Genre: Mungkin Mystery, Suspense
Main Character: Uzumaki Naruto, Uchiha Sasuke
Disclaimer: Mashashi Kishimoto
WARNING! NO YAOI, CERITA NGACO, DLL
Inspired from game "Indigo Prophecy"

Ini fic mystery saya yang pertama. Jadi bila banyak kekurangan, Dre minta maaf ya. Jangan komplein! Kalian mbaca ini gratis! *disambit palu sama readers* Hehe bercanda kok jangan tersinggung ya.


Naruto's Point Of View (POV)

Malam itu, aku ingat aku sedang duduk di toilet. Aku bingung, aku tak dapat menggerakkan tubuhku. Aku kedinginan, bagaikan membeku di tengah kutub. Semua gelap, sangat gelap.

Di dalam kegelapan itu, aku melihat seseorang. Ia berjubah hitam dengan kudung tertutup. Aku tak mampu melihat wajahnya. Ia membawa sebuah pisau kecil dan ia berjalan dengan gontai. Namun saat ia melangkahkan kakinya, aku merasakan bahwa kakiku pun ikut bergerak 'persis' seperti yang ia lakukan.

Beberapa meter dari pria tersebut, aku melihat seseorang berdiri di depannya. Seketika itu orang berjubah hitam menusuk orang di depannya tepat di dada kirinya. Entah kenapa aku pun merasakan tanganku juga bergerak persis seperti yang pria berjubah itu lakukan. Kemudian aku melihat di sekelilingnya muncul ribuan lilin menyala berurutan. Lilin-lilin itu semakin terang. Semakin terang, dan semakin terang hingga menyilaukan mata.

Tepat saat itu juga aku mampu membuka mataku. Betapa terkejutnya aku saat melihat seseorang tewas tepat di bawahku.

"Apa yang terjadi?!" Aku bingung, gelisah, tak mampu berkata-kata sedikitpun. Aku melihat sekitar, ini toilet. Aku ingat saat aku duduk di kloset saat itu. Tapi, kenapa ini terjadi.

"APA?!" Aku melihat bahwa tanganku memegang sebuah pisau yang sudah dilumuri darah.
"Ini tidak mungkin terjadi!" Aku semakin depresi saat aku melihat luka di kedua lenganku. Masih berdarah, seperti disayat oleh benda tajam.

"Orang-orang tidak boleh melihat ini." Aku menyembunyikan jenazah itu di kloset dan mendudukannya di kloset. Kemudian aku membersihkan darah yang berada di lantai toilet dengan sebuah pel yang berada di dekat ku. Setelah itu aku membersihkan darah di lenganku.

Aku semakin terkejut setelah membersihkan sayatan di lenganku. Ternyata luka itu membentuk seperti seekor ular. "Ini benar benar aneh..."

Aku berniat meninggalkan tempat ini, tiba-tiba saja kepalaku menjadi sakit. Aku melihat sesuatu.

Di luar toilet ada seorang polisi sedang duduk menikmati kopinya. Tak lama kemudian, polisi tersebut memasuki toilet.

Apakah ini penglihatan? Aku semakin depresi. Aku pun segera keluar dari toilet dan betapa terkejutnya aku saat aku melihat ada seorang polisi sedang menikmati kopinya, ini persis seperti yang ada dalam penglihatanku.

Aku pun segera keluar dari café tersebut dan naik bus untuk pulang.

.

.

.

Normal POV

Naruto melepaskan jaketnya yang berlumuran darah itu ke dalam keranjang lalu merebahkan tubuhnya di sofa. Ia masih berusaha untuk merenungkan apa yang sedang terjadi. Ribuan pertanyaan muncul dalam benaknya namun tiada jawaban.

Ia melihat kedua lengannya sejenak, sayatan bergambarkan ular itu masih membekas di sana. "Aku harus melakukan sesuatu. Akan kuhubungi Hidan. Mungkin dia mampu menjelaskan sesuatu padaku."

Naruto mengambil handphonenya dan mulai menelpon Hidan.

Naruto: Hidan, ini aku Naruto.

Hidan: Oh, Naruto. Ada apa?

Naruto: Aku harus bertemu denganmu, kau sedang sibuk?

Hidan: Aku berada di gereja saat ini. Bagaimana kalau kita bertemu di taman sore ini?

Naruto: Baik, sampai jumpa di taman.

Hatinya mulai tenang karena ia berharap Hidan mampu membantunya kali ini.

