Hi there..
Minta map dulu ah…
Aku tahu banget 2 cerita sebelumnya aja belum selesai, tapi idenya muncul tiba-tiba. Kalo ga buru-buru di tulis keburu lupa. Maklum pikun sih ^^
Kali ini kuputuskan buat nulis one shot ( atahu mungkin two shot^^) aja. Karena ga tAkut ga sanggup lanjutin
Di kesempatan ini, Aku mau say thank you buat Om Ronan Keating dkk. atas lagu-lagunya yang inspiratif ^^
And thanks to The Great kon sama yang udah bantuin Aku ngebikin story line ini. Aku harap ini tidak mengecewakan. *kiss and hug*
Sebelumnya Aku juga mau minta maap lagi kalau masih banyak kesalahannya.
So please enjoy
EVERY DAY I LOVE YOU
Setting : KarAkura town after winter war
Pairing : Kurosaki Ichigo & Kuchiki Rukia (belum mampu bikin pairing yang lain)
Disclaimers: Bleach is not mine and never be mine ( it's belongs to Tite Kubo sensei) . If Bleach is mine, i'll make Inoue disappears. Peace
Summary : Ichigo merasa ada yang aneh dengan perasaannya. Dia bertanya pada setiap orang yang dia temui. Akhirnya Rukialah yang menyadarkanya. Disaat Ichigo memutuskan untuk bertindak, Inoue terlanjur menyatakan perasaannya terlebih dahulu. Apa yang akan Ichigo lAkukan? Dan apa yang sebenarnya dirasakan oleh Rukia?
Pagi itu Ichigo terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang aneh. Dia merasa seperti ada yang kurang dalam hidupnya, dalam hatinya. Dia kerap bertanya, apakah perasaan itu, dan mengapa dia bisa merasakan hal seperti ini.
Tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu disusul dengan suara yang memanggil namanya.
"Ichi-nii, sarapan sudah siap. Karin dan ayah sudah menunggu di bawah.'
Setelah itu terdengar suara langkah kaki menjauh. Dan Ichigo bergegas menuju kamar mandi dan berganti pakaian. Dan setelah itu, dia pun keluar dari kamarnya dan menuju dapur, dimana semua anggota keluarganya sudah berkumpul untuk sarapan pagi. Setelah sampai, dia segera mengambil tempat duduk di antara Karin dan Yuzu. Melihat sekelilingnya, Ichigo kembali merasakan perasaan yang dirasakannya saat bangun tidur tadi.
Isshin menyadari ada yang berbeda dengan Ichigo. " ada apa Ichigo. Kenapa hari ini kamu sangat lain dari biasanya?"
"Diam kau," jawabnya singkat
"Apakah ada hal aneh yang kau rasakan?" Tanyanya lagi
"Sudah kukatakan, diam kau" jawabnya
"Oh… Masaki, apa yang telah kuperbuat sehingga Aku telah membesarkan anak yang tidak menghormati orang tuanya? Apa salah ku?" ujar Isshin dengan pura-pura menangis sambil berlari menuju poster besar mendiang istrinya.
Tangan Ichigo mulai mengepal. Karin menyadarinya dan segera mencoba menenangkan kakaknya itu. " sudah lah ichi-nii… jangan dengarkan celotehan orang tua tidak berguna itu. Lebih baik kau cepat habiskan makananmu sebelum menjadi dingin."
"Hey Karin, apa kau tahu? Kau mulai menjadi seperti Yuzu," kata Ichigo mengejek
"Terserah" jawabnya singkat
"Onii-chan, sepertinya ada yang sedang mengganggu pikiranmu. Kau bisa menceritakan semuanya pada ku, jika kau mau." Tanya Yuzu
"Kau benar anakku. Kau bisa menceritakannya kepada kami. Itulah gunanya keluarga." Kata Isshin seraya menepuk bahu Ichigo dan mengedipkan sebelah matanya. Dan hal itu membuat Ichigo semakin merasa berang. Dan tanpa persiapan, kepalan tinju Ichigo telah menyapa wajah ayahnya.
"Hentikan itu. Kau membuatku jijik." Katanya. "Aku sedang dalam mood yang tidak bagus. Aku akan pergi keluar mencari angina segar," lanjutnya lagi seraya berdiri dari kursiny, dan berjalan keluar dapur menuju pintu keluar.
