The Black Hearts of Aegis
Disclaimer: Naruto itu Anime sah milik Masashi Kishimoto.
Genre: Crime, Friendship, Romance (?), Family, Hurt/Comfort.
Fic ini sedikit terinspirasi dengan unsur Game Assassin Creed.
Warning: AU, OOC, Gaje, Typo, Author masih newbei dalam membuat FF. Jadi author juga masih bingung ksh judul yang tepat untuk Fic ini! Maaf kalo ga nyambung sama ceritanya :D
Rate: T
Pairing: NejiTen, NaruHina.
Characters: Hyuuga Neji, Tenten, Uzumaki Naruto, Hyuuga Hinata (dan akan muncul nama-nama lain sewaktu-waktu).
.
.
.
Usia characters: Hyuuga Neji, Nara Shikamaru, Sai (25 tahun).
Tenten, Yamanaka Ino, Rock Lee (24 tahun)
Sabaku Temari (26 tahun)
Senju Tsunade (55 tahun)
Hatake Kakashi, Might Guy (43 tahun)
Uzumaki Naruto, Hyuuga Hinata (17 tahun)
.
.
.
Profile Characters:
Hyuuga Neji: Pemuda berwajah datar nan tampan berusia 25 tahun. Ia memiliki rambut cokelat panjang yang ujungnya selalu diikat, bermata lavender, bertubuh tegap, berkulit putih bersih. Beraura kuat, berkarisma, cool, kalem, berotak jenius dan bijaksana. Tatapan mata tajam serta senyuman menawan mampu membuat siapapun meleleh terutama kaum hawa. Ia berasal dari salah satu keluarga terpandang, kaya raya dan berpengaruh bagi perekonomian Jepang dan pemerintahannya yaitu Keluarga Hyuuga. Ia memiliki sepupu yang usianya jauh lebih muda, Hinata walau begitu ia sangat menyayanginya dan menganggapnya sebagai adik kandungnya sendiri. Di usianya ke 18 tahun, ia harus melanjutkan kepimpinan ayahnya memimpin Hyuuga Corporation dan kelompok dagang wilayah Barat. Ia juga menjalin kerja sama perdagangan dengan Nara Shikamaru dan Kunihitzu Sai yang bersama-sama memegang kendali kelompok dagang wilayah Utara. Neji, Shikamaru dan Sai adalah sahabat baik sejak kecil. Ayah bersama ibunya meninggal 7 tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan saat mereka berkunjung untuk bertemu klien di wilayah Kirigakure tetapi Neji tidak mau menerima dan mempercayai fakta tersebut karena sampai sekarang ia menganggap kecelakaan itu merupakan ulah dari seseorang atau kelompok saingan yang berusaha menjatuhkan Keluarga Hyuuga. Oleh karena itulah ia berusaha menyelidiki kecelakaan itu bersama sahabat dekatnya. Walaupun ia berasal dari keluarga konglomerat, ia sangat ahli menguasai berbagai macam bela diri dan senjata api. Ia selalu tinggal sendiri bersama beberapa pelayan yang tetap setia melayaninya sejak bayi hingga sekarang di mansionnya. Meski begitu untuk sementara waktu, Hinata sedang menginap di rumahnya. Ia selalu berhati-hati dan mencurigai pamannya, Hyuuga Hiashi mengingat pamannya itu juga termasuk salah satu orang yang berpotensi ingin mengincar dan menguasai Hyuuga Corporation dan kelompok dagangnya dengan menggunakan Hinata untuk menjadikan putri tunggalnya itu sebagai pimpinan Hyuuga Corporation.
