WOLVES

Rate : T

© Haruno Kagura

Pair(s) : all EXO official couples

Summary : Enam yeoja manis merupakan siswi dari Cheonam-Dong High School yang terkenal akan kecantikan mereka. Tiba-tiba, salah satu dari mereka menabrak salah seorang dari enam namja tampan. Apalagi yang akan datang setelahnya?

Warning : Highschool!AU. Uke!GS.

Disclaimer : EXO itu dipunyai oleh ortu mereka, Tuhan Yang Maha Esa, manajemem, agensi, serta para fans.

Chapter 1 :

"Lulu-sayang! Ayo cepat bangun!" seorang wanita paruh baya berseru sambil berdiri disamping sebuah kasur berukuran single bed. Diatas kasur tersebut, terdapat sebuah buntelan yang diyakini wanita itu sebagai gadis semata wayangnya, Xi Luhan.

Set…

Dari dalam selimut itu, tiba-tiba timbul serimbun rambut bewarna merah kecoklatan dan terlihat sepasang mata bewarna cokelat terang yang terlihat sayu. Gadis yang dipanggil 'Lulu-sayang' itu hanya menyipitkan matanya ketika sinar matahari merusak pertahanan matanya dan akhirnya kembali menguburkan dirinya sambil bergumam, "Lima menit lagi, Mama."

Tek!

Urat-urat Nyonya Xi timbul di dahinya ketika melihat kemalasan gadisnya tersebut. Serta merta, Nyonya Xi langsung saja menarik jatuh selimut anak gadisnya dan berseru, "Xiuxiu dan yang lainnya sudah menunggumu, tahu!"

Luhan langsung bangkit dan melihat weker yang ia taruh disamping kasurnya. Jam tersebut menunjukkan pukul, 06.45. dan setelah itu, yang terdengar dari rumah itu hanyalah teriakkan yang akan membuat telingamu tuli seketika.

5 menit kemudian…

Tap! Tap! Tap!

Seorang gadis menuruni tangga dengan barbar. Rambut merah kecoklatannya dikuncir ponytail samping dengan sebuah pita meliliti rambut bergelombang miliknya. Ia sudah siap dengan seragamnya yang terdiri dari blazer hitam dengan kemeja putih, dasi kupu-kupu dengan corak kotak-kotak bewarna merah dan hitam serta rok dengan corak yang sama dengan dasinya. Dibawah, ia melihat ayahnya beserta teman-temannya yang sedang menikmati sarapan yang dibuat oleh Nyonya Xi.

"Pagi, Baba,"

Sebagai anak yang budiman, Luhan mencium pipi ayahnya dan menyapanya. Ayahnya hanya mengangguk sambil tetap membaca korannya. Luhan akhirnya duduk disamping seorang gadis berperawakan mungil dengan pipi tembam sewarna dengan apel matang, bibir merah yang kissable serta mata bulat yang memancarkan kepolosannya. Ia mempunyai rambut hitam sepunggung serta poni yang dipotong miring. Nama gadis itu adalah Do Kyungsoo.

Didepan Luhan, duduk seorang gadis dengan rambut cokelat sepinggul yang dikuncir twinstail. Gadis itu mempunyai jari-jari selentik pianis professional. Matanya bewarna cokelat tua dan agak sipit sehingga ia selalu memakai eyeliner dikelopak matanya. Nama gadis itu adalah Byun Baekhyun.

"Pagi, Lulu. Hari ini bangunmu agak cepat, ya," sahut seorang gadis berambut honey blonde yang dipotong shaggy seleher. Ia tersenyum. Saat tersenyum, di pipi kanannya akan terlihat sebuah dimple manis. Namanya Zhang Yixing.

Disampingnya, terlihat seorang gadis dengan rambut merah pekat dengan wajah yang terlihat sangar. Namun, walaupun begitu, ia terlihat manis dengan mata sehitam arang serta kantung mata yang entah mengapa membuatnya bertambah imut. Namanya Huang Zitao. Menyadari bahwa Yixing berkata tanpa pikir panjang, Zitao hanya tersenyum geli.

"Xingie-ah, jangan mengejekku~" rengek Luhan sambil mem pout-kan bibir mungilnya. Yixing hanya memasang tampang polosnya sambil bergumam, "Memang aku salah apa?"

