Kehilanganmu
"Yovano! Selamat ulang tahun! Selamat juga sudah berubah job menjadi Rune Slayer!", ucapnya sambil mengunjukkan bingkisan yang terbungkus rapi dengan kedua tangannya pada wajahku. Senyum mungil dengan semburat rona merah di kedua pipi tembemnya tampak jelas. Dia ingat ulang tahunku juga, tahun ini..
Kugaruk kepalaku, berusaha tampak tidak canggung walau sebenarnya iya dan memberinya senyum yang agak gagal. "Terima kasih lho..", gumamku sambil menerima kadonya. Entah apa isinya, tidak tertebak. Senyumnya masih melekat, seperti mengisyaratkanku untuk membuka kadonya.
"…Aku buka ya?", tanyaku memastikan, dan anggukan kepalanya mengiyakan. Kulepaskan segel ungu yang melekat dan kusingkirkan bungkusan berwarna putih itu. Sukses, dia sukses membuatku membelalak. Ini aksesoris yang sudah lama kucari, Headdress of Darkness! Dia tampak gembira karena kejutannya berhasil. "Aku beruntung tadi malam, tepat sebelum ulang tahunmu.. Walau aku jadi terlambat menjalankan misi untuk berubah menjadi Void Princess, tapi kuharap kamu suka..", tambahnya lagi. Bohong, dia bohong. Dia menghabiskan bermalam-malam untuk mendapatkan ini, aku tahu. Kantung matanya terlihat jelas walau dipulas bedak. Tubuhnya penuh luka walau tidak pernah ditunjukkannya padaku. Ya iyalah, mana ada gadis yang dengan sengaja memamerkan tubuhnya..
"Aku suka banget.. Terima kasih Yoan..", ucapku pelan. Tidak, satu kali terima kasih tidaklah cukup. Aku tidak pernah berhasil mendapatkan ini dan sudah menyerah, tapi dia berhasil menemukannya.. Yoan, Dark Mage berisik yang hebat.. Seharusnya kalau tidak mencari ini, dia sudah berubah job menjadi Void Princess idamannya bersamaku.
"Kupakaikan ya!", dia menawarkan diri memakaikan Headdress karena sepertinya aku terlalu banyak bergumam sendiri dalam kepalaku, dan tanpa menunggu lama, dia mengambil dan menyelipkan hiasan berbulu hitam itu di telinga kananku – dan setelah memastikannya rapi, dia tampak puas, begitu pula denganku.
"Aku tidak tahu harus bagaimana berterima kasih nih.. Ahaha..", gumamku lagi, kali ini benar-benar terdengar canggung. Aku hanya berusaha supaya degup jantungku tidak sampai didengarnya. Bahaya.. Bahaya.. Aku sudah berjanji baru akan menyatakan perasaanku kalau dia sudah menjadi Void Princess.. Lalu dia menatapku tajam dengan senyum yang sedikit lebih licik, oh dia akan segera meminta sesuatu..
"Sudah pasti kan? Bantu aku jadi Void Princess! Aku masih belum selesai di Nasod Foundry, tolong ya.. Ehe..", celotehnya cepat. Sudah kuduga.. Yah tanpa dia minta pun pasti akan kubantu, sebenarnya. Dia sudah berjuang menemukan hadiah idamanku.. Hanya saja keadaannya hari ini sedikit aneh, seperti orang yang kelelahan. Wajar kalau dia terus bergadang dan bertarung tengah malam.. Seperti ada sedikit firasat buruk datang menghantui perasaanku.
"Kamu kayaknya capek, yakin mau lanjut? Istirahat saja hari ini, biar kutraktir makan..", tanyaku sedikit meragukan kondisi kesehatannya. Tapi dia menolak, sudah kuduga juga sih, "Aku tidak mau kalah, aku mau segera jadi Void Princess!", sambungnya dengan yakin. Baiklah, akan kuturuti. Setidaknya aku sudah lebih enteng bertarung ditempat itu, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kutepis jauh-jauh pikiran negatif dan aku berjanji hari ini juga dia akan menjadi Void Princess. Aku ingin menyatakan perasaanku. Semua akan baik-baik saja!
…..Ya, seharusnya memang semua akan baik-baik saja kalau aku menolak mengajaknya menjalankan misi pergantian job... Firasat buruk yang sekelebat kurasakan saat melihatnya kelelahan berakhir musibah… Kami berdua dihadang Nasod canggih yang disebut Crow Rider beserta banyak sekali kloningnya saat hendak melarikan diri dari Foundry tersebut. Nasod itu sangat gesit, dan jumlah mereka yang banyak benar-benar menguras tenagaku. Yoan, hanya bisa memukul mundur mereka dengan bola-bola api, dia benar-benar kelelahan!
