Holla Lav kembali setelah berbulan-bulan meninggalkan FFN #di gampar

#curcol bentar# Sekian lama, aku ulangan, nggak tahu bakal dapet berapa… aaaaa… *nyanyi" gaje.

Ulangan kok, susah banget,, musti ngerjaind tugas menumpuk, ngejar-ngejar guru buat dapetin remedtan.. ngeluarind duit bwt nyogok temen ngaseh jawaban ulangan kekelas laen. Musti les yang ngebosenin, begitulah nasip anak sekolah, dannn selan…. #d bekep

Oh ya, Lav mo nyampein berbagai rasa terimakasih karena sudah mau membaca Lav yang parah ini #sembah sujud

Yapp, buat yang udah mau baca end review, saya ucapkan makasih, sangat terimakasih #pake toa

Yaudah dari pada banyak bacot, lanjut aja ya…. !

L'amorea Colori

Disclaimer : Om Kishi, W CINTA LOEEEE….

By : Lavender Orange

Summary : Dari sekian warna yang ada di dalam cat airku, entah kenapa aku hanya menyukai warna biru dongker. Aku pun juga tak mengerti kenapa aku menyukai warna itu, entah karna kepribadianmu atau sifatmu yang membuatku memilih warna seperti itu. Dan bodohnya aku juga jatuh cinta padamu.

Love Colour

Langit telah menunjukkan warna kemerah-merahannya, matahari yang telah lama menyinari bumi kini mulai bergerak ke barat untuk beristirahat. Dari jendela kamar seseorang, tampak seorang gadis yang sedang menyelesaikan sketsa gambarnya. Gadis itu begitu asyik, ketika matahari sudah meninggalkan bumi. Hal yang biasa dia lihat dari ambang jendela kamarnya, namun semua perhatiannya tersita kepada lukisan yang hamper selesai.

Pemilik warna rambut indigo ini tersenyum simpul melihat lukisan yang ating selesai, hanaa diberi warna pink sedikit, maka jadilah sudah lukisan yang dia selesaikan seharian ini.

Tok tok

Suara pintu kamarnya diketuk dari luar, membuat ia menoleh sebentar untuk melihat siapa yang ating.

"Kau melukis lagi?" Tanya seseorang yang masuk kekamar gadis itu.

"Ah, iya Nii-san. Hanya bunga Sakura saja. Karena besok adalah akhir musim panas, makanya aku menggambar ini," kata gadis itu sambil tersenyum lembut.

"Hmmm, oke, oke. Dan karena hal ini, kau tidak menyahut panggilanku. Ayo cepat, kau harus membantuku menyiapkan makan malam, aku sudah lapar Hinata. Lagipula, besok adalah pertama kali kau masuk sekolah ke SMA barumu. Jadi jangan tidur malam-malam," kata Neji panjang lebar. Hinata hanya mengangguk sambil terus menatap lukisannya. Neji pun meninggalkan Hinata sendirian dikamar.

"Huftt, akhirnya selesai," Hinata memandang kembali lukisan yang sudah jadi itu. Ia meregangkan tangannya ke atas untuk menggerakkan otot-otot tangannya yang kaku. Perlahan Hinata bangkit, dan berjalan keluar kamar karena mendengar namanya dipanggil lagi oleh Neji. Ia menutup pintu kamarnya tanpa menolehkan pandangannya dari lukisan yang baru saja dibuatnya. Berharap besok ia mendapatkan hari yang menyenangkan.

….

Matahari hanya sedikit menampakkan wajahnya, belum berani sepenuhnya menampakkan diri. Namun, dari sebuah rumah tampak seorang gadis yang sudah rapi untuk memulai hari. Ya, Hinata sudah siap sedari tadi. Ia sengaja bangun lebih pagi, supaya ia lebih leluasa melihat sekolah barunya

"Hinata, ayo sarapan."

"Baik, Nii-san," Hinata menuruni tangga kamarnya yang berada dilantai dua. Ia kemudian duduk, dan melihat sup miso sudah tersaji dihadapannya. Neji tersenyum memandang baju Hinata yang terlihat kebesaran.

"Bagaimana perasaanmu hari ini, kau senang," Neji tersenyum simpul melihat wajah Hinata yang sumingrah. "Tentu saja aku senang Nii-san. Semoga saja aku mendapatkan hal yang emnyenangkan hari ini," Hinata menuangkan sup miso itu kemangkuk, dan memberikannya kepada Neji.