Namun tiba-tiba Naruto merasa kepalanya sakit, samar-samar ia melihat sesuatu.

Seorang polisi mengetuk pintu apartemennya. "Permisi! Ini polisi, tolong segera membuka pintunya!". Naruto membukakan pintu. Kemudian polisi tersebut menemukan sebuah jaket berlumur darah di atas keranjang. Sontak, sang polisi langsung menodongkan pistol ke arah Naruto "JANGAN BERGERAK!"

Naruto membuka matanya. Dan menyadari apa yang baru saja ia lihat. "Polisi itu tidak boleh melihat jaket ku yang berdarah itu."

Saat Naruto mencoba untuk melangkah, tiba-tiba ia mendengar seseorang mengetok pintu.

"Permisi! Ini polisi, tolong segera membuka pintunya!"

'Gawat. Dia sudah datang. Aku harus cepat!' batin Naruto dalam hati. Naruto bergerak cepat dan segera memasukan jaketnya dari keranjang ke mesin cuci.

Naruto berpikir, apa lagi yang harus ia perbuat lagi. Ia melihat kedua lengannya yang bergambar ular itu.

"Jika Anda tidak segera membuka pintu, saya terpaksa harus mendobrak masuk!" Teriak sang polisi.

"Sebentar! Aku sedang mencari kuncinya!" Naruto berusaha mengulur waktu. Dengan cepat ia mengambil perban dari kotak P3K dan melilitkannya di kedua lengannya.

Setelah semua selesai, ia langsung berlari ke arah pintu dan membukannya.

"Selamat siang! Anda Tuan Uzumaki?" Tanya polisi itu.

"Iya, ada perlu apa?"Naruto berusaha untuk tidak gugup agar tidak dicurigai.

"Kami sedang menyelidiki kasus pembunuhan yang terjadi di sebuah café tadi pagi. Bolehkah saya memeriksa apartemen Anda?"

"Tentu, silahkan." Naruto memperbolehkan polisi itu.

Polisi itu memperhartikan sekitar, di setiap sudut. Namun tidak mampu menemukan apapun.

"Sepertinya saya tidak menemukan apapun yang aneh. Kalau begitu saya permi-" Kata-kata polisi tersebut terhenti ketika melihat lengan Naruto yang dililit oleh perban.

"Maaf, kalau boleh saya tahu, kenapa lengan Anda?" Polisi itu mulai penasaran.

"Oh, ini karena kecelakaan yang konyol. Aku baru saja tersermpet angkot hahaha." Naruto mencoba bercanda agar tidak terlihat mencurigakan.

"Baiklah kalau begitu, saya permisi." Polisi itu pun meninggalkan apartemen Naruto.

Naruto hanya bisa menghela napas lega. "Aku harus ke taman sekarang." Naruto segera mengenakan jaket, syall dan topi hangatnya lalu ia berangkat ke taman.

.

.

.

Naruto tiba di taman, taman ini diselimuti salju cukup tebal seperti bulu domba.

Tak lama kemudian ia bertemu dengan Hidan

"Jadi Naruto, ada perlu apa?" Tanya Hidan langsung kepada Naruto

"Dengar, jika aku menceritakan ini mungkin kau tidak akan percaya."

"Hei, kita sudah berteman lama. Katakan saja semuanya padaku." Hidan berusaha menenangkan Naruto.

"Baiklah, Hidan kau tahu tentang pembunuhan di cafe tadi pagi?" perkataan Naruto membuat Hidan bingung. "Memang kenapa, Naruto?"

"Aku yang melakukannya." Mata Hidan terbelalak. "Tidak mungkin!"

"Dengar, aku tahu ini kedengarannya tidak mungkin. Tapi saat itu, aku bukanlah diriku! Aku merasa ada yang mengendalikan tubuhku!" Naruto hanya berharap agar Hidan mempercayai perkataanya.

"Naruto, maaf. Aku tidak bisa membantumu, ini benar-benar bertolak belakang dengan agamaku. Tapi mungkin kau bisa menghubungi nona Chiyo. Mungkin saja nenek itu bisa membantumu. Ia tinggal di perempatan Ryuku."

"Terima kasih Hidan. Aku berhutang padamu." Naruto pun segera berjalan meninggalkan Hidan.

.

Saat Naruto hendak pergi, ia melihat seorang anak bermain di pinggir kolam taman. Tiba-tiba saja ia mendapat penglihatan lagi.

Anak itu kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke dalam kolam. Tidak ada yang memperhatikan anak itu. Anak itu menggigil dan akhirnya mati membeku.