Isshin pun hanya bisa menatap kearah pintu yang baru saja dilalui oleh Ichigo. 'Anak itu. Sampai kapan dia akan menyadarinya? Semoga tidak akan memakan waktu lebih lama lagi dari ini,' ujarnya dalam hati
Ichigo POV
Di sepanjang jalan Aku terus memikirkan perasaan aneh yang muncul hari ini? Karena ini adalah perasaan yang sama sekali baru bagi ku.
"Yo Ichigo"
Tiba-tiba saja Aku kembali ke kenyataan. Dan Aku pun mendapati 'teman-musuh' ku berdiri di hadapanku.
"Yo, Ishida." Jawabku singkat
"Apa yang sedang kau lAkukan. Berjalan-jalan di tengah kota tanpa memiliki tujuan?" Tanyanya, dan Aku mendapati sedikit nada menyindir pada pertanyaannya itu.
"Ya, begitulah. Aku sedang ingin snediri dan tidak mau diganggu oleh siapapun, juga olehmu." Jawabku tajam
"Sepertinya kau sedang memiliki masalah. Kau tahu, mungkin kau butuh seseorang untuk menceritakan masalahmu itu. Mungkin orang tersebut bisa membantu mencarikan jalan keluarnya," kata Ishida, dan itu membuatku jengkel.
"Seperti biasanya, Ishida. Kau sangat sok tahu."jawabku
"Kenapa hari ini kau cepat marah? Oh, Aku tahu. Pasti kau terbangun di pagi hari ini dengan mood yang tidak bagus. Dan,oh, biar ku tebak, kau sedang memikirkan potongan yang hilang dalam hidupmu," ujarnya dengan rasa percaya diri yang tinggi.
Mendengar hal itu, Aku terbelalak dan tidak bisa mengatupkan rahang ku. Jujur Aku terkejut. Mengapa Ishida bisa tahu apa yang kini tengah kurasakan.
"Oi ichida, kenapa kau bisa tahu semua itu?" tanya ku
"Tentu saja Aku tahu. Hanya dengan melihat wajahmu saja, Aku sudah bisa menebak apa yang tengah kau pikirkan sekarang." jawabnya sambil membetulkan posisi kaca matanya.
"Lalu... apa yang harus ku lAkukan Ishida? Aku sangat bingung....." kata ku pelan
"Temukan jawabannya dalam hatimu. Aku harus pergi. Good luck,"katanya sambil lalu.
"Oi.. tunggu Ishida," kata ku sambil berusaha mengejarnya.
Tapi entah mengapa dia cepat sekali menghilang dari pandanganku.
'Sial.. kenapa si Ishida itu bisa mengetahui apa yang kurasa sekarang? Apa semua itu terlihat jelas diwajahku' pikirku dalam hati.
"Yo Ichigo"
Mendengar suara seseorang memanggil diriku, Aku pun segera menoleh ke arah suara itu berasal. Dan Aku medapati sosok besar berdiri di belakang ku.
"Yo chad, apa yang sedang kau lAkukan di sini?" tanya ku
"Sedang mencari udara segar. Hmm.. nampaknya ada yang sedang kau pikirkan ya?" tanyanya penuh perhatian.
'Bagaimana semua orang tahu apa yang kupikirkan,' jeritku dalam hati.
"Iya, kau benar chad. Tapi bagaimana mungkin kau tahu apa yang kurasakan sekarang?" tanya ku
"Semua tergambar jelas di wajahmu. Dan jawabannya ada di hatimu. Temukanlah segera sebelum kau menyesal nantinya."kata chad
"Huh. Kau seperti seorang profesional ya??" katAku mengejek
"Huh"
Orihime's apartment
"Nee, Kuchiki-san. Terima kasih kau mau mengunjungi ku"
"Ya, tak perlu sungkan. Aku akan selalu ada untuk mu"
"Terima kasih, Kuchiki-san." kata Inoue sambil memeluk Rukia erat
"Inoue.. Aku... tidak... bisa... bernafas...."
"Oh. Maaf Kuchiki-san" katanya seraya melepaskan pelukannya
"Nah Inoue, apa yang ingin kau bicarakan dengan ku?" tanya Rukia
"Begini, Kuchiki-san.." katanya terbata-bata dan wajahnya mulai memerah
"Hmm..."