Mengetahui kami tidak memiliki peluang menang, segera kutarik tangannya dan kami berlari sekuat tenaga kearah pintu keluar, yang hanya tinggal sejengkal didepan mata. Berhasil, aku berhasil keluar dari tempat itu dan memukul stop kontak yang mengaktifkan penutup pintu baja tebal agar akses para Nasod gila terputus. Alarm berbunyi keras dan dua pelat tebal dari sisi kiri serta kanan menutup pelan tapi pasti.
Selamat, kami selamat.. Kuatur nafasku yang agak sesak, bisa kurasakan sakit yang luar biasa pada siku kananku, sepertinya ada luka dalam.. Dan lalu kucari Yoan untuk memastikan dia baik-baik saja..
Tunggu sebentar, dia dimana? Padahal tadi dia ada disebelah kiriku.. Kulempar pandanganku ke semua arah, bahkan ke atas. Tidak ada.. Rasa dingin merambat dengan cepat dari kaki hingga ubun-ubun, dan tanpa menunggu lebih lama lagi, aku segera kembali kearah pintu tempatku keluar tadi, hanya tinggal sedikit celah, pintu baja besar itu semakin rapat. Para cloning Crow Rider masih berusaha meraihku walau tidak ada hasil. Aku tidak bisa melihat apapun, didalam sana semakin gelap..
"YOAN! JAWAB AKU! YOAN!", aku berteriak memanggilnya, berharap dia sudah keluar bersama denganku tadi. Ingin kudobrak pintu ini tapi aku pasti akan tewas menghadapi kloningan Crow Rider yang seperti lepas control itu. Tidak berhasil melihat apapun dicelah sempit itu, aku masih berusaha mencarinya diluar.. Tetap tidak ada..
Tiba-tiba aku melihat sekelebat cahaya membuat penerangan sejenak didalam sana. Pedang laser Crow Rider utama yang menjadi sumber cahaya itu bersarang tepat di tubuh mungil Yoan yang sudah tak bergerak, bersimbah darah dan terus dicabik Nasod-Nasod gila itu. Dan lalu pintu baja mengatup rapat dan erat, seperti tak mengizinkanku menyaksikan pembantaian itu hingga akhir.
Sontak aku jatuh pada lututku, rasa dingin merambat memenuhi tubuhku. Siku kananku yang luka, tak lagi terasa sakit. Aku bahkan tak bisa menahan gemetar pada kedua tanganku, mana kala aku berusaha meraih pedangku yang kujatuhkan di tanah sedetik setelah aku tiba diluar. Aku meninggalkannya didalam sana, padahal aku tahu kondisinya tidaklah sebaik biasanya..
"Kupakaikan ya..",
Aku masih ingat suaranya saat dia hendak memakaikan hadiah pemberiannya..
Sontak kurasakan sesak yang amat sangat, dan mataku panas. Kurapatkan gigiku, aku berusaha memikirkan semua kemungkinan terbaik, dan kuraih Purified Nasod Drillku. Pedang yang kutemukan ditengah rongsokan Nasod tua rusak. Dengan sepenuh tenaga aku berusaha membuka lagi pintu baja yang tadi kututup dengan tanganku itu. Kepalaku bertambah berat, wajahku sudah terbanjiri dengan air mata, dan aku sendiri tahu kalau semuanya sudah terlambat, tapi aku masih berusaha membuka pintu itu.
Tenagaku habis, nafasku sangat sesak dan aku terpeleset. Kepalaku terantuk sangat keras pada pintu baja yang tak berhasil kubuka. Sakit, sangat sakit. Seluruh tubuhku sakit, tapi tak lama kemudian, semua rasa sakit yang dapat kurasakan dengan syaraf hilang, karena hatiku yang hancur ternyata lebih menyakitkan. Aku hanya dapat menangis tidak karuan, hingga aku sendiri lupa apa yang selanjutnya terjadi. Aku pingsan karena kehilangan banyak darah serta beban tubuh yang sudah melewati batas.
Yang kuingat, aku membuka mata dan mendapati diriku berada di salah satu kamar penginapan di kota Elder. Tubuhku hampir tidak dapat kugerakkan, dan kepalaku sangat sakit. Setelah aku menyusun kembali kepingan kepingan kejadian yang terakhir kuingat, berangsur-angsur dadaku kembali sesak tak karuan. Aku menutupi kedua mataku dengan lengan kiriku yang merupakan satu-satunya organ tubuh yang bisa kugerakkan. Air mataku tetap tidak tertahan, aku kembali menangis hingga tertidur lagi..
Maafkan aku meninggalkanmu, maafkan aku malah menuruti kemauanmu, maafkan aku tidak sempat mengatakan kalau aku ingin kamu menjadi pendampingku selamanya.. Maaf.. Aku menyayangimu selamanya..