"Tadi malam, aku sudah memberitahu Tou-san, barang-barang kita yang ada di Suna, akan dibawa kemari besok. Tou-san juga tidak bisa pulang kesini dalam waktu dekat, ternyata pekerjaannya disini, masih lama diurus. " kata Neji panjang lebar, sambil memasukkan sup miso kemulutnya.

Hinata mendengarkan sambil, menuangkan sup miso kemangkuknya sendiri. "Tapi, mengapa kita disuruh pindah cepat-cepat," Hinata menatap bingung pada Neji.

"Entahlah, itu kan kemauan Tou-san. Ya sudah ayo cepat, habiskan sarapanmu. Aku belum terlalu mengetahui daerah ini. Jadi kalau kita tersesat, masih ada waktu untuk mencari sekolahmu dan universitasku," Neji melanjutkan acara makannya, begitu pun Hinata

…..

Bangunan sekolah tempat Hinata belajar sudah tampak dikejauhan. Siluet bangunan yang besar sudah tampak dimata gadis itu, senyumnya yang mengembang sudah tampak sedari ia melihat bangunan itu. Neji semakin cepat meng-gas motor sport birunya, untungnya ia masih hafal jalanan menuju sekolah adiknya.

Tepat pukul tujuh kurang 10 menit, motor Neji sampai dipagar bangunan sekolah tersebut. Banyak siswa-siswi SMA Tokyo yang memasuki gerbang sekolah dengan senyum dan canda. Hinata turun dari motor Neji kemudian menyerahkan helmnya kepada Neji. Banyak para siswa-siswi yang memperhatikan Neji dan Hinata. Hinata sebenarnya risih diperhatikan seperti itu, apalagi ia adalah siswi baru disekolah ini.

"Kau mau kuantarkan kedalam atau tidak. Aku masih punya banyak waktu sebelum ke universitasku. Dan sepertinya aku tidak bisa menjemputmu jika waktunya dibawah jam 12. Lagipula masih banyak hal yang harus kukerjakan," kata Neji menerima helm Hinata.

"Tidak usah, lebih baik aku kedalam sendiri. Nanti jika aku mau pulang, aku akan menghubungi Nii-san saja. Lebih baik Nii-san berangkat saja, jika kesekolahku tidak nyasar, bagaimana dengan kuliahan mu," Hinata tersenyum lebar, sambil memperhatikan siswa siswi yang baru tiba.

"Yasudah, kau hati-hati. Kalau ada masalah kau telpon saja," Neji mengacak-acak rambut Hinata, kemudian ia memakai helmnya lagi. "Jaa."

"Jaa Nii-san," Hinata melihat motor Neji sampai hilang diujung jalan. Kemudian ia menuju pos satpam untuk bertanya dimana ruang gurunya.

…..

Hinata mengikuti seorang guru wanita, yang ia ketahui bernama Kurenai menuju ruang kelasnya. Dia ditempatkan di ruang XI IPA 2, tapi karena Hinata tidak tau letaknya, maka dia diantarkan oleh guru bp. Sepanjang perjalannya menuju ruang kelasnya, Hinata memperhatikan sedetail-detailnya bentuk sekolahnya. Mungkin Hinata belum terlalu mengerti dimana letak-letak tempat yang lainnya, nanti pasti ada seorang teman yang akan mengajaknya berkeliling sekolah barunya.

Hinata memperhatikan ruang kelasnya yang baru dijejakinya, perlahan ia memasuki ruang kelasnya tersebut. Banyak wajah-wajah teman sekelasnya yang belum ia kenali, dan sedang serius memperhatikan pelajaran yang sedang diterangkan oleh seorang guru pria bermasker yang belum dikenalnya.

Tok Tok

"Ohayou, Kaka-sensei. Bisa kemari sebentar," kata Kurenai kepada Kakashi, untuk keluar sebentar. Hinata senantiasa menunggu di depan kelasnya sampai dipanggil untuk masuk. Setelah berbincang sedikit, Hinata dipersilahkan masuk oleh Kakashi, kemudian Kurenai pergi meninggalkan Hinata sambil tersenyum. Kakashi menunda kegiatannya untuk menyapa Hinata, kemudian seperti ritual bagi siswi baru, harus memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.

"Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru. Hinata silakan masuk, dan perkenalkan dirimu."