Fujioka Tenten: Gadis cantik dan manis berusia 24 tahun. Memiliki rambut cokelat panjang yang selalu dicepol dua, berpipi chubby, bermata hazel dan bertubuh langsing nan ramping. Ia merupakan salah seorang pengusaha yang juga berpengaruh kuat selain Keluarga Hyuuga, Nara, Kunihitzu dan lain-lain. Memiliki sebuah perusahaan bernama Fujioka Corporation.Selain itu ia juga memiliki suatu perserikatan atau kelompok perdagangan di bawah kekuasaannya yaitu kelompok dagang wilayah Timur meski lebih banyak perusahaan-perusahaan kecil menengah ke bawah yang bergabung bersamanya tapi berkat kepimpinannya, perusahaan-perusahaan mereka juga berdiri dengan sukses dan mampu membantu meningkatkan perekonomian Jepang. Di balik itu semua, sebenarnya ia merupakan salah satu anggota assassin sekaligus Master of Assassin termuda dan elite yang berdarah dingin, cerdik, hebat, handal dan berbahaya bagi organisasi Brotherhood of Assassins. Banyak sekali pihak kepolisian, detektif termasuk agen pemerintahan mencoba menangkapnya namun sayangnya ia sangat sulit ditaklukan dan ditangkap. Ia sangat ahli menguasai berbagai macam bela diri dan senjata apapun termasuk Kenjutsu, Kung Fu dan Wushu meski begitu ia lebih menyayangi senjata utamanya yaitu sebuah Assassin Gaunletyang selalu dipakai pada kedua tangannya dan sebuah katana kesayangan di balik punggungnya. Dia juga tidak segan-segan membunuh siapapun yang mencoba untuk mengkhianati diri dan organisasinya baik dalam dunia assassin maupun dunia bisnis. Dia bisa bergabung dengan organisasi dan menjadi pengusaha muda yang sukses berkat didikan keras dari Tsunade yaitu Grand Master of Assassin alias pemimpin utama Brotherhood of Assassins. Ia menggunakan marga Fujioka karena ia tidak tahu atau lebih tepatnya ia kehilangan ingatan mengenai nama marga sebenarnya termasuk asal usul maupun keluarganya kecuali Tenten nama aslinya serta tanggal kelahirannya. Ia ditemukan dan diselamatkan oleh Tsunade sewaktu berusia 7 tahun di pinggir jalan wilayah Sunagakure dalam keadaan mengenaskan. Karena itulah ia sangat menghormati Tsunade dan menganggapnya sebagai ibu kandungnya sendiri. Selain karena kesibukannya itu ia juga berusaha mencari tahu identitas dirinya yang sebenarnya. Code name selama ia menjadi assassin adalah Aegis. Selama ia menjadi assassin, ia selalu mengenakan pakaian dengan t-shirt ketat, celana jeans, dan jaket/mantel panjang yang bertudung serba hitam. Bagian atas wajahnya selalu ditutupi dengan sebuah topeng berwarna putih perak.
Uzumaki Naruto: Pemuda pencinta Ramen yang berusia 17 tahun telah bersekolah di Konoha Internasional High School. Berambut pirang cerah, bermata biru sapphire, memiliki tanda lahir unik seperti kumis kucing pada kedua pipinya. Memiliki sifat yang periang, penuh energi dan senyumannya seperti matahari sehingga ia disukai dan memiliki banyak teman serta penggemarnya di sekolah. Berkulit tan dengan tubuh yang tegap. Adik angkat Tenten yang sebenarnya diam-diam mengagumi Hinata. Keahlian menguasai olah raga basket dan otak cerdasnya membuat Tenten sangat bangga padanya. Walaupun cerdas, ia termasuk pemuda yang berisik dan suka berbuat konyol. Sebenarnya nama aslinya Namikaze Menma tetapi Naruto memilih untuk mengubah seluruh identitasnya dengan menggunakan nama Uzumaki Naruto sebagai identitas barunya. Hal ini disebabkan karena peristiwa 8 tahun lalu di mana Ibu kandung Naruto yaitu Namikaze (Uzumaki) Kushina meninggal dibunuh oleh yakuza. Penyebabnya karena Namikaze Minato telah ditipu dan difitnah oleh teman sekantornya yang berhasil melakukan penipuan dan mencuri uang simpanan dari perusahaan yang dikelola oleh kelompok yakuza tersebut dan berhasil kabur sehingga Minato yang difitnah itu, tidak bisa mendapatkan bukti dan merasa nyawanya terancam, akhirnya hanya bisa menyelamatkan dirinya dan meninggalkan keluarganya sendirian. Akibatnya Naruto dan Kushina yang juga menderita karenanya. Kebetulan saat itu Tenten baru saja pulang setelah menyelesaikan misinya dan melihat peristiwa pembunuhan itu di depan matanya. Di saat itulah ia menghabisi yakuza tersebut dan berhasil menyelamatkan Naruto yang tengah sekarat akibat dihajar habis-habisan oleh kelompok yakuza itu serta menjebloskan teman Minato yang penipu itu dengan mengirimkan bukti-bukti yang cukup kuat ke Kepolisian Pusat Konoha. Sejak kejadian itu, Naruto sangat menyayangi Tenten meski mengetahui latar belakang kehidupan gadis itu sangat gelap dan berbahaya.
