Hello~ bertemu dengan kami, Snow Jo xD (udah pada tau? ato jangan" lupa TT^TT) dan Kuroka (ex-silent reader di fandom ini, salam kenal ^_^).. hmm... dimulai dari perkenalan, lalu pembicaraan kecil (yang secara sengaja atau tidak sengaja?) di infantrum (join aja! xD -sekalian promosi- -ditendang-) akhirnya kami pun memutuskan untuk membuat fic kolab ini~ xDD juga account kolab..

Oke, mungkin reader(s) (kalo ada yg baca) akan menemukan prolog yang sangat familiar di sini, tapi untuk chap-chap ke depan, anda (atau kalian) akan menemukan perbedaan yang berbeda -apaan nih?- yah, pokoknya, berbeda D: -taboked-

Dan sekali lagi, sekadar warning, setiap chapter kami kerjakan dan tulis bersama-sama (dengan 1 media komunikasi, PM), tapi semoga penulisannya tidak terkesan bercampur baur, err... dan kelihatannya (mungkin), tidak :P -ditendang-

(Btw, yang menulis di A/N atas ini Jo :D Kuro menulis A/N bawah, demikian bergantian, biar ga bingung... -penting kah?-)

Akhir kata, seperti biasa... enjoy? :D


Line of Truth

Disclaimer: ATLUS owns Persona 3 & Persona 4

Genre: Parody/Adventure

Rated: T for storyline

O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O

Prologue

'Time never waits.

It delivers all equally to the same end…

Orang-orang, para pekerja kantor, remaja-remaja dengan seragam sekolah membungkus tubuh mereka, juga para orang-orang dewasa lainnya serta anak-anak kecil, berlalu lalang dan memenuhi jalanan, khususnya di trotoar. Ya, sebuah kota besar dan modern, yang dahulu hanyalah sebuah kota terpencil yang udaranya segar dengan pepohonan hijau dan sebuah penginapan kecil yang adalah kebanggaan mereka. Kini telah menjadi kota yang sangat modern, dan sangat menyayangkan udaranya yang segar dan bersih sekarang tercemar oleh polusi. Namun… hei, bukankah itu yang namanya perubahan zaman?

Jika kau memperhatikan dengan seksama, kedua biji matamu akan terkunci pada bayangan seorang pemuda.

Pemuda yang akan menyelamatkan kota ini…

Pemuda yang akan menyelamatkan dunia ini...

Pemuda yang akan kehilangan nyawanya…

Namun bukankah setiap tubuh manusia, setiap insan kehidupan, semuanya akan kehilangan nyawanya, kehilangan hidupnya, kehilangan roh dan jiwanya suatu saat nanti?

You, who wish to safeguard the future,

however limited it may be…

Pemuda itu belum membayangkan apa keinginannya, ia pikir harinya adalah hari yang biasa-biasa saja, kehidupan yang biasa-biasa saja. Bahkan kedatangannya ke kota ini, untuk menjalani kehidupannya yang biasa saja. Tidak ada yang khusus.

Namun segala sesuatu, tentunya tidak selalu sesuai dengan apa yang dibayangkan seseorang itu bukan? Dalam hatinya akan tumbuh perasaan itu, perasaan dan keinginannya untuk melindungi orang lain…

Namun saat itu… memang, kemampuannya sangat terbatas… Ia juga adalah manusia biasa.

You will be given one year;

Satu tahun…

Selama selang waktu itu, hatinya akan membentuk suatu keinginan, membentuk suatu hasrat, membentuk suatu cita-cita yang akhirnya akan memerintahkan otaknya untuk mengambil suatu tindakan, tindakan yang akan mempengaruhi kehidupan banyak orang.

O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O

Langit senja kala itu menyemburatkan siluetnya yang berwarna jingga kemerahan, menyelimuti setiap sudut kota itu dengan warna mega tembaga.

Tak terkecuali dengan sebuah bangunan besar bertingkat yang terletak di salah satu sisi jalan besar yang ada di kota itu. Dari jendela lantai 3 bangunan tersebut, terlihat seorang gadis berambut coklat sedang jatuh terduduk sambil mengarahkan pistol ke kepalanya. Air menetes di belakangnya. Tubuhnya bergetar, nafasnya memburu, detak jantungnya tak terkendali, dan keringat bercucuran dari sekujur tubuhnya. Sudah berkali-kali ia berusaha untuk menarik pelatuk dari pistol yang digenggamnya, namun ia tak sanggup melakukannya akibat jemarinya yang kaku dan lemas. Akhirnya kelopak matanya tertutup, menyembunyikan bola mata coklat jernihnya dan setitik keringat menetes dari bulu matanya, pistol itu jatuh dari genggamannya, yang mengakhiri segala usahanya. Sementara air yang mengalir deras dari keran tidak henti-hentinya memukul permukaan bath tub di belakangnya.

O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O=O

Seorang pemuda berjalan di tengah kerumunan manusia dan insan kehidupan di kota itu. Kedua biji matanya terkunci pada lampu berwarna di hadapannya. Merah pertanda berhenti, hijau pertanda berjalan. Ketika lampu berwarna merah itu mati dan menyalakan yang hijau, pemuda itu melangkah.

Ia terus berjalan, dan diangkatnyalah wajahnya dan mendapati dirinya berdiri di depan sebuah stasiun kereta. Setelah menggesekkan karcisnya, pemuda itu berjalan memasuki kereta, menuju ke sebuah tempat di mana ia akan tinggal untuk satu tahun ke depan.

Namun kemanapun pemuda itu berjalan, Philemon akan tetap mengawasinya, dalam penjelmaannya sebagai seekor kupu-kupu yang menyemburatkan cahaya kebiruan yang cantik dari tubuhnya.

Go forth without falter,

with your heart as your guide…'


A/N: Kuro di sini, er... - -a ini fic collab pertama saya (Kuro) dengan Snow Jo... (dan sebenarnya saya sendiri cuma nulis dikit, dikiit.. banget). ehm, karena saya masih pemula dan merupakan ex-silent reader, jadi kalo ada banyak kesalahan... tolong bantu saya untuk memperbaikinya, ya..^_^ mungkin hanya itu saja yang bisa saya katakan.. ^^a dan tunggu kejutan dari kami di next chap~ XD

akhir kata, hal yang tak terlupakan, review? =))