Hinata memasuki kelasnya dengan malu-malu, pasti ia akan menjadi pusat perhatian semua teman-teman sekelasnya. "Ohayou, nama saya Hyuuga Hinata. Saya pindahan dari Suna, senang berkenalan dengan kalian," ucap Hinata sambil menundukkan badan. Banyak suara bisik-bisik dari siswi-siswi dan juga terdapat decak kagum dari anak laki-laki.

"Yap, Hyuuga-san kau bisa duduk disamping Shion. Shion tunjukkan dirimu," setelah melihat teman sebangkunya, Hinata kemudian berjalan mendekati Shion.

"Baiklah, perkenalannya kalian lanjutkan sendiri ketika istirahat nanti. Sekarang kita lanjutkan pelajarannya," Kakashi kembali menerangkan pelajaran yang sempat menundanya tadi.

Hinata kemudian duduk disebelah Shion, ada sedikit atmosfir kecanggungan pada Hinata. Namun seakan tahu Shion tersenyum dan mengajaknya berkenalan, "Hei, aku Atarashi Shion, senang berkenalan denganmu Hyuuga-san," Shion tersenyum lebar.

"Ah, panggil aku Hinata saja Atarashi-san," Hinata tersenyum lembut.

"Hmm, baiklah. Kau juga memanggilku Shion saja, Hinata," ucap Shion, yang disambut anggukan kecil dari Hinata.

"Oh ya, istirahat aku akan mengajakmu berkeliling. Kau ada waktu kan," Shion melontarkan pertanyaan yang disambut anggukan kecil dari Hinata. Kemudian mereka melanjutkan mendengarkan penjelasan Kakashi.

…..

"Jadi kau sudah tau dimana letak kantin kan, jadi sekarang kau mau kemana lagi," Shion bergaya seperti tour guide yang mengajak Hinata berkeliling. Hinata menyimak dengan serius apa yang dijelaskan oleh Shion. Istirahat masih ada 10 menit lagi, masih banyak waktu Hinata untuk mengelilingi sekolah barunya. Banyak siswa-siswi teman sekelasnya yang mengajaknya berkenalan ketika bel istirahat berbunyi 10 menit yang lalu. Ia senang, karena teman-temannya sangat ramah terhadapnya.

"Bagaimana kalau perpustakaan Shion-san?" ucap Hinata.

"Perpustakaan ya?" Shion melipat tangannya kedepan dada. "Oke. Jadi letak perpustakaan itu harus melewati lapangan basket dan futsal," Shion berjalan mendahului Hinata, Hinata mengikuti Shion dari belakang dengan lambat. Sepanjang jalan Shion mengoceh tentang perpustakaan dan lapangan basket, Hinata hanya tersenyum geli mendengarnya.

Dari kejauhan terlihat lapangan basket yang ramai digandrungi siswi-siswi yang heboh melihat kearah lapangan menggandeng lengan Hinata menuju lapangan basket yang sedang ramai itu. Hinata hanya menahan kebingungannya sambil terus mengikuti arah langkah Shion yang semakin cepat. Suara tepuk tangan, jeritan, siulan sangat ramai dan menjadi satu dilapangan ini. Hinata mengalihkan pandangannya kepada lapangan basket, ternyata sedang ada pertandingan antar sesama cowok. Shion yang ada disebelah Hinata, terhanyut dalam hysteria para siswi yang ada disana. Yang Hinata dengar dari Shion, bahwa sedari tadi ia terus menyemarakkan nama seseorang yang tak Hinata kenal. Hinata mengikuti arah pandang Shion yang menuju pada seorang lelaki yang sedang menguasai bola basket ditangannya. Anak laki-laki dengan rambut biru dongker yang dibuat mencuat kebelakang, tatapannya yang tajam terfokus pada bola dan lawan didepannya. Peluh juga mulai menetes membasahi seragamnya, kemudian dia mengoper kepada teman yang ada didekatnya. Anak laki-laki dengan rambut pirang spike, ia menggunakan ikat kepala berwarna orange. Hinata terus memandangnya sampai lelaki itu memasukkan bola ke ring dan mendapatkan tepuk tangan riuh dari penonton. Pemuda itu tersenyum senang, entah kenapa ada perasaan hangat ketika Hinata menatap senyum anak itu. Sekelebat Hinata bertatapan dengan pemuda itu, matanya yang berwarna langit itu, membuat perasaan Hinata berbunga-bunga. Kemudian pemuda itu menghampiri temannya yang berambut biru dongker yang sedang tersenyum sinis.