Hyuuga Hinata: Gadis cantik berusia 17 tahun yang bersekolah sama dengan Naruto di Konoha Internasional High School. Anak tunggal dari Hyuuga Hiashi. Berambut indigo dan memiliki mata yang sama seperti kakak sepupunya, Neji. Selalu bersikap ramah pada siapapun, perhatian, sopan, pintar dalam memasak dan mengurus rumah tangga. Berotak cerdas hingga ia juga dipercaya Neji untuk membantu membereskan masalah keuangan dan negoisasi walau pekerjaan tersebut jauh lebih banyak dikerjakan oleh Neji daripada dirinya. Diam-diam ia juga mengagumi Naruto saat upacara penerimaan murid baru. Ia sangat menyayangi Neji meski hatinya selalu diliputi rasa cemas dan khawatir akan keselamatan kakak sepupunya itu mengingat banyak pihak-pihak yang masih mengincar nyawa dan posisi pemuda itu termasuk ayahnya yang sepertinya juga ikut mengincar Neji dengan menggunakan dirinya meski hal itu sulit dibuktikan. Sekarang ini ia menginap di Rumah Neji, mengingat ayahnya selalu sibuk bekerja dan jarang ada di rumah membuat Hinata selalu kesepian dan kekurangan kasih sayang dari ayahnya.
.
.
.
Chapter 1
"KYAAAAAAAAAAAAAAAAA!
JLEBBBBBBBBBBBB!
BRUAKKKKK!
DUARRRRRRRRRRR!
"ARGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!" Teriakan kesakitan telah menggema di Kamar Gatou. Lelaki tua bertubuh tambun itu tengah terduduk di lantai dengan darah keluar dari perutnya. Kedua matanya berkunang-kunang, tak bisa melihat dengan jelas. Tangannya memegangi luka di perutnya untuk menahan darah yang keluar, sedangkan tangan satunya lagi tetap memegang erat sebuah katana. Diarahkannya katana itu pada sesosok orang bertopeng putih keperakan yang hanya menutupi bagian atas wajahnya serta berpakaian dan bertudung jaket panjang serba hitam. Wanita yang dicumbunya tadi ternyata jatuh tertidur akibat terkena tembakan jarum bius yang ditembak tepat kena di bagian lehernya oleh orang itu melalui assassin gauntletnya (re: sarung tangan panjang sebatas seperempat lengan khusus untuknya yang dilengkapi berbagai senjata seperti Hidden Blade, Hidden Gun, jarum bius, Hidden Poison Blade, Poison Dart dan Rope Launcher). Matanya menatap penuh amarah pada orang itu yang juga menatapnya balik dengan dingin. Orang itu mengeluarkan double hidden blade dari balik bawah kedua assassin gauntletnya. Kelihatannya ia memang sudah ahli menggunakan senjata itu. Entah bagaimana caranya orang serba hitam itu berhasil masuk menyusup ke dalam rumahnya, padahal Gatou memiliki banyak pengawal yang selalu berwaspada dan menangkap sesuatu yang mencurigakan dengan cepat, bahkan sistem keamanan rumah tercanggih miliknya dapat dibobol dengan mudahnya.
