara Fraksi Surga dan Fraksi Iblis dan bukan tidak mungkin jika itu terjadi, Fraksi Malaikat Jatuh pun akan ikut serta. Mengingat mereka adalah musuh bebuyutan. Dan agaknya Rias cukup khawatir itu akan terjadi. Sona segera sadar akan situasi yang terjadi, sehingga dia segera membubarkan para penonton dadakan itu.

"Baiklah semua sudah selesai disini, sebaiknya kalian segera kembali ke Kelas Kalian masing-masing. Sebentar lagi pelajaran akan segera dimulai!" ucap Sona berusaha membubarkan para penonton dadakan itu.

Meski ada keluhan ketidakpuasan yang disuarakan mereka, tapi mau bagaimana lagi, berurusan dengan OSIS adalah hal yang paling dihindari di Kuoh Academy. Mengingat mereka adalah kumpulan orang-orang kejam dan begitu menjunjung tinggi sebuah aturan yang tanpa pandang bulu akan menindak tegas siapa pun yang 'membandel'. Jadi seperti inilah, mereka mulai membubarkan diri dan kembali ke kelasnya masing-masing.

Setelah keadaan sepi, dan tinggal hanya ada Rias kembali angkat bicara.

"Namikaze-San. Siapa kau sebenarnya?!" tanya Rias dengan penuh penekanan. Dan itu pun terjadi dengan Aura Iblisnya yang meningkat drastis, bahkan membuat Issei dan Saji mengambil langkah mundur, merasakan sesuatu yang tidak mengenakan.

"Jangan membuat masalah disini. Kau taukan ini adalah Teritori Iblis!" lanjut Sona juga dengan intensitas Aura yang meninggi.

"Kami tau jika dalam tubuhmu tersimpan Aura Suci! Siapa kau. Exorcist kah?!" lanjut Sona.

Sementara yang ditanya hanya santai-santai saja, tidak merasa terintimidasi sedikit pun. Bahkan setelah Budak-Budak mereka melakukan hal yang sama, meningkatkan Intensitas Aura Iblis mereka. Minus Kiba, Saji dan Issei.

Issei dan Saji jelas karena mereka Iblis baru dan karena masih belum terlalu mahir menguasai kekuatan Iblis mereka. Sedangkan Kiba, pikirannya terus berkecamuk. memikirkan perkataan Naruto. Menurun drastis. Seberapa kuat kah dia sebelumnya?! Dan faktanya, kemampuan Kiba hanya setingkat dengan sang Pangeran Eropa itu saat kemampuan berpedangnya menurun.

Beralih pada Naruto, pria bersurai pirang itu malah teringat kembali perbincangannya dengan Azazel sebelum menerima Misi ini.

"Apa-apaan ini?!". "Setidaknya berikan informasi yang lebih spesifik lagi tentang targetku?!"

"Santai bocah, kau tidak perlu mencari mereka. Karena mereka akan menemuimu sendiri". "Yang perlu kau lakukan hanyalah tidak bertindak mencurigakan. Itu saja"

'Malaikat Jatuh keparat!'. 'Jadi seperti ini maksud ucapannya waktu itu, apa dia bermaksud membunuhku?!'

'Tapi ... Apa karena aku memiliki banyak Senjata Suci, sehingga meski kutekan sedemikian rupa, tetap saja mampu dirasakan begitu mudah oleh mereka' batin Naruto.

"Jawab pertanyaan kami Namikaze Naruto!" desis Rias tidak sabar, melihat Naruto malah melamun.

Dan agaknya itu membuat pemuda pirang itu tersadar dari lamunannya.

"Ah~ maaf-maaf" ucapnya sambil tersenyum hambar.

"Aku bukan Exorcist. Aku hanya pemilik Holy Sacred Gear". "Tepatnya True Longinus, Holy Spear!" lanjut Naruto santai.

"Be~"

Teeetttt ...!

Belum sempat Rias menyelesaikan ucapannya, bel masuk sudah menggema di Kuoh Academy. Itu artinya semua Pelajar disekolah itu mau tidak mau harus masuk ke kelasnya masing-masing. Tidak terkecuali pada Iblis Penguasa Kuoh dibalik layar ini.

"Jangan anggap ini sudah berahir Namikaze Naruto, ini baru dimulai!" ancam Rias lalu pergi dari tempat itu, diikuti Budak-Budaknya.

Sona menatap Naruto sesaat yang masih terlihat santai meski pun terus diintimidasi Kepala Keluarga Clan Gremory itu. Setelah membetulkan letak kacamatanya, lalu menepak pundak si pirang.

"Namikaze-San, entah kenapa aku percaya padamu". "Tapi seperti yang diucapkan Rias tadi ini belum berahir, mendapatkan kepercayaanku saja tidak cukup untuk bisa hidup tenang di Kuoh. Kau juga harus meyakinkan Rias, karena kami adalah Penguasa Tempat ini" ucap Sona.

