Kuroko no Basuke ©Tadatoshi Fujimaki
We Don't Have To Say It ©Kuracha Hing
.
.
Mungkin ini bisa dibilang song fic, atau mungkin juga tidak #garukgaruk. Auk, ah. Intinya, fic ini akan di iringi lagu berjudul 'We Don't Have To Say The Words' milik Gerard Joling. Banyak yang gak tahu mungkin, soalnya ini lagu jadul^^ ketahuan suka yang begituan. Yosh, Enjoy Read, minna-san!
.
.
Akashi Seijuurou menatap lama kekasihnya yang sibuk menggumam hingga tak sempat memperhatikannya sedari tadi. Samar-samar tidak lagi dapat dikatakan sebuah gumaman karena volume yang terus bertambah dari menit ke menit. Akhirnya dia memutuskan untuk duduk kembali menunggu sampai pemuda bersurai coklat itu menyelesaikan kegiatan bersenandungnya.
"People sitting talking talk for hours, discussing if the love they've got is real..." Furihata masih mondar-mandir dari meja makan menuju dapur, tak sadar bahwa seseorang tengah menunggu di sofa ruang tamunya. "'You don't have to say it, 'cause i know exactly what you feel."
Akashi menaikkan sebelah alisnya, diam-diam melempar pandangan geli nan merendahkan. Bait terakhir tak seharusnya bibir itu nyanyikan, pemuda ordinary itu jarang sekali dapat menebak apa yang dirasakannya.
"People keep on talking by the weather, spending words unimportant things. Staying in a corner, listen to our hearts that sing." Mata itu terpejam menghayati lagu, percikan air terdengar di sela kegiatan mencuci piringnya.
Pemilik surai merah ikut bergumam, siapa yang bilang dia tidak tahu lagu ini? Namun percuma saja dia bergumam untuk mendapatkan perhatian Furihata, telinganya memang benar-benar tersumbat karena keasyikannya sendiri.
"We don't have to say the words, we live by the love that's in our eyes. If we're feeling good or bad, we don't have to say it, we don't have to say the words." Jeda lama dalam nyanyiannya, Furihata mendesah keras seakan melakukan pekerjaan terberat. Akashi menangkap reaksi tersebut dan bangkit kemudian berjalan mendekat, tahu persis lanjutan dari lagu tersebut.
"Sometimes i can feel you read my mind, babe. That i'm open book for you." Furihata menyelesaikan kerjanya, Akashi masih diam memperhatikan sambil menyenderkan sebelah badannya pada tembok. Cocok sekali dengan keadaan bahwa Akashi sangat sering berkata Furihata selayaknya buku yang terbaka, amat mudah ditebak. "Hey never.., uh, never..."
"Hey never hard for us to find love, always i'm coming through to you." Furihata melompat kaget begitu mengetahui seseorang yang dinanti-nantikannya tengah berdiri tepat di belakangnya. Mukanya percampuran kaget, senang, dan malu setengah mati.
"S-Sei! Kapan kau masuk?" Akashi hanya bergumam pelan, tangannya mengusap rambut kekasihnya lembut. Satu ciuman panjang pada tengkuknya.
"Tadi. Kau sudah siap, Kouki?" Dagunya hinggap di bahu tegap Furihata yang hanya bisa mendesah geli karenanya. Kekasihnya itu malu-malu menoleh untuk balas mengecupnya.
Tangan Furihata sebentar bertengger di handuk khusus yang tergantung pada pegangan kulkas. Dia tersenyum gugup setelahnya. "Sudah. Aku tadi mencuci karena mengira Sei datang terlambat."
Akashi melemparkan seringai, "mana mungkin aku terlambat untuk kencan kita."
Furihata sedikit menunduk, merasa bersalah karena berpikir Akashi ingkar akan janjinya. Pelan digigitinya bibir. "Maaf..."
"Tak apa." Akashi lagi-lagi mendekat untuk mengacak rambut yang tadi dia rapikan sendiri. Dia meraih tangan kekasihnya itu, menuntunnya masuk ke dalam mobil. "You don't have to say that word." Kekehan Akashi terdengar pelan karena godaannya terlaksana sesuai rencana. Koukinya membuang muka menyembunyikan malu.
"Tak salah aku berkata suaramu merdu, Kouki."
Dan satu cubitan sukses mendarat pada pinggangnya.
FIN
Saya tahu ini pendek banget. So, berminat untuk mampir pada kolom Review?
Hing