"Ku-kumohon…Ohok! Ohok! T-t-t-tolong j-jangan bunuh….ohok!...aku!" Teriak Gatou. Katananya tetap menunjuk-nunjuk ke arah orang serba hitam itu. Sedangkan orang yang dimaksud hanya berjalan menghampiri Gatou. Melihat laki tua itu bersimbah darah dan terus menatapnya dengan amarah. Ia berjongkok sambil menondongkan Hidden Blade tangan kirinya ke leher Gatou, sekedar ingin melihat ekspresi kesakitan laki tua itu untuk terakhir kalinya. Mengingat tugasnya adalah menghabisi laki tua itu atas permintaan langsung dari kliennya.
"T-TOLONG…OHOK!...OHOK! J-J-JANGAN BUNUH A-AKU! OHOK! OHOk! A-A-AKAN KUBAYAR B-B-BERAPAPUN YANG K-K-KAU M-MINTA!" Teriak Gatou semakin kencang. Dengan wajah penuh ketakutan dan putus asa, ia menundukkan kepalanya, di sekelilingnya tampak darah mengenang, darah terus mengalir dari perutnya yang terkena tembakan. Tubuhnya sedikit oleng dan tangannya langsung melepas katana yang digenggamnya tadi.
"Sudah cukup berbasa basinya. Aku tahu semua apa yang kau lakukan pada Tazuna bersama keluarganya. Kau menghabisi keluarganya karena kau ingin merebut dan mengusai tanahnya untuk menjadikan tanah itu sebagai pabrik gula milikmu." Ucap orang itu sambil tersenyum dingin.
"K-K-KAU TIDAK PUNYA BUKTI! BRENGSEKKK!" Bentak Gatou. Ia terkulai lemas, tubuhnya terbaring di lantainya yang dingin, darah yang keluar dari mulutnya pun semakin banyak. Bibirnya yang membiru membisikkan permohonan-permohonan dengan lirih, air matanya mengalir di pipi yang ternoda bercak-bercak darah.
"Aku tahu semuanya. Aku selalu tahu apa yang kau lakukan. Selain Keluarga Tazuna, banyak orang-orang malang bersama keluarganya yang juga ikut dihancurkan olehmu demi ambisi dan keserakahanmu. Mengenai buktinya, sudah kukirimkan semuanya ke Kepolisian Pusat Konoha sejak satu jam yang lalu." Orang itu semakin mendekatkan Hidden Bladenyapada leher Gatou.
"S-S-SIAPA…KAMU?!" Lirih Gatou menatap nanar pada orang itu.
"Aku? Tentu saja aku adalah Aegis, malaikat mautmu yang akan mengirimmu ke dasar neraka." Orang itu langsung menusukkan Hidden Bladenya pada leher Gatou dengan gerakannya yang terbilang sangat cepat.
JLEBBBB!
CRASSHHHHH!
"AGHHHHHHHHHHHHHHHHHH!"
"Requiescat in Pace." Katanya dengan menggunakan bahasa asing sembari meletakkan sebuah kalung Rosario perak yang bertuliskan nama Aegis di sebelah wajah Gatou yang menatap kosong ke langit-langit kamarnya.
.
.
"Kerja bagus, Aegis." Seorang pria berambut perak yang memakai masker hitam itu menyerahkan sebuah amplop cokelat tebal pada seorang wanita muda bercepol dua yang baru saja melepaskan topeng dan tudungnya. Wanita itu kini duduk di atas sebuah sofa mahal yang diimpor langsung dari Jerman.
"Sudah kubilang berkali-kali jangan panggil aku dengan julukan itu jika kita hanya berdua. Panggil saja aku Tenten, Kakashi-sensei." Sahut Tenten sembari menghitung isi amplop itu dengan cepat. Setelah puas menghitung, ia menyimpan amplop itu di balik jaket hitamnya.
"Pekerjaanmu semakin bagus. Tidak sia-sia baik aku dan Guy meminta pada Tsunade untuk mengangkatmu sebagai Master of Assassin selain kami, Tenten." Ucap Kakashi bangga sambil menepuk pelan kepala Tenten.
"….Arigatou." Sela Tenten. "Tapi, tanpa perlu membicarakannya pada kalian pun aku yakin Tsunade-sama akan mengangkatku langsung sebagai Master of Assassin mengingat karir dan prestasiku sebagai assassin semakin hari semakin meningkat dengan cepat." Lanjutnya sambil tersenyum angkuh.