"Well, aku tidak mau menakuti kalian semua. Tetapi, ini sudah pukul 07.00 lho," tiba-tiba Nyonya Xi bicara dengan nada memperingatkan.

Plak!

"Oh My, bahkan aku lupa sekarang pukul berapa," seorang gadis berpipi chubby menemplok dahinya dengan sangat dramatis. Gadis tersebut mempunyai mata bulat dan bibir mungil yang bewarna merah merekah. Matanya diberkahi oleh bulu mata yang lentik. Nama gadis itu adalah Kim Minseok. Walaupun begitu, entah kenapa ia lebih memilih dipanggil dengan nama mandarinnya yaitu, Xiumin.

"Kami pergi dulu, Baba, Mama / Ahjussi, Ahjumma!"

.

.

.

Cheonam-Dong High School…

"Ayo cepat! Tinggal sepuluh menit lagi, dan bel akan berbunyi," seru Xiumin sambil melihat

jam tangannya. Jam tangan G-shock bewarna ungu miliknya itu sudah menunjukkan pukul 07.20.

"Apa pelajaran pertama kita, Tao-ie?" tanya Luhan seraya berlari. Tao berusaha mengingat dalam larinya dan akhirnya menjawab, "Sejarah dengan Cho-seonsaengnim."

"Aduh, guru killer sialan itu," misuh Luhan sambil tetap berlari. "Luhan-ie, daripada kau mengeluh te-"

BRUAK!

Perkataan Kyungsoo tidak pernah diselesaikkan karena tiba-tiba ia menabrak seorang pemuda tan. Entah karena ia menabraknya begitu kencang atau pemuda itu terlalu kuat, Kyungsoo terjatuh dengan pantat mencium lantai terlebih dahulu dan menghasilkan suara yang begitu kencang. Luhan dan yang lainnya langsung saja menolong Kyungsoo untuk berdiri.

"Gwenchana?" tanya Luhan dengan raut khawatir. Kyungsoo menjawab dengan anggukan dan meringis menahan sakit di bagian bawah tubuhnya itu.

"Kyungie, kalau kau sakit, kita ke UKS saja, ya," kali ini Xiumin yang bertanya. Teman-temannya yang lain pun mengangguk menanggapi usul Xiumin.

"Wajahmu bahkan sudah agak pucat, jiejie," Tao yang sekarang memberi tanggapan. Ia melihat bahwa bibir kissable Kyungsoo yang selalu bewarna merah merekah itu mulai kehilangan warnanya.

"Tidak usah! Aku tidak apa-apa, kok," sergah Kyungsoo cepat. Ia sama sekali tidak mau menyusahkan sahabat-sahabatnya.

Si pemuda tan yang tadi sepertinya agak terkejut ketika menabrak Kyungsoo sehingga dia terdiam. Tetapi, ia segera memperoleh kesadarannya ketika mendengar suara soprano lembut sang gadis.

Set!

Si pemuda tadi menyodorkan tangan kananya dan menyunggingkan sebuah senyum miring di wajahnya. Kyungsoo mendongak dan matanya bertemu dengan sepasang mata hazel indah sang pemuda. Kyungsoo terpana dan segera setelah melihat senyuman sang pemuda, pipi merahnya tambah memerah. Kyungsoo menyodorkan tangannya dan seketika, tangannya digenggam oleh si pemuda. Pemuda itu dengan hati-hati membantu Kyungsoo berdiri.

"Gomawo,"

Dengan kata-kata terimakasih dan bungkukkan terakhir, Kyungsoo langsung saja pergi ke kelasnya. Sahabat-sahabatnya dengan setia membantu Kyungsoo untuk berjalan. Tao, yang merasa aneh dengan keenam pemuda itu, menoleh sebentar kearah para pemuda itu, dan saat itulah ia bertemu pandang dengan sepasang mata bewarna hitam kelam dari salah seorang dari keenam pemuda tersebut.

Tao segera saja membuang muka dan berjalan agak lebih cepat. Entah kenapa, tatapan pemuda itu membuatnya menggigil.

Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa keenam pasang mata itu berubah menjadi merah darah yang sangan pekat.