"Aku sudah memendam perasaan ku ini sejak pertama Aku bertemu dengannya. Karena terlalu tAkut untuk mengutarakannya, maka Aku memilih unyuk menyimpan perasaan itu jauh di dalam hati ku." ceritanya
"Apakah Aku tahu siapa orang yang beruntung itu?" tanyAku penasaran
"Tentu kau tahu Kuchiki-san." Jawabnya
"Keberatan untuk memberitahu ku?" desak Rukia
"Hmm.." muka Inoue mulai memerah. "Pria itu adalah Kurosaki-kun," ujarnya berbisik
"Kuro… saki…?? Ichigo?" Tanya Rukia terheran-heran
Inoue menjawabnya dengan anggukan.
"Hahaha… Aku sudah menyadarinya dari awal. Aku akan menolong mu. Sekarang, apa yang kau ingin Aku tuk lAkukan?" Tanya Rukia seraya menghapus airmatanya.
"Terima kasih Kuchiki-san. Bila kau bertemu dengan Ichigo, katakana padanya kalau Aku menunggunya di taman sore ini." Katanya dengan wajah yang lebih merah dari pada apel
"Oke. Akan ku lAkukan. Sekarang Aku harus menemui Ichigo." Kata Rukia seraya bangun dari tempat duduknya dan melangkah menuju pintu keluar apartemen Inoue.
"Aku bergantung padamu Kuchiki-san. Aku berhutang budi padamu." Kata Inoue sambil mengantar Rukia menuju pintu keluar.
"Hanya ini yang dapat ku lakukan untuk menolong mu, Inoue." Kata Rukia dan mendapat pelukan erat dari Inoue. "Aku pulang dulu ya" katanya lagi sambil berjalan menjauh dari apartemen Inoue dan melambaikan tangan pada Inoue yang juga melambaikan tangannya "Good luck!" teriak Rukia dari jauh. Dan cukup membuat wajat Inoue semakin memerah
'Paling tidak, itu yang dapat Aku lAkukan setelah semua yang telah kuperbuat pada Ichigo.'
Rukia POV
Mendengar pernyataan Inoue tadi, entah mengapa ada sedikit perasaan aneh yang muncul dihatiku. Aku yakin itu bukan karena rasa cemburu. Tapi lebih dari itu.
Aku merasa sangat bersalah atas semua yang telah ku lAkukan pada Ichigo. Aku selalu berusaha menepis rasa bersalah itu. Tapi pada saat-saat tertentu, perasaan bersalah itu mengambil alih pikiranku seutuhnya.
Aku kerap menyalahkan diri sendiri atas luka-luka dan jalan hidup yang berat yang harus Ichigo terima dan tempuh.
Seandainya saja Aku tidak bertemu dengannya. Dia tidak harus menderita seperti ini.
Ichigo POV
'Mengapa semua orang bertingkah seakan-akan mereka tahu apa yang kini tengah ku rasakan. Sedangkan Aku saja tidak mengerti. Dan yang lebih kurang ajarnya lagi, mereka tidak mau memberi tahu ku. Aku berharap ada Rukia disini. Mungkin dia bisa memberi tahu ku.' Pikirku dalam hati.
Aku berjalan dan tanpa kusadari Aku menabrak sesuatu.
"Auch"
Hey, Aku merasa sepertinya suara itu tidak asing lagi di telinga ku. Dan tanpa perlu melihat wajah so korban, Aku sudah mengetahui siapa dia dari tendangan yang ku terima.
"Apa-apaan itu, strawberry. Kalau jalan lihat-lihat donk. Apa kau tahu, kau hampir saja membuatku terpental 2 meter jauhnya" kata si korban
Entah mengapa saat Aku medengar suaranya, hati ku berdebar dengan cepat. Ada apa sebenarnya.
"Hey, strawberry ada apa? Kenapa kau diam saja?" Tanyanya dengan nada marah." Hey Ichigo, kenapa kau? Apa kau tidak apa-apa? Apa kau sedang sakit? Atahu kau sedang ada masalah?" melihat ku yang tidak menjawab pertanyaannya, dia bertanya pada ku dengan nada khawatir.
Tanpa kusadari, Aku memeliknya dengan erat.
"Hoi, Ichigo. Lepaskan." Katanya seraya berusaha melepaskan diri dari pelukan ku.
"Maaf Rukia. Aku tidak sadar. Entah kenapa Aku ingin melAkukan hal itu." Kata ku seraya melepasannya." Kau tahu betapa senangnya Aku melihat mu kembali. Kapan kau kembali?