"Hahahaha…..ada-ada saja kau." Ujar Kakashi sambil menyentil kening Tenten membuat wanita itu mengaduh kesakitan dan mendelik kesal padanya. "Baiklah, sebaiknya kau segera pulang dan beristirahatlah, ini sudah larut malam lagipula besok kau bekerja untuk mengurus perusahaanmu. Kau tahu? Dari tadi Naruto meneleponku terus tanpa henti untuk menanyai keberadaanmu karena kau tak kunjung pulang ke rumah. Mengenai laporan misimu tadi akan kuurus dan kuberikan langsung ke Tsunade-sama." Lanjut Kakashi sambil membuka laptopnya.
"…..bocah rubah itu. Baiklah, sampai ketemu lagi, Sensei." Tenten mengangguk sambil mengenakan topeng dan tudungnya lagi, kemudian ia melangkahkan kakinya ke arah jendela apartemen yang berada di lantai 25 dan menjatuhkan tubuhnya dari jendela itu lalu ia menghilang tanpa jejak begitu Kakashi melongokkan kepalanya keluar jendela untuk melihat keberadaan dirinya setelah menjatuhkan tubuhnya dari gedung itu.
.
.
.
Saat ini Tenten sudah berada dalam mobil BMW hitamnya yang sengaja ia parkirkan di sebuah gedung tua tak terpakai yang letaknya tak terlalu jauh dari apartemen Kakashi tadi. Semula wanita itu mengenakan topeng dan pakaian serba hitam khas assassin miliknya, detik kemudian ia sudah berganti pakaian dengan setelan pakaian kantornya sehari-hari. Ia langsung saja mengambil smartphonenya yang baru saja berdering dari saku blazernya. Ia segera mengecek pesan tersebut.
From Naruto:
"Panda-neechan! Kapan kau tiba di rumah?! Cepatlah pulang! Aku sudah lelah menunggumu, Dattebayo!"
Tenten menghela nafas panjang, "Baka otouto…kenapa bocah itu keras kepala sekali sih? Ah sudahlah sebaiknya aku cepat-cepat pulang sebelum dia mengangguku lagi." Tanpa basa-basi, Tenten langsung membalas pesan itu dengan cepat kemudian menancap gas mobilnya untuk menuju ke arah rumahnya.
.
.
.
Jam menunjukkan pukul 22.48 malam ketika Neji tiba di mansionnya yang megah, mewah dan bergaya Jepang klasik dengan sentuhan modern dan terkesan anggun tapi tidak ketinggalan zaman. Hari ini yang hari sangat melelahkan bagi pria bermarga Hyuuga itu, karena baru saja ia menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk di kantornya itu. Meski mengantuk, perutnya yang baru diisi dengan sekaleng kopi dingin memprotes keras padanya. Sambil menarik nafasnya, Neji menekuk-nekuk tengkuk lehernya yang sakit dan memijat keningnya pelan ditambah lagi ia belum sempat makan malam akibat seharian penuh ia duduk sambil terus membaca dan menandatangani tumpukan dokumen di ruang kerja pribadinya. Setelah meletakkan tas kerja dan melepaskan jasnya di sofa ruang tamu, Neji langsung saja berjalan menuju dapur mencari sesuatu yang bisa mengenyangkan perutnya.
Setibanya di dapur, Neji sedikit terkejut menemukan Hinata yang biasanya tidur cepat di kamarnya dan hanya bisa ditemui saat sarapan kini tengah duduk dan tertidur pulas di kursi meja makan sambil menelungkupkan wajahnya di atas meja makan. Di atas meja makan itu juga terdapat semangkuk katsudon dan segelas ocha yang masih hangat. Neji tersenyum tipis melihatnya, sebenarnya ia tidak tega membangunkan adik sepupunya yang tertidur itu, namun mengingat posisi tidur Hinata yang bisa membuat tubuhnya sakit, membuat Neji memilih untuk membangunkannya.
"Hinata…..Bangunlah, Hinata. Lebih baik kau tidur di kamarmu." Dengan pelan, Neji menepuk-nepuk pipi Hinata.