.

.

.

"Kyung-ie, kau benar-benar tidak apa-apa'kan?" Luhan yang masih khawatir pun akhirnya bertanya lagi.

Kyungsoo hanya meringis karena itu adalah kelima kalinya Luhan menanyakan itu kepadanya, "Hannie, aku tidak apa-apa, kok. Tenang saja, sebentar lagi paling sakitnya akan mereda."

"Baiklah kalau kau berkata begitu," Luhan pun akhirnya diam. Ia tahu diri juga akhirnya. Xiumin yang lelah melihat wajah serius Tao akhirnya bertanya kepada gadis yang paling tinggi dari mereka semua itu, "Taotao, kau kenapa sih? Mukamu itu dari tadi serius sekali."

"Ah, tidak apa-apa kok, jie. Hanya memikirkan sesuatu saja," Tao pun akhirnya menjawab sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kebiasaan.

"Ah, kau pasti sedang memikirkan pemuda yang paling tinggi itu, ya? Yang rambutnya bewarna pirang itu 'kan?" Baekhyun yang jahilnya mulai kumat, akhirnya menggoda Tao.

"I-ih! Siapa yang memikirkan pemuda itu!" sahut Tao. "Ah, Taotao-ku sayang, jangan mengelak, aku juga melihat kok kau menengok kepada pemuda paling tinggi itu," kali ini Luhan mengikuti partner in crime-nya beraksi. "Ih! Jiejie! Aku. Tidak. Memikirkan. Pemuda. Itu!" sahut Tao, wajahnya mulai memerah, dengan penekanan disetiap suku katanya.

"Aih! Dasar pembohong! Lihat wajahmu sudah memerah," Baekhyun mulai memanasi. "Wah, Taotao kita sudah dewasa ya," Luhan pun menimpali. Kyungsoo, Xiumin serta Yixing hanya tertawa melihat Tao yang sedang dibully oleh kedua temannya yang memang iseng itu.

Xiumin akhirnya menengahi, "Sudahlah, Luhan-ie, Baekkie, Tao nanti menangis, lho."

Setelah ditegur, barulah kedua gadis itu diam dan terkikik sendiri sebelum mengarahkan jari telunjuk dan jari tengah mereka. Membentuk tanda peace.

Kring!

"Luhan-ie, Kyungie, Taotao, kami kembali kekelas dahulu, ya,"

Seetelah ketiga sahabat mereka kembali kekelas mereka, seorang pria masuk.

Srek

Tap tap tap

"Selamat pagi, anak-anak,"

Seorang pria yang masih terlihat muda walaupun sudah berumur 30 tahunan. Ia adalah homeroom teacher mereka. Guru mereka inilah yang tadinya dikatain Luhan sebagai guru killer, karena memang begitulah kenyataannya. Nama pria itu adalah Cho Kyuhyun.

"Selamat pagi, Cho-seonsaengnim," koor anak-anak bersamaan, membalas sapaan guru sejarah mereka itu.

"Ne, gamsahamnida. Anak-anak, sebelum kita memulai pelajaran kali ini, saya akan mengenalkan tiga orang murid pindahan yang mulai hari ini akan belajar bersama kita," mendengar guru killer mereka berkata seperti itu, murid-murid mulai bertanya-tanya apakah gender dari 'murid pindahan' itu. Kecuali tiga orang sahabat yang sekarang saling berpandang-pandangan. Luhan adalah gadis yang pertama kali memutuskan pandangan itu dan memerhatikan kedepannya lagi.

"Baiklah, kalian boleh masuk,"

Tap

Yang pertama kali masuk adalah seorang pemuda dengan tinggi yang.. well, gigantisme. Sumpah, aku sama sekali tidak membual. Pemuda ini begitu tinggi. Ia mempunyai wajah yang merupakan blasteran antara Asia dan Barat. Ia mempunyai rambut pirang jabrik dengan sepasang mata yang bewarna hitam sekelam malam. Tiba-tiba sepasang mata itu menatap kearah Tao. Terkesiap, Tao sama sekali tidak dapat memalingkan wajahnya kearah lain. Setelah beberapa detik kemudian, ia segera memutuskan kontak matanya dengan Tao.