"Kemarin malam." Jawabnya dengan nada dingin.
"Kemana saja kau selama ini? Kenapa kau tidak langsung menemuiku?" Tanya ku.
"Aku tidak ingin bertemu dengan mu, Ichigo. Oleh karena itu Aku bermalam di apartemen Inoue." Jawabnya masih dengan nada sinis.
Entah mengapa mendengar kata-kata itu keluar dari mulut makhluk mungil di hadapanku ini, membuat hatiku terasa perih.
"Kenapa kau tidak ingin bertemu dengan ku?" Tanya ku pelan
"Karena Aku ingin membiasakan diri untuk hidup jauh dari mu. Aku tidak akan berada di sini selamanya, Ichigo. Suatu saat Aku akan kembali ke duniAku. Soul Society" jawabnya
Mendengar hal itu, hatiku terasa semakin sakit.
"Kau kenapa Ichigo?" Tanyanya.
"Pagi ini, Aku terbangun dari tidurku dengan perasaan yang aneh. Aku merasa seperti ada yang kurang dalam hidupku, dalam hatiku. Aku kerap bertanya, apakah perasaan itu, dan mengapa Aku bisa merasakan hal seperti ini." Ujarku
"Ichigo... kamu..."
"Apa kau tahu apa yang kini tengah kurasakan Rukia? Apa kau ta?" tanyAku berbisik
"Tentu Aku tahu, Ichigo. Aku tahu." Jawabnya yang kudengar dengan kurang jelas
"Apa Rukia? Beritahu Aku... apa yang kini kurasakan. Kumohon Rukia. Perasaan ini sangat menyiksAku." Kata ku sambil menatap matanya yang kini mulai di basahi air mata.
"Kau sedang jatuh cinta, Ichigo"
Rukia POV
Di perjalanan ku menuju rumah Ichigo, aku kerap memikirkan hal itu sambil terus menyalahkan diri ku atas segala hal yang telah menimpa Ichigo. Tanpa ku sadari aku menabrak sesuatu. Atahu seseorang lebih tepatnya.
"Auch"
Aku pun terjatuh, dan saat ku melihat siapa yang telah menabrak ku. Aku merasa kalau Tuhan sangat membenci ku pada hari ini.
Orang itu adalah Kurosaki Ichigo
Aku menendangnya dengan sekuat tenaga
"Apa-apaan itu, strawberry. Kalau jalan lihat-lihat donk. Apa kau tahu, kau hampir saja membuatku terpental 2 meter jauhnya" teriakku.
Dia diam.
"Hey, strawberry ada apa? Kenapa kau diam saja?" Tanyaku dengan nada marah." Hey Ichigo, kenapa kau? Apa kau tidak apa-apa? Apa kau sedang sakit? Atahu kau sedang ada masalah?" melihatnya yang tidak menjawab pertanyaanku, aku bertanya dengan nada khawatir.
Tiba-tiba saja dia memelukku.
"Hoi, Ichigo. Lepaskan." Kataku seraya berusaha melepaskan diri dari pelukannya.
"Maaf Rukia. Aku tidak sadar. Entah kenapa Aku ingin melAkukan hal itu." Katanya seraya melepasanku." Kau tahu betapa senangnya Aku melihat mu kembali. Kapan kau kembali?
"Kemarin malam." Jawabku dengan nada dingin.
"Kemana saja kau selama ini? Kenapa kau tidak langsung menemuiku?" Tanyanya.
"Aku tidak ingin bertemu dengan mu, Ichigo. Oleh karena itu Aku bermalam di apartemen Inoue." Jawabku masih dengan nada sinis.
Dia terdiam
"Kenapa kau tidak ingin bertemu dengan ku?" Tanyanya pelan
"Karena Aku ingin membiasakan diri untuk hidup jauh dari mu. Aku tidak akan berada di sini selamanya, Ichigo. Suatu saat Aku akan kembali ke duniAku. Soul Society" jawabnya
Dia kembali terdiam.
"Kau kenapa Ichigo?" Tanyaku.
"Pagi ini, Aku terbangun dari tidurku dengan perasaan yang aneh. Aku merasa seperti ada yang kurang dalam hidupku, dalam hatiku. Aku kerap bertanya, apakah perasaan itu, dan mengapa Aku bisa merasakan hal seperti ini." Ujarnya
"Ichigo... kamu..."