Beberapa detik kemudian, Hinata mengerjapkan matanya. Seulas senyum lemah terukir di wajahnya saat menatap Neji yang berdiri di sampingnya. "Kapan kau pulang, Neji-nii? Tanya Hinata seraya merenggangkan tubuh.
"Hnn. Baru saja." Jawab Neji sambil melirik makanan di meja kemudian kembali menatap Hinata, "Kau yang memasaknya untukku? Seharusnya kau tidak usah repot-repot untuk memasak dan menungguku, Hinata. Kau tahu kan aku tidak selalu ada di rumah untuk makan malam." Lanjutnya sambil mengelus sayang kepala Hinata.
Hinata tersenyum sembari menggeleng, "Justru aku senang melakukannya. Kebetulan saja aku belum bisa tidur tadi dan aku tahu kalau kau tidak bisa mengatur pola makanmu dengan benar selama kau selalu sibuk mengurus pekerjaanmu. Makanya aku sengaja memasak untukmu. Ah, ayo dimakan Neji-nii mumpung masih hangat!"
"Ittadaikimasu." Neji langsung memakan lahap makan malamnya. Setelah selesai makan malam, Hinata langsung mengambil peralatan bekas makan malam itu dan mencucinya, sedangkan Neji tetap duduk di kursinya sambil memandang Hinata yang asyik mencuci mangkuknya di depan bak cuci piring.
"Bagaimana sekolahmu hari ini, Hinata?" Tanya Neji
"Eh? Hari ini lumayan menegangkan. Karena ada ulangan fisika mendadak. Tapi aku masih bisa menjawab dengan benar." Ujar Hinata sembari mengelap tangannya yang sudah selesai mencuci.
"Begitu. Lalu apakah kau mengalami kesulitan dalam pelajaranmu? Bagaimana hubunganmu dengan teman-temanmu termasuk dengan Naruto yang katanya terkenal berisik dan suka melakukan hal konyol itu? Apa kau berteman juga dengannya?"
BLUSH!
Wajah putih Hinata langsung merona, begitu ia mendengar nama pemuda Uzumaki itu terlontar dari mulut Neji.
"Tidak ada, semua pelajaran yang kupelajari berjalan dengan lancar. Mengenai hubunganku dengan teman-temanku baik-baik saja. T-t-terutama dengan N-Naruto-kun, tentu saja aku juga berteman baik dengannya. Seperti yang pernah kukatakan padamu….walaupun ia berisik dan suka berbuat jahil serta konyol, tapi sebenarnya dia itu baik kok. Ia selalu membantuku saat aku dalam kesulitan dan ia juga membantuku berlatih bermain basket dengannya. Berkat dialah, pelatih mempercayai dan menjadikanku pemain inti tim basket perempuan dan aku selalu diikutsertakan untuk beberapa perlombaan."
"Begitu, baguslah kalau Uzumaki itu ada sisi baiknya juga meski aku belum pernah bertemu langsung dengannya." Ucap Neji. "Tapi kau harus tetap berhati-hati." Lanjut Neji serius sambil menatap tajam Hinata. "Sebaik apapun mereka padamu, kau harus selalu waspada. Aku tidak ingin menakuti-nakutimu tapi aku hanya mengingatkan agar kau jangan lengah dan mudah percaya pada mereka. Mengerti, Hinata?"
"A-Aku mengerti, Neji-nii.
Neji kembali melembutkan pandangannya kemudian ia tersenyum lembut seraya menepuk pelan kepala Hinata, "Nah, tidurlah sekarang. Besok seperti biasa aku akan mengantarmu ke sekolah. Jadi, jangan sampai telat bangun." Neji mengelusnya dengan penuh kasih.
Hinata mengangguk sambil tersenyum, "Oyasumi, Neji-nii!"
"Hnn. Oyasumi…"
.
.
.
Mobil BMW hitam yang dikendarai Tenten memasuki sebuah kawasan perumahan elit pada pukul 24.03 malam. Kemudian mobil tersebut memasuki sebuah rumah yang terbilang cukup besar dan mewah bergaya Eropa era Victorian yang didominasi warna putih. Pagar megah yang awalnya terbuka kini kembali tertutup secara otomatis di belakangnya setelah memarkirkan mobilnya masuk ke dalam garasi.