Suaranya tidak sekeras tadi. Meski sebenarnya Sona pun meragukan pengakuan Naruto, tapi bukankah itu yang mereka harapkan. Ini akan jauh lebih mudah jika Naruto tidak terikat dengan Fraksi manapun. Dan secara tidak langsung, bukankah dugaan kehadiran 'Pemuda Beraura Suci' adalah bentuk konfrontasi Fraksi Surga menjadi nol, meski belum tentu kebenarannya.

Setidaknya itulah yang ada difikiran Sona dan yang menjadi pertimbangannya saat ini.

"Pergilah ke kelasmu Namikaze-San. Murid baru (pindahan) tidak baik melanggar aturan dihari pertamanya!" setelah mengatakan semua itu, Sona lalu pergi dari Ruang Club Kendo. Diikuti Tsubaki dan Saji, juga Naruto.

"Kaichou, apa tidak apa-apa mempercayainya begitu saja?!" bisik Stubaki.

Sementara bukan Sona yang menjawab, tapi malah Naruto yang membuka suara.

"Aku dengar loh!" keluh pemuda bersurai pirang itu.

"Bodo! Lagi pula kenapa kau malah mengikuti kami. Keberadaanmu membuatku gelisah tau!" balas Stubaki sambil menunjuk-menunjuk wajah Naruto yang berada tepat lima langkah dibelakang mereka.

"mau bagaimana lagi, kita sekelas"

"Kaichou!". "Katakan kalau itu bohong!" pinta Stubaki pada sang Kaichounya.

"Sayangnya itu benar ..." jawab Sona singkat.

Tsubaki benar-benar terkejut dengan jawaban Sona. Bahkan kacamata yang dikenakan gadis itu hampir jatuh karena wajahnya yang saat ini sedang melongo. Yah, meski terkesan sepele, tapi menurutnya ini sangat penting. Bagaimana mungkin kau bisa fokus belajar saat perasaanmu gelisah tak menentu?! Tidak akan bisa!

Poor again Stubaki!

"Kalau boleh jujur aku juga menyesal tentang itu"

Sementara Naruto hanya tersenyum hambar melihat kejujuran mereka yang jelas-jelas menunjukan ketidak sukaannya dengan keberadaannya.

'Jujurnya ...' batin si pirang.

Waktu terus berlalu dan selama pelajaran berlangsung penuh kegelisahan untuk Sona, Stubaki, Rias juga Akeno yang sialnya sekelas dengan Naruto itu ahirnya berahir. Dengan sigap hampir disetiap kelas terdengar teriakan penuh suka cita, tak terkecuali dikelas Naruto. Teriakan penuh suka cita itu terdengar begitu keras hingga membuat telinga si pirang terasa sakit.

Kelas itu mulai sepi ditinggalkan penghuninya, tapi Naruto masih duduk manis ditempatnya meski sudah selesai membereskan semua peralatan sekolahnya. Dia tau sedari tadi, selama pelajaran berlangsung mereka, Iblis-Iblis itu terus mengawasinya.

'Dilihat dari gelagatnya mereka sepertinya merencanakan sesuatu'. 'Aku penasaran apa yang akan mereka lakukan selanjutnya' batin Naruto seraya menyaksikan Sona dan Rias yang terus berbisik-bisik sambil sesekali melirik kearahnya.

"Namikaze-San. Bisa bicara sebentar?" ucap Rias yang mendekati tempat Naruto setelah selesai berbisik-bisik. Diikuti Sona, Tsubaki dan Akeno.

"Silahkan"

"Tidak disini. Tapi diruang Clubku!". "Kita akan bicara sambil minum teh, bagaimana?" tawar Rias.

"Bagaimana kalau aku menolak?" tantang Naruto dengan santainya.

"Kami akan menganggapmu musuh!" balas Rias dengan angkuhnya.

"Aku terima" jawab Naruto masih dengan santainya.

'Untuk memantau kekuatan mereka, aku harus tau dulu batasan kekuatan mereka'. 'Jalan termudah adalah menempatkan diriku sebagai musuh'

"Jadi bagaimana dengan itu. Nona Gremory?!" tantang Naruto sambil berjalan keluar kelas.

Rias menggeram kesal, sementara Sona hanya menatap bingung Naruto yang menurutnya bersikap aneh. Instingnya menangkap Naruto seolah-olah sedang mengamati sesuatu. Tapi apa?!

Great Sona! Kau memang cerdas!

"Awas kau Namikaze!" gumam Rias penuh emosi sambil menatap punggung Naruto.

Meski cukup kesal dengan sikap Naruto, nyatanya mereka tidak bisa bertindak secara gegabah. Salah-salah, mereka lah yang akan berada dalam masalah, mengingat kekuatan pemuda bersurai pirang itu tidak lah sembarangan.

Dan hari-hari penuh kejutan untuk Rias, Sona juga Kelompoknya masih akan terus berlanjut!

BERSAMBUNG

Note :: Next Chapter 5 februari 2015 (1 minggu kemudian)

REVIEW-NYA PLEASE!

vvvvvvvv

vvvvv

vvv

v