A Whole Set of Romance Pretending


disclaimer :

Harry Potter and any characters in it © J.K. Rowling

Plot and dialogues are made-up

I gained no financial advantages from this fanfiction.

warning :

OOC

.

.

.

.

.

Kuhabiskan berhari-hari, menggeledah satu sektor rak di perpustakaan. Biar saja Madam Pince tua bosan melihatku. Biar saja, urutan buku-buku di sana terbalik-balik karenaku. Kuhabiskan waktu luangku, menelusuri baris demi baris sampul yang tersusun rapi, mengacaukan indeks, mencari-cari.

Dimana buku yang kau sukai?

Satu buku tentang seorang muggle hebat yang katanya hampir bisa disamakan dengan darah murni. Satu buku tentang muggle hebat yang kisah-kisahnya menyentuh hati setiap yang membacanya. Satu buku tentang muggle hebat yang kau kagumi.

Dimana buku itu?

Yang mencampur-adukkan romansa dengan tragedi. Yang mencampur-adukkan cinta terlarang dengan cinta sejati. Yang mencampur-adukkan takdir dengan keputusan manusia sendiri. Yang mencampur-adukkan kata-kata puitis kematian dengan hiperbolis afeksi.

Dimana buku itu?

Aku belum jua menemukannya.

Dimana buku itu?

Buku yang seharusnya menjadi panduan kita dalam merajut kisah ini. Buku yang seharusnya menjadi kitab kita memperjuangkan takdir ini. Bukankah kau yang pernah bilang? Kita adalah romansa yang tak bertepi. Tidak akan ada ujung dan akhir bahagia di sini. Kita adalah dongeng berselimut tragedi. Indah, tapi dengan bumbu-bumbu kepedihan hati.

Dimana buku itu, Granger?

Kau bilang aku harus membacanya, agar aku tahu harus menyamakan diri dengan siapa. Agar aku tahu bagaimana kisah kita akan dibawa kemana. Agar aku tahu bahwa mungkin bukan hanya kita pasangan yang tidak direstui alam semesta.

Kutelusuri rak buku di sektor M. M untuk Muggle. Kusibak deretan sampul yang tersusun di sana. Dimana? Dimana? Dimana?

The Tragedy of Romeo and Juliet by William Shakespeare.

Butuh waktu lama untuk mencernanya. Butuh waktu lama untuk membandingkannya. Dimana kesamaan dan perbedaan tersamarkan. Dimana kebenaran dan kenyataan tersembunyi. Dimana kita dan mereka saling mengerti. Dan kau ingin tahu bagaimana pendapatku soal buku ini?

Aku kecewa.

Kisah yang kau sarankan tidak sehebat yang kubayangkan. Tidak sehebat kisah sang Penyihir Wales yang berakhir dengan menyihir seluruh desanya menjadi tikus hanya agar ia bisa melarikan diri dengan troll yang dicintainya. Atau kisah Sang Penyihir Dalam Cermin yang tokoh utamanya berakhir menikahi cerminnya sendiri karena cinta tidak masuk akal yang berkembang di dalam hatinya.

Kisah apa ini, Granger?

Kau menyodorkan secuil dongeng bahwa cinta terlarang hanya bisa berakhir dengan kematian. Apa kau percaya surga, Granger? Pikirmu kita akan bersukacita di sana? Kukatakan tidak. Bagaimana nanti aku menunjukkan pada dunia bahwa perasaan kita bukanlah kesalahan? Bagaimana nanti aku menunjukkan bahwa pasangan yang terpisah jurang historikal dan strata darah bisa bahagia? Bagaimana nanti aku menunjukkan bahwa kita saling mengisi satu sama lain dan merasa bangga?

Kau bilang kita hanyalah seperangkat romansa kepura-puraan.

Kita tahu benar kita tak akan bersatu. Kita tahu benar cinta tidak cukup kuat untuk menghadapi kenyataan. Kita tahu benar romansa ini hanya akan berakhir menjadi tragedi jika diteruskan. Tapi kita berpura-pura. Segalanya akan baik-baik saja. Segalanya akan mungkin jika kita berusaha. Pura-pura hanya ada dua insan manusia di dunia dan apa yang terjadi di antara merekalah yang paling bermakna.

Tapi, benarkah ini hanya kepura-puraan saja?

Sentuhan yang mengirimkan sentruman di kulitku. Pandangan yang menghapus hal lain dari mataku. Bisikan yang mengalun melodis di telingaku. Aroma wangi yang tercium saat aku mengubur wajahku di lekuk lehermu. Bibir yang mendadak membisu saat berhadapan denganmu.

Pelukan yang menghangatkan seribu musim dingin. Genggaman yang menenangkan goncangan bumi. Rangkulan yang menyembunyikan bulan dari matahari. Kecupan yang membuat penyihir paling penakut dimanapun menjadi pemberani.

Aku bukan Romeo.

Dan kau tak akan pernah menjadi Julietku.

Mari kita rajut sendiri kisah kita.

Mari kita ciptakan kisah romansa baru.

Dimana tidak akan ada yang menangisi satu dan yang lainnya.

Dimana tragedi adalah saat yang satu mati tenang dengan keriput tergambar di sudut mata sedangkan yang satunya terduduk meneteskan air garam menggendong keturunan.

Aku adalah Draco.

Kau adalah Hermione-ku.

And our story is not a whole set of romance pretending.

Our story is the whole set of romance-fairy-tale-come-to-reality.

.

.

.

.

.

fin

.

.

.

a/n :

sudah janji sama lee ryougi buat bikin lanjut I Am Not In Love With You, tapi belum nemu plot yang pas. ditunggu ya, pengennya sih, selanjutnya dari sudut pandangnya Hermione.

Ini cuma poetry iseng yang lagi-lagi ngambil sudut pandang Draco yang puitis (dunno ya, suka banget bikin Draco sebagai figur yang puitis 8'')))

Muse kukreditkan ke Musings #63 by Angkur (thescribbledstories.)

Aku bikin istilah a whole set of romance pretending terinspirasi dari sana. (ngubah verb doang /orz)

Mind to RnR? :''))