Tenten mengernyitkan dahinya ketika ia baru sadar melihat rumahnya gelap mengingat di luar rumah masih sangat terang. Perlahan, ia merogoh saku blazernya lalu mengambil kunci dan langsung memasukannya ke dalam lubang kunci dan memutarnya sampai terdengar bunyi kecil. Tak lupa, ia juga menyiapkan Hidden Blade cadangan yang selalu terpasang secara tersembunyi pada lengannya di dalam bagian lengan blazernya.
CKLEK
DUARRRRRRRRRRRR!
"TANJOUBI OMEDETO PANDA-NEECHAN/ OUR YOUTHFUL FLOWER/ TENTEN-CHAN/ TENTEN-SAMA!"
Tenten agak menyipitkan matanya karena rumahnya yang awalnya gelap berubah mendadak terang. Ia sangat terkejut melihat ada Naruto yang memegang sebuah kue tart besar yang bagian atasnya dihiasi dengan lilin berbentuk angka 24. Di sekitar Naruto, terdapat juga beberapa orang yang dikenali Tenten sebagai sahabat maupun partner kerja dalam perusahaan dan organisasinya yaitu Lee, Ino, Kakashi (re: entah bagaimana caranya bisa tiba lebih dulu dari Tenten) dan Guy yang duduk di kursi roda yang mengejutkannya dengan meledakkan confetti padanya. Bahkan Tsunade dan Temari yang katanya sedang berkunjung ke Guam dalam rangka bisnis sekaligus misi pun ada di sini. Ditambah lagi ada seluruh anggota Brotherhood of Assassins baik pria dan wanita yang merupakan anak buah Tenten dan lainnya juga turut hadir memeriahkan pesta ini. Mereka menyulap rumah ini menjadi tempat pesta yang lumayan meriah. Dengan ada hiasan rangkaian bunga, pita warna-warni dan tebaran confetti tadi.
"K-kalian?...apa yang kalian lakukan di sini? Dan kau Naruto, kenapa rumah kita menjadi seperti ini?" Tenten bertanya sekenanya, berhubung otaknya masih terlalu kacau untuk mengetahui apa yang sekarang telah terjadi pada dirinya dan rumah tercintanya (?).
"Hahahahaha! Tentu saja merayakan ulang tahunmu, my youthful flower yang manis!" Sahut Guy mengacungkan jempolnya sembari memamerkan cengiran khasnya disertai dengan efek sinar pada gigi putihnya.
"Aku berulang tahun?" Tanya Tenten bingung sambil menunjuk dirinya. Untuk beberapa saat Tenten terpaku. Ulang tahun? Memangnya hari ini dia berulang tahun? Ia mengeluarkan smartphonenya dan melihat aplikasi kalender. Tanggal 9 Maret.
"Hari ini kan memang ulang tahunmu, Panda! Tunggu….jangan bilang kau lupa dengan ulang tahunmu?" Tukas Ino begitu melihat reaksi Tenten seperti orang bodoh itu.
Tenten mengangguk, "…aku benar-benar lupa dan tidak memikirkannya sama sekali."
"Dasar." Sela Tsunade yang tiba-tiba berdiri di hadapan wanita bercepol dua itu lalu menyentil pelan kening Tenten. "Meski kau sibuk dengan perusahaan, kelompok dagang dan misimu sebagai assassin, jangan pernah kau lupakan tanggal kelahiranmu, Tenten. Hah…sepertinya aku harus mengurangi beberapa misi agar kau tidak semakin pikun, bocah." Lanjutnya.
"Sudahlah, Baachan. Hari ini kan hari istimewa Panda-neechan. Tanjoubi Omedeto, Panda-neechan!" Seru Naruto yang tiba-tiba menerjang dan memeluk Tenten atau lebih tepatnya meremukkan tulangnya, setelah meletakkan kuenya di atas meja. "Semoga panjang umur, makin tambah sehat, seksi dan cantik, neechan!