Dan Tao berani bersumpah bahwa ia melihat sepasang mata itu berkilat merah.

"Annyeonghaseo, nama saya Wu Yi Fan atau kalian bisa panggil saya, Wu Kris," suara baritone pemuda itu begitu dalam dan tanpa nada apapun didalamnya. Para gadis menahan napasnya dan merasakan bahwa pipi mereka bersemu kemerahan. Yah, mungkin kecuali Kyungsoo yang sama sekali tak acuh dengan pemuda didepan kelas itu sedangkan Luhan lebih tertarik melihat sikap Tao. Pasalnya, pemuda yang berada didepan kelasnya ini merupakan pemuda yang ia pasangkan dengan Tao. Ia tersenyum miring ketika melihat gelagat Tao. Sedangkan para pemuda yang berada di kelasnya itu langsung memelekkan matanya ketika melihat senyum Luhan itu. Beberapa diantaranya malah hampir mimisan. Ternyata, mereka mengira bahwa senyum Luhan itu untuk mereka. Padahal bukan.

Oh, poor them.

Tao yang menyadari senyum Luhan yang aneh, segera melancarkan death glare andalannya. Yang malah menurut Luhan sangat imut. Luhan langsung membuat muka seimut mungkin dan mulai melancarkan ejekkannya kepada Tao. Tanpa suara, ia menyanyi, 'Tao and Kris sitting under a tree, K-I-S-S-I-N-G'. Dan itu membuat Tao ingin meninju wajah jiejienya itu. Tapi, ia tahu bahwa ia pasti tidak dapat melakukannya kepada jiejienya yang merupakan penyuka bubble tea dengan rasa taro tersebut.

"Baiklah, Kris-ssi, kau boleh duduk di," setelah mengucapkan itu, semua gadis, tidak semua sih, langsung menarik perhatian seonsaengnim mereka agar dapat duduk dengan si cowok gorgeous yang baru datang ini.

"Huang Zitao," dengan satu nama itu, para gadis langsung depresi. Pasalnya, Tao adalah salah satu gadis yang termasuk sempurna dengan wajah sangar yang sebenarnya manis serta tubuh yang dapat membuat iri semua gadis bahkan model Victoria's Secret bakal iri dengan tubuh langsing nan berisi miliknya.

Mendengar namanya dipanggil, mau tak mau Tao langsung menganga dengan menggemaskan. Luhan lalu berusaha menahan kikikkannya ketika melihat ekspresi priceless milik Tao. Si pemuda dengan sangat anggun berjalan kearah tempat duduknya dengan Tao. Dan Tao bersumpah, si Kris bersmirk kearahnya. 'Oh My,' pikir Tao menguburkan wajahnya kekubangan tangannya. Melihat itu, Kyungsoo hanya tersenyum setengah geli setengah kasihan kepada Tao, sedangkan Luhan, ia sudah hampir jatuh dari kursinya ketika tertawa tertahan.

"Kubalas kau nanti, Lulu-jiejie," bisik Tao sengit yang dijawab dengan terjulurnya lidah Luhan kedepan. Kyungsoo hanya terkikik melihat kedua sahabatnya dan memerhatikan gurunya lagi.

Tap

Seorang pemuda, kali ini berkulit seputih susu dengan rambut jabrik bewarna perak yang terlihat berantakkan pada poninya. Wajah pemuda itu merupakan mixture dari imut dan tampan. Sepasang mata bewarna platina serta tahi lalat seksi yang berada di leher miliknya menambah kesan seksi dan tampan pada wajahnya. Apalagi ketika kau melihat otot lengannya yang terlihat menyembul di seragam bagian lengannya. God, he's so damn hot.

Mata tanpa ekspresinya melirik kedalam kelas barunya itu dan terhenti ketika matanya membuat kontak dengan sepasang permata cokelat caramel bagai rusa. Mata itu memancarkan kepolosan, pensaran serta kekaguman. Begitu imutnya sehingga hamper saja si pemuda ingin membawanya kabur dari kelas ini.

Luhan menatap pemuda didepan kelasnya dengan pandangan takjub tanpa berkedip. Tao segera tersenyum menang ketika melihat gelagat jiejienya ketika melihat pemuda yang ada didepan kelasnya sekarang itu.