"Haha, bagaimana gayaku tadi Teme," pemuda itu merangkul temannya sambil tersenyum lebar.

"Hn," hanya itu respon dari pemuda berambut biru dongker itu.

Kemudian, pemuda itu merebut bola dari lawan dan memasukannya ke ring dengan gaya melompat. Tentu saja perlakuan pemuda tadi disambut histeris oleh para siswi yang sedari tadi berada dipinggir lapangan basket. Hinata sedari tadi terus menatap pada pemuda berambut pirang saja.

Kringggg

Suara bel menyelesaikan pertandingan secara paksa, walaupun skornya tentu saja sudah ada namun waktu menunda permainan dan sepakat akan dilanjutkan sepulang sekolah. Hinata berbalik dan berjalan kembali kekelas, namun ia lupa bahwa ia tadi bersama Shion. Sedangkan sekarang, Shion menghilang. Bagaimana caranya Hinata bisa kembali kekelas, dia kan belum terlalu hafal jalan kekelasnya kembali. Jadilah, Hinata kebingungan akan dimana dirinya sekarang. Seakan Tuhan masih member kebaikan ada seseorang yang kebetulan lewat didepan Hinata. Segera saja, Hinata menyapa seseorang yang lewat itu.

"A-ano, gomen. Kau tau dimana ruang XI IPA 2, aku siswi baru disini," Hinata mengucapkan kalimat itu dengan malu-malu, sesekali pandangannya tertuju kelantai.

Sementara yang dimintai tolong, hanya diam dan memperhatikan Hinata dari atas sampai bawah. Hinata yang diperhatikan tentu saja menunduk malu, sesekali ia menatap pemuda yang ada dihadapannya. Sungguh ia tidak menyangka bahwa yang dimintainya tolong adalah pemuda berambut biru dongker yang tadi bermain basket. Pemuda itu kemudian berjalan dalam diam, Hinata tentu bingung dengan sikap pemuda itu. Pemuda itu menyadari Hinata yang diam saja dan menoleh kebelakang.

"Kau ingin ikut atau tidak," pemuda itu menatap Hinata tajam.

"Ten-tentu saja," Hinata berjalan setengah berlari menyusul pemuda itu. Sejak itu keheningan mulai terasa, lorong-lorong yang sepi juga semakin memberikan kesunyian bagi Hinata dan pemuda itu. Hinata tetap memperhatikan pemuda tersebut, tangan yang selalu dimasukkan ke kantong celana, dan tatapan terus tajam kedepan. Kesan 'tidak ramah' sudah Hinata tanamakan ketika ia bertanya beberapa saat yang lalu.

Setelah berbelok kekiri dari lorong yang panjang, Hinata seakan mengenali lorong yang dilaluinya sekarang. Dan benar saja ini lorong menuju kelasnya, barulah Hinata sadar bahwa ia sudah sampai didepan kelasnya. Setelah mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya, pemuda itu kemudian berbelok ke kanan lalu menghilang tanpa mengatakan apapun.

Hinata kemudian memasuki ruang kelasnya dengan perasaan was-was karena dari luar saja sudah terdengar suara gaduh, dan Hinata juga melihat beberapa wajah teman-teman sekelasnya dari jendela. Begitu memasuki kelasnya berondongan pertanyaan teman sekelasnya membuat Hinata bingung. Shion yang merasa bersalah telah meninggalkan Hinata dilapangan basket segera menghampirinya dan meminta maaf.

"Gomen Hinata-chan, aku lupa bahwa tadi bersamamu," Shion mengatupkan tangannya didepan dada sambil terus mengucapkan kata maaf.

"Hey, sejak kapan kau kenal dengan Si Uchiha, Hinata," ucap pria bertato segitiga dipipinya, Inuzuka Kiba.

Hinata hanya menatap Kiba bingung. Kiba hanya memutar bola matanya bosan.

'Uchiha Sasuke' batin Hinata. "Aku tidak mengenalnya, tadi aku hanya minta tolong diantarkan sampai kekelas," perkataan Hinata membuat teman-teman sekelasnya hening. Hinata jadi semakin bingung ditatap seperti itu oleh teman-temannya. Namun, seketika itu juga berondongan pertanyaan teman-temannya membuatnya kelimpungan, untung saja Anko sensei, guru matematika dating untuk mengajar, memang sedikit terlambat tetapi pelajaran tetap dilanjutkan.