'Gawat!' Naruto melihat anak itu mulai kehilangan keseimbangan. Sontak Naruto berlari menuju anak itu.

Anak itu pun tercebur ke dalam kolam. Naruto semakin mempercepat larinya.

'Oh tidak.' Ternyata ada seorang polisi sedang berpatroli di depannya.

'Apa yang harus ku lakukan? Anak itu akan mati membeku. Tapi jika aku menyelamatkannya, aku akan ditangkap!'


Naruto's POV

Aku bingung, tapi aku harus mengambil keputuskan dengan cepat! "Masa bodoh dengan polisi! Anak itu bisa tenggelam!"

Aku langsung terjun ke arah kolam dan mengangkat anak itu keluar dari kolam. "Bernapaslah!" Orang-orang berkerubung namun tidak melakukan apapun selain hanya menonton. "BERNAPASLAH!" Aku terus mencoba menekan perut anak itu.

"Uhuk!" Anak itu terbatuk dan bernapas tersengal-sengal. Untungnya aku masih sempat menyelamatkannya.

"Disini opsir Kabuto. Kirimkan ambulans, cepat. Seorang anak baru saja tenggelam." Aku melihat polisi itu memanggil bantuan.

Polisi yang bernama Kabuto itu melihatku, kami bertatapan sejenak. 'Ada apa, ia tidak menangkapku maupun melaporkanku'

Polisi itu hanya diam, apa mungkin ia tidak ingin melapor karna aku baru saja menyelamatkan anak ini? Aku tidak boleh terlalu yakin

Aku segera meninggalkan taman itu dan kembali ke apartemenku.


Normal POV

Detektif Uchiha Sasuke, berada di TKP tepatnya di cafe tempat pembunuhan terjadi.

"Bagaimana perkembangannya?" Tanya Sakura, partner Sasuke dalam kasus ini.

"Aku mengirim beberapa polisi untuk menyelidiki semua pelanggan yang datang pagi ini."

"Lalu?" Tanya Sakura lagi.

"Diantaranya ada Hatake Kakashi, seorang Konoha police. Kemudian Uzumaki Naruto, seorang pelanggan yang baru pertama kali datang kemari. Kemudian yang terakhir, penjual bilang ia tidak membeli apa-apa. Ia hanya berbicara sebentar kepada salah seorang pelanggan lalu pergi begitu saja." Sasuke menjelaskan panjang lebar.

"Baik akan kumasukkan ke arsip laporan" kata Sakura

"Terima kasih." Lalu sasuke menuju toilet dan melihat seorang ahli forensik sedang memeriksa jenazah.

"Bagaimana hasilnya pak?" Sasuke meminta laporan

"Tusukannya tepat di arah aorta korban sehingga korban kehilangan kemampuan untuk berteriak maupun berpikir. Aneh sekali, seorang ahli bedah saja kesulitan mengetahui tempat aorta tanpa membedah tubuhnya." Jelas ahli forensik tersebut.

"Maksudmu, bisa jadi tersangka adalah seorang ahli bedah?" Sasuke mulai penasaran

"Aku ragu. Dan ada yang lebih mengejutkan. Darah yang berada di pisau itu tidak hanya milik korban, namun ada darah milik pembunuh juga berlumuran di pisau itu."

"Jadi kau bilang bahwa sang pembunuh sedang terluka saat membunuh korbannya?" Tanya Sasuke.

"Kemungkinan besar, itu benar."

"Kasus ini makin menarik saja." Sasuke mulai pusing dengan kasus yang ia selidiki.


Naruto's POV

Aku mulai bosan berada di kamar terus menerus. Aku memutuskan untuk mencoba berlatih dengan sebuah guling yang digantung untuk berlatih *author ga tau namanya*

Aku meluncurkan beberapa pukulan, kemudian disusul dengan tendangan keras. Aneh, aku merasa sangat bugar.

Aku mulai berlatih serius tinjuku semakin kuluncurkan lebih keras, makin cepat, makin keras, makin cepat lagi. Lalu aku melepaskan sebuah tendangan dengan sangat keras, Dan-

TANG!

Guling itu terhempas jauh dan membentur dinding. Aku terkejut dengan apa yang barusan aku lakukan, gerakanku makin cepat. Tendanganku pun makin kuat. "Apa yang terjadi padaku?"

~To be continued~


Huaah capek, rasanya author updatenya bakalan lama deh, soalnya besok author pergi keluar kota tanpa laptop.

REVIEW?