Kau hanyalah pengacau.. Lahir Batin ku terganggu hanya karena nafasku tercekat.

. . .

Andai memiliki sayap. Mungkin ia terbang, menyertai kata-kata yang hampir setiap saat memenuhi pendengaran Lelaki yang selalu di puja-puja.

school

"Minseok coba lihat! pangeran ku datang" dengan tiba-tiba ia berucap nyaring saat Lelaki puajaannya berjalan melewati dua sahabat yang terkenal dengan kericuhan yang mereka buat. Sambil merangkul pundak sahabatnya.

"oh ayolah Xi Luhan.. kau hanyalah kekasih yang tak di anggap" sahabatnya memutar bola matanya malas.

"muahaha aku tak masalah, sekarang aku memang bukan kekasihnya. Tapi kelak aku dan Sehun akan berjodoh" Luhan semakin bersemangat saat Sehun menatapnya datar. Tak memperdulikan tatapan datar itu, Luhan menggigit bibir bawahnya dan mengedipkan matanya ke arah Sehun.

Sehun bergidik ngeri. Melajukan jalannya saat Luhan meneriakkan namanya.

Menutup telinga saat Luhan menyebar berita tak tahu malu.

"kalian tau? Aku dan Sehun sudah menjalin hubungan semenjak 4 tahun yang lalu. Saat itu aku datang dihari kelulusan Sehun."

Semua orang hanya bisa menopang dagu sambil mendengarkan ceritanya. Ada yang penasaran ada pula yang sudah bosan.

"aku tau kami sudah saling suka semenjak Sehun masuk sekolah dasar. Saat itu aku sudah kelas 3, walaupun aku lebih tua darinya, aku lebih polos darinya. Hahaha saking polosnya aku tak sadar bahwa Sehun menyukaiku ahhahihi"

Sehun mengepalkan tangannya, menahan amarah. Ingin memukul wajah aneh itu. Tapi Sehun fikir, kemarahan hanya menambah semangat Luhan bicara.

"kalian tahu? Saat itu aku terkesan mempermainkan perasaannya. Padahal...Tak terbesit dibenakku aku menarik ulur perasaannya padaku—"

Tsahh.. Jongin_sahabat Sehun_membuang muka, tertawa melecehkan. "terkadang aku menyukai ceritanya"

Sehun memutar bola matanya malas. Jongin seringkali menggodanya dengan lelaki sialan bernama Luhan. "dia sangat bodoh" kembali menatap Luhan jijik.

Selalu sama setiap harinya. Seakan debu yang manyusahkan pernafasannya. Dan debu yang menjiikan.

Seperti saat itu.. saat LuHan bermaksud merayu Sehun dengan memberikannya Bubble tea. Luhan berlari slow motion ke arah Sehun. Berlutut memberi Bubble tea. Semua orang tarpukau akan sikap berlebihan Luhan, ada pula yang bertepuk tangan heboh.

Rupanya Luhan baru menyadari, bahwa Sehun terasa berwibawa sehingga dirinya dibanjiri keringat yang mampu membuatnya ambruk dihadapan Sehun...

Menumpahkan seluruh isi Bubble tea di celana Sehun.

"oopss.. sawreh.." Luhan menyengir. Sehun menatapnya marah. Menggertakkan giginya gemas akan kebodohan Luhan yang tak ber ujung.

Semua yang ada disana bersorak. Bertepuk tangan. Tak sedikit yang menertawakan Sehun karena ulah Luhan yang tidak tahu malu.

"aha ahahaha! Sehun pipis dicelana" Xiumin menertawakan sambil menunjuk celana Sehun yang basah tepat dibagian selangkangannya.

Sehun mengepalkan kedua tangannya. Oh ayolah.. bukan waktunya untuk bercanda. Berjalan ke arah Xiumin dan menarik kerah baju Xiumin. Memukulnya wajahnya brutal—menumpahkan semua kemarahnnya yang berlumpuk-lumpuk.

"ya! Kenapa kau memukul ku hah?" Xiumin berusaha menghindar dan melepaskan diri.

Luhan tak sanggup melihat sahabatnya dihajar, sekalipun pujaan hatinya. Luhan menahan bahu Sehun agar berhenti .

Sehun berhenti sejenak. Berbalik menghadap Luhan yang ada di belakangnya. "semua ini gara-gara kau! Luhan Xi"

Sehun menampar Luhan tepat dihidungnya. Sampai Luhan tersungkur menaha pening.

"ma-maaf" Luhan yang lemah memohon. Memeluk lutut Sehun. Namun Sehun membalasnya dengan menendang wajahnya dengan lutut.

Kini Xiumin yang tak sanggup melihat sahabatnya disiksa. Mencoba melindungi Luhan, dan harus rela dipukul oleh Sehun.

Ricuh dan semakin ricuh.

Sampai mereka diseret ke Kantor guru. Ke Tiganya dihadapkan dengan orang tua masing-masing.

Plak!. Sang ayah menampar pipi Xiumin keras. Menyeretnya kasar keluar dari kantor. Luhan menagis sejadi jadinya. Semua salahnya tapi kenapa harus sahabatnya yang menanggung akibatnya?.

Mungkin karena kau debu. Yang merugikan orang lain, bahkan orang terdekatmu. Xi LuHan.

Luhan terisak memeluk Xiumin yang terbaring lemas dikamarnya "kenapa kau tak hadir sekolah, apa sangat sakit"

Xiumin tersenyum pahit. Membaringkan kepalanya dibahu Luhan. "Lu.. aku.. aku sudah mempermalukan ayahku"

"maaf.." hanya itu yang bisa di ucapkan oleh Luhan.

"aku sangat bodoh.." Luhan terisak. Menyesali perbuatannya yang lancang merayu Sehun.

Xiumin mengusap punggung Luhan lemah "ayahku akan pindah kerja keluar kota.. Lu Ge, aku akan rajin menghubungi mu"

Air mata Luhan semakin deras. Luhan mengereti. Sangat mengerti.

Menangis saat merindukan Xiumin. Menangis saat tak ada lagi Xiumin yang berjalan disampingnya. Tak ada lagi Xiumin yang membully.

Xiumin memenuhi fikirannya. Ingatannya berputar saat Luhan mengejar Xiumin di bandara. Memohon kepada Ayah Xiumin agar tetap tinggal. Namun sang ayah berfikir bahwa.. Luhan memang teman yang buruk.

Xiumin berusaha tersenyum semanis mungkin kepada Luhan. meyakinkan bahwa ia bahagia dan Luhan harus bahagia tanpa Xiumin.

Terasa percuma. Luhan semakin menangis layaknya anak kehilangan Ibunya.

Xiumin berbalik tak perduli. Setetes air mata di usap dengan cepat.

Luhan sudah besar. . .

Berjalan merunduk di sepanjang koridor sekolah. Menenggelamkan wajahnya di meja saat sudah sampai didalam kelas. Tak memperdulikan ocehan semua orang. Luhan benar benar merasa terpuruk.

Jongin menatapnya iba. Selalu memperhatikannya semenjak Luhan menenggelamkan wajahnya diatas meja.

"Oyy.." Jongin menyenggol kursi Luhan dengan kakinya.

Sehun membuang muka. Tersenyum kecut "berhati-hatilah.. kau akan terkena sial seperti Xiumin."

Jongin menggeleng "kau hanya tak tau."

Jongin berdiri. Telunjukkanya mendorong kepala Luhan..

Jongin menghela nafas. Sehunpun refleks berdiri ingin melihat wajah itu lebiih jelas lagi.

Hatinya berdenyut nyeri.

"Dia.."

tbc