….

SMA Tokyo sudah sepi dari sejam yang lalu. Namun gadis beriris lavender ini masih setia menunggu seseorang didepan gerbang sekolah. Cuaca yang tidak bersahabat mengakibatkan gadis ini cemas sambil sesekali menatap awan yang berubah hitam, dan matahari yang mulai bersembunyi.

Akhirnya awan mengeluarkan tangisannya, sesegera saja Hinata mencari tempat berteduh. Hal yang pertama kali dia lihat adalah sebuah pohon beringin besar di samping gerbang sekolah. Secepat mungkin kaki mungilnya melangkah menuju pohon tersebut. Mengusap-usap tangannya yang mulai dingin dan bibirnya yang mulai berubah warna menjadi biru sambil sesekali menatap jalanan menunggu sang kakak menjemput.

15 menit sudah Hinata menunggu dibawah pohon namun Neji tidak datang juga. Padahal tadi Neji bilang akan menjemputnya karena Hinata pulang sekolah jam 14.40, namun sampai sekarang Neji juga tidak datang. Jika Hinata pulang, tentu Neji akan mencarinya, sedangkan handphone Neji tidak aktif sedari tadi. Namun ia juga tidak bisa menunggu lebih lama lagi.

Hinata masih setia menunggu, sampai seseorang keluar dari gerbang sekolah. BMW M1 silver menghampirinya. Perlahan kaca jendela mobil mewah tersebut terbuka dan menampakkan Uchiha Sasuke. Mata Hinata membulat seketika menyadari siapa yang datang.

"Masuk," perintah Sasuke singkat.

"A-apa," Hinata menjawab dengan gemetaran karena hujan mengguyur tubuhnya sedari tadi.

"Biar kuantar kau pulang. Masuklah," ucap Sasuke lagi, perlahan ia membukakan pintu mobil. Hinata masih diam ditempat sambil terus melihat kearah jalan. Namun Hinata juga tidak mau merepotkan Sasuke yang sudah membukakan pintu dan berbaik hati mengantarkannya pulang. Akhirnya dengan berat hati, ia mengikuti perintah Sasuke. Badan Hinata mengigil terkena AC mobil. Sasuke yang melihatnya segera menganti ke suhu yang lebih hangat, perlahan ia melihat Hinata yang sudah kedinginan. Sebagai gentleman, ia menyerahkan blazernya supaya dipakai gadis itu.

Sasuke bertanya lagi kepada Hinata. " Rumahmu dimana?"

Bibir Hinata yang membiru menjawab dengan perlahan-lahan, "A-ano di Perumahan…." Namun sebelum menyelesaikan perkataannya pandangan gadis itu sudah gelap, suhu tubuhnya juga sudah meningkat drastis. Sasuke yang belum tau rumah Hinata, terpaksa membawanya kerumahnya sendiri.

"Cih, merepotkan."

Handphone Hinata sedari tadi tidak mau berhenti tadi. Sasuke yang kesal dengan suaranya mengangkat telfon Hinata tanpa melihat layarnya.

"Ha-halo Hinata, maaf Nii-san terlambat. Sekarang kau dimana?" terdengar suara cemas di telinga Sasuke.

Sasuke dengan sekenanya menjawab dengan ringan. "Dia dirumahku, adik kesayanganmu pingsan menunggumu terus," seru Sasuke cuek.

"A-APAA, hey kau… " sebelum Neji menyelesaikan perkataannya, Sasuke terlebih dahulu mematikan teleponnya. Namun sedetik kemudian panggilan masuk segera datang, Sasuke yang merasa terganggu, segera mematikan telfon Hinata. Kemudian ia berjalan menuju ranjang dimana Hinata tertidur.

"Kau merepotkanku saja," setelah berkata begitu Sasuke keluar kamar dan meninggalkan Hinata sendirian.

To Be Continued

Readers boleh melakukan KDRT terhadap saia #pasrah

Kenapa cerita ini kebanyakan pake acara bingung-bingung segala yee #mikir

Yasudahlah, daripada bingung-bingung mendingan Lav cabut…

Byeee- byeee… Mohon Review'a…. #memohon sambil sujud-sujud