Tenten yang awalnya terbengong-bengong kini menyunggingkan senyuman manis yang ikhlas pada Naruto kemudian ia juga membalas pelukan Naruto, "Arigaotu, Naruto…dan kalian semua terutama Temari-san dan Tsunade-sama. Maaf membuat kalian jauh-jauh datang ke sini dari Guam untuk merayakan ulang tahunku."
"Tidak kok. Sebagai senior dan partner terbaikmu, aku senang karena kau semakin dewasa. Nah, ayo sekarang buat permintaan dan tiup lilinnya, Tenten!"
Tenten mengangguk mantap, kemudian ia memejamkan mata untuk membuat permohonan di hari ulang tahunnya. Setelah selesai membuat permohonan, ia membuka matanya dan langsung meniup lilinnya…
Fuhhhh….
Plok! Plok! Plok! Plok!
Dan tepuk tangan membahana di ruang tamu itu. Temari dan Ino memeluk Tenten. Tsunade pun ikut memeluk Tenten. Diikuti oleh seluruh anggota Brotherhood of Assassins yang ingin menyalami Tenten, bahkan tak sedikit yang memberi hadiah untuknya. Sedangkan Kakashi hanya membuka gabus botol red winenya dan menuangkan isinya ke dalam beberapa gelas kecuali gelas Naruto yang diisi dengan sekaleng minuman bersoda, membuat Naruto cemberut dan mengumpat tak jelas pada dirinya sendiri. Setelah semua siap memegang gelas berisi minuman, mereka membentuk lingkaran besar. Giliran Lee mewakili mereka untuk berbicara. Dengan senyuman lebar mengembang di bibirnya, ia berkata…
"Semuanya! Ayo kita rayakan pesta ulang tahun ini dengan semangat masa muda dan gembira! Sekali lagi kita ucapkan TANJOUBI OMEDETO PANDA-NEECHAN/ OUR YOUTHFUL FLOWER/ TENTEN-CHAN/ TENTEN-SAMA!"
Setelah bersulang, mereka mulai menyantap berbagai macam hidangan sudah tersedia di atas meja. Mereka tertawa, saling mengobrol sambil menikmati makanan yang mereka santap. Sehingga hanya menyisakan Tenten dan Naruto yang tampak asyik menikmati obrolan mereka berdua.
"Aku belum sempat mencari sesuatu untuk hadiahmu, neechan. Jadi maaf, jika aku hanya bisa menyiapkan kue tart sebagai hadiahnya." Ucap Naruto dengan wajah menyesal.
Tenten tersenyum dan mengacak-acak rambut pirang Naruto, "It's alright. Aku puas dan senang dengan semuanya. Bagiku ini sudah lebih dari cukup. Arigatou, otoutoku tersayang….."
Naruto memamerkan senyuman lima jarinya pada Tenten, "Ngomong-ngomong tadi apa permohonanmu, neechan?" Tanyanya dengan penasaran.
"Hmm? Tentu saja rahasia…" Ujar Tenten yang tiba-tiba mencomot krim kue dan mengoleskannya pada wajah Naruto dengan insting assassinnya. Alhasil perlakuan Tenten membuat Naruto menjerit dengan tak elitnya dan segera mengejar Tenten untuk 'balas dendam' padanya dengan menggunakan krim kue yang dicomotnya juga. Sedangkan mereka yang menikmati pesta itu hanya tertawa melihatnya, tapi ada juga beberapa mengabadikan moment tersebut dengan smartphone masing-masing.
"Permohonanku adalah…..agar aku dapat mengetahui dan menemukan identitas dan keluargaku yang sebenarnya." Ucap Tenten dalam hati.
TBC
Keterangan: Requiescat in Pace artinya Rest in Peace
Konnichiwa! Author masih baru jadi maaf bila banyak kekurangan, Author berusaha menyalurkan ide dan imajinasi dari otak author yang maniak NejiTen, NaruHina dan game , apalagi sejak mengenal FF. Net juga. Author mengucapkan terima kasih pada siapapun baik silent reader maupun reader yang membaca FF ini. So please kasih review! Arigatouuuuuuu!