"Apa kau tahu apa yang kini tengah kurasakan Rukia? Apa kau tahu?" tanyanya berbisik
"Tentu Aku tahu, Ichigo. Aku tahu." Jawabku
"Apa Rukia? Beritahu Aku... apa yang kini kurasakan. Kumohon Rukia. Perasaan ini sangat menyiksaku."
"Kau sedang jatuh cinta, Ichigo"
"Apa? Jatuh cinta? Tidak mungkin. Itu tidak masuk akal. Bagaimana bisa?" tanyanya heran
"Tentu bisa Ichigo. Semua makhluk hidup di dunia ini pasti bisa merasakan yang namanya jatuh cinta. Bahkan manusia yang sudah meninggal sekalipun" jawabku seraya menahan air mata ku sekuat tenaga.
"Kau berbicara seperti kau pernah merasakannya saja" katanya mengejek
"Tentu pernah, Ichigo. Cinta yang tidak tepat waktu dan tujuannya" kataku sambil terus berusaha menahan jatuhnya air mata ini.
"Apa orang itu.... sudah tidak ada?" tanyanya hati-hati.
"....."
"Rukia..." katanya sambil berusaha meraih tangan ku.
"Cukup Ichigo." Teriakku. Aku mnenyerah. Aku sudah tidak bisa lagi menahan air mata ini. "Aku tahu kau membenci ku, Ichigo. Kau boleh melakukan apa saja pada ku atas kesalahan yang telah ku perbuat pada mu. Tapi kumohon. Jangan mengungkit-ungkitnya lagi"
"Rukia. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud..." katanya pelan." Tunggu. Kesalahan? Kesalahan apa?" tanyanya bingung.
"Segala yang telah kau lalui, yang sedang kau alami dan akan kau hadapi. Semua adalah kesalahan ku Ichigo. Luka-luka yang kau punya itu pun akibat perbuatanku. Kau tidak bisa hidup secara normal. Bahkan kau pun tidak menyadari kalau kau sedang jatuh cinta. Itu tidak normal Ichigo. Karena aku, kau tidak bisa hidup seperti manusia pada umumnya." Kata ku terisak. " sekarang perang telah berakhir. Kedua dunia telah aman. Oleh karena itu Ichigo. Aku akan pergi. Meninggalkan dunia ini. Dunia yang telah mengajarkan ku banyak hal. Pergi dari kehidupan inoue, chad, ishida, dan lain lain. Juga oergi dari kehidupan mu. Tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Tanpa ada yang mengingatku. Aku akan kembali ke tempat dimana aku seharusnya berada. Soul Society."
Ichigo POV
"Apa? Jatuh cinta? Tidak mungkin. Itu tidak masuk akal. Bagaimana bisa?" tanyan ku heran
"Tentu bisa Ichigo. Semua makhluk hidup di dunia ini pasti bisa merasakan yang namanya jatuh cinta. Bahkan manusia yang sudah meninggal sekalipun" jawabnya
"Kau berbicara seperti kau pernah merasakannya saja" kataku mengejek
"Tentu pernah, Ichigo. Cinta yang tidak tepat waktu dan tujuannya" katanya dengan wajah tertunduk. Dan aku merasakan rasa sakit muncul kembali di hatiku.
"Apa orang itu.... sudah tidak ada?" tanyaku hati-hati. ' apa orang itu adalah orang yang dimaksud byakuya dimalam dia mengambil Rukia dari sisi ku? Apakah orang itu mirip dengan ku?' begitu banyak pertanyaan di otakku yang tidak bisa terucap.
"....."
"Rukia..." kataku sambil berusaha meraih tangannya.
"Cukup Ichigo." Teriaknya. Dan itu membuatku cukup terkejut. Dan yang mebuatku terkejut dan merasa sakit adalah melihat air matanya. "aku tahu kau membenci ku, Ichigo. kau boleh melakukan apa saja pada ku atas kesalahan yang telah ku perbuat pada mu. Tapi kumohon. Jangan mengungkit-ungkitnya lagi"
"Rukia. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud..." katanya pelan." Tunggu. Kesalahan? Kesalahan apa?" tanyanya bingung.