'Akhirnya, aku bisa membalas Lulu-jie!' batinnya menari-nari sedangkan diluar, ia hanya terkikik kejam menatap Luhan.

"Annyeonghaseo. Namaku Oh Sehun. Kalian dapat memanggilku Sehun," ia membungkuk 90 derajat sebelum akhirnya berdiri dengan tegap. Para gadis, kecuali Kyungsoo dan Tao, menahan napasnya ketika mendengar suara bass manis dari belahan bibir tipis milik pemuda itu. Ya, suara bass manis dengan aksen sedikit cadel.

"Baiklah, Sehun-ssi, kau boleh duduk di sebelah… Xi Luhan,"

Sekali lagi, semua gadis, terkecuali Kyungsoo dan Tao, menghela nafas lagi. Tidak ada yang dapat mengalahkan Luhan dalam kecantikan maupun keimutan dirinya. Ia telah dilahirkan dengan rambut merah-kecoklatan dengan wavy alami miliknya serta mata bagaikan rusa imut yang semakin menambah nilai plus dalam keimutan maupun kecantikkannya. Belum lagi, sifatnya yang periang dan murah senyum itu. Ah, sudahlah, kalau kita tetap membahas tentang Luhan, bisa-bisa para gadis pundung di ujung kelas saking irinya.

Luhan, yang mendengarkan namanya dipanggil, hanya mengerjapkan matanya dengan polos (masukkan nafas tertahan para murid) dan menunjukkan jari telunjuknya yang begitu ramping kearahnya serta melayangkan pandangan bertanya kepada Cho-seonsaengnim.

"Iya, kau, Xi Luhan," Kyuhyun hanya menghela nafasnya pelan melihat anak didiknya yang memang termasuk lola aka loading lama. Tao dan Kyungsoo menahan tawa ketika Luhan mengajukan tanda peace kepada guru mereka itu sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali serta menyengir tanpa dosa. Sehun pun berjalan kearah tempatnya dengan tetangganya yang baru.

"Baiklah, hanya tinggal kau saja. Silahkan masuk,"

Seorang pemuda berkulit tan masuk kedalam kelas itu. Kyungsoo langsung saja menahan nafasnya ketika melihat siapa yang masuk. Itu adalah pemuda yang tadi ia tabrak. Pemuda itu mempunyai rambut cokelat acak-acakan dengan mata hazel yang begitu tajam, bibir tebal namun kissable serta sebuah hidung yang terlihat pas dengan wajahnya. Ketika matanya bersibobok dengan mata bulat Kyungsoo, ia hanya tersenyum samar. Walaupun samar, Kyungsoo masih bisa melihatnya dan kedua belah pipi tembemnya segera memerah imut.

"Annyeonghaseo. Nama saya Kim Jong In, tetapi kalian dapat memanggilku Kai," suara bass milik pemuda itu begitu manis. Dia juga satu-satunya murid yang menyunggingkan senyum. Tidak seperti kedua temannya yang merasa acuh tak acuh dengan first impression yang mereka berikan kepada para murid.

"Baiklah, Kai-ssi. Kau boleh duduk disebelah Do Kyungsoo," sekali lagi, para gadis, kecuali Tao dan Luhan, hanya menghela nafas dengan pasrah. 'Yah, orang tampan memang harus dipasangkan dengan orang cantik,' pikir mereka pundung.

Yah, setidaknya, harusnya, kalian bersyukur bahwa kalian sama sekali tidak akan terkait dengan sebuah petualangan yang begitu menegangkan untuk jantungmu.

~ TBC ~

Arena Bacotan Aneh:

Untuk pertama-tama, saya pengen minta maaf karena Romeo and Cinderella tidak saya lanjutkan lagi. Soalnya, itu memang saya maunya jadi oneshot. Tapi, kalau kalian mau saya untuk lanjutin, kalian dapat memberikan masukkan.

Nah, yang mau saya sampein itu saja. Saya sudah capek nulis ciri-ciri Luhan yang udah terlalu cantik. Pengen rasanya pundung gegara Luhan bahkan lebih cantik dari gue. *nangis darah*