"Segala yang telah kau lalui, yang sedang kau alami dan akan kau hadapi. Semua adalah kesalahan ku Ichigo. Luka-luka yang kau punya itu pun akibat perbuatanku. Kau tidak bisa hidup secara normal. Bahkan kau pun tidak menyadari kalau kau sedang jatuh cinta. Itu tidak normal Ichigo. Karena aku, kau tidak bisa hidup seperti manusia pada umumnya." Katanya terisak. " sekarang perang telah berakhir. Kedua dunia telah aman. Oleh karena itu Ichigo. Aku akan pergi. Meninggalkan dunia ini. Dunia yang telah mengajarkan ku banyak hal. Pergi dari kehidupan inoue, chad, ishida, dan lain lain. Juga oergi dari kehidupan mu. Tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Tanpa ada yang mengingatku. Aku akan kembali ke tempat dimana aku seharusnya berada. Soul Society."
Aku terkejut mendengar ucapannya. Tidak. Tentu aku tidak mau dia pergi dari sisiku. Aku tida akan membiarkannya pergi dari sisiku. Dia milikku.
"Cukup Rukia. Jangan berbicara hal yang tidak berguna seperti itu. disinilah tempat dimana kau seharusnya berada. Aku tidak mau kau pergi. Aku tidak akan membiarkan mu pergi dari sisi ku. Camkan itu." kataku penuh emosi
"Aku mengatakan hal yang sebenarnya, Ichigo. Ini adalah terakhir kalinya kita bertemu disini. Di dunia nyata. Aku datang untuk menyampaikan hal itu dan untuk menerima hukuman ku atas apa yang telah ku perbuat pada mu" katanya masih sambil menangis.
"Cukup Rukia. Walaupun kau pergi ke Soul Society. Aku akan mengejarmu, dan membawa mu kembali bersama ku." Jawabku. Aku sudah ridak bisa lagi membendung emosi ku.
Mata violetnya yang indah itu membelalak. Seakan-akan dia tidak menyangka aku akan mengatakan hal seperti itu. dan aku pun begitu.
"Kumohon Rukia. Jangan pergi. Semua yang telah terjadi padaku, adalah pilihan ku. Bahkan luka-luka yang kumiliki ini, adalah akibat kecerobohan ku sendiri. jangan salahkan dirimu sendiri, Rukia. Itu semua bukanlah kesalahan mu. Kumohon kau mengerti." Kataku sambil terus memegang tangannya.
Kesunyian pun tumbuh diantara kami berdua. Aku pun kembali memikirkan perasaan ku. Entah kenapa mendengar semua yang dikatakan ilehnya membuat ku tersadar akan satu hal yang pasti. Aku MENCINTAI Kuchiki Rukia.
Rukia POV
"Cukup Rukia. Walaupun kau pergi ke Soul Society. Aku akan mengejarmu, dan membawa mu kembali bersama ku." Jawabnya dengan nada penuh amarah
Mata ku terbelalak. Aku tidak menyangka dia akan mengatakan hal seperti itu.
"Kumohon Rukia. Jangan pergi. Semua yang telah terjadi padaku, adalah pilihan ku. Bahkan luka-luka yang kumiliki ini, adalah akibat kecerobohan ku sendiri. jangan salahkan dirimu sendiri, Rukia. Itu semua bukanlah kesalahan mu. Kumohon kau mengerti." Katanya sambil terus memegang tanganku.
Kesunyian yang aneh pun tumbuh diantara kami. Aku pun tersenyum mendengar kata-katanya yang mengagetkan itu.
"Terima kasih, Ichigo." Kata ku pelan.
Ichigo POV
'melihat senyumanya adalah suatu kebahagiaan bagi ku' entah bagaimana aku bisa merasakan dan berpikir demikian.
Pada saat itu juga aku menyadari, mungkinkah aku jatuh cinta pada gadis mungil dihadapan ku ini?
To be continued
niat awal mau oneshot, ternyata masih belom mampu bikin oneshot
ceritanya masih classic... blom mampu bikin yang bagus..
nah, soundtrack kali ini :
"Everyday i love you" by Boyzone
"Waltz" by Suneohair
"Nakushita Kotoba" by no regret life
special thanks buat temen-temen and adik-adik ku di FB
karena buru-buru, ku tulis nama na next chapter aja ya... **kiss and hug**
Aku tetap mengharapkan saran, masukan, nasihat, juga kritik dari kalian semua (masih amateur sich)
See you next time......
