*akhirnya saia meramaikan fandom Gravitation Indonesia, lagi. Tapi maaf kalo gagal XP /dibejek*
Perasaan yang tak pernah terpenuhi, dan tak pernah bersembunyi ini,
aku akan mengacuhkannya, dan menganggapnya tiada.
Tokyo, pertengahan Februari.
"Kami berharap banyak darimu, Hiroshi" kedua orangtuanya berkata, dengan wajah dingin, seakan memvonis Hiroshi. Hiroshi, yang kebingungan, hanya bisa menarik nafas.
"Aku akan bicara dengannya nanti, okaasan. Aku juga akan menjual semuanya…" desis Hiroshi. Dari nada suaranya, ia sangat tidak rela jika harus memutuskan hal itu.
Hiroshi masuk ke kamar, kemudian mengelus-elus gitar listriknya. Ia benar-benar tidak rela jika ia harus menghentikan karir Bad Luck sampai di sini. Ketika Bad Luck sudah cukup terkenal di event antar sekolah, ia dipaksa masuk fakultas kedokteran dan berhenti dari posisinya sebagai gitaris di Bad Luck.
Orangtuanya sudah cukup antipati dengan Yuuji, kakaknya yang meninggalkan kuliah demi mimpinya sebagai aktor, namun tidak pernah sukses. Sekeras apapun usaha Hiroshi untuk menjelaskan pada orangtuanya bahwa nasibnya tak akan seperti kakaknya, sia-sia. Orangtuanya sudah menstigma bahwa fakultas kedokteranlah masa depan terbaik untuknya. Hiroshi pun tak bisa lagi berkutik, dan lagipula, ia memang cukup menyukai bidang kedokteran.
Sebenarnya ia sendiri tidak terlalu bermasalah jikapun harus meninggalkan hobi bermusiknya. Yang jadi masalah adalah, hampir bisa dipastikan ia akan kehilangan sahabatnya yang jatuh-bangun membangun Bad Luck dengannya. Ya, Shuichi Shuichi. Shuichi sudah menganggap bahwa Bad Luck adalah nyawanya, jadi memberitahunya bahwa ia akan keluar dari Bad Luck hanya akan membuat perang dingin antara mereka. Hiroshi benar-benar tak ingin Shuichi membencinya.
"Pilihan yang sulit…" ia mendesis. Ia melirik jam dindingnya, sudah pukul 11 malam. Dinginnya musim salju membuatnya mengantuk, dan akhirnya ia tertidur, memikirkan nasib Bad Luck tanpanya nanti.
Keesokan harinya, ia berusaha mencari Shuichi di sekolah. Ia berpikir, mungkin jika ia mengatakan semuanya perlahan, Shuichi akan baik-baik saja. Namun, ia tidak menemukan Shuichi di sekolah.
"Eh? Shuichi sakit?" Hiroshi terkejut mendengar kabar itu dari Maiko, adik Shuichi. Sudah dua hari Hiroshi tidak masuk, untuk mengikuti ujian percobaan masuk Tokyo Daigaku.
Maiko mengangguk. "Niichan pingsan di rumah editor Yuki-sensei. Nampaknya ia terkena anemia… Dan Yuki-sensei sudah mengunjunginya kemarin"
Hiroshi menjadi semakin khawatir. "Mengapa harus di waktu seperti ini?"pikirnya. Selain mengkhawatirkan kondisi Shuichi dan reaksinya saat mendengar bahwa ia akan keluar dari Bad Luck, ia juga mengkhawatirkan kelulusan Shuichi. Shuichi bukan anak yang bodoh, tapi ujian kelulusan semakin dekat dan ia lebih fokus mengembangkan Bad Luck daripada belajar. Alhasil, nilai ujiannya tak jauh dari huruf C dan D. Hiroshi sebenarnya bisa saja meminjamkan catatannya, seperti biasanya, tapi nampaknya ia harus menghentikan hal itu karena satu dan lain hal.
"Ah, begitu. Oh ya, nanti malam aku akan mampir" ujar Hiroshi singkat. Bel masuk kelas menutup pembicaraan antara Hiroshi dan Maiko.
Malam harinya, Hiroshi mengunjungi Shuichi. Kondisinya memang sudah lebih baik sekarang.
"Nah, Shuichi, apa kabar?" tanya Hiroshi membuka pembicaraan. "Sepertinya kau terlihat lebih baik"
Shuichi tertawa. "Ahahahaha, baik-baik saja. Besok aku sudah cukup kuat untuk pergi sekolah. Kemana saja kau?"
"Aku mencoba ikut tes Todai. Bah, susahnya. Aku belajar mati-matian dan lihatlah ini!" Hiroshi membuka tasnya, dan memperlihatkan hasil tes percobaannya. Huruf C di semua subjek.
"Hah? Kau adalah siswa terbaik di sekolah dan kau hanya mendapat C di percobaan Todai?" tanya Shuichi. "Entah apa yang akan kudapatkan kalau nekad mencoba… E, mungkin?" Mereka berdua tertawa.
"Oh ya, kudengar dari adikmu, Yuki sudah mengunjungimu kemarin. Apa yang terjadi?" tanya Hiroshi. "Kalau Yuki saja sampai mengkhawatirkanmu, itu artinya sakitmu cukup serius. Berikan waktu sedikit untuk dirimu sendiri!" ujarnya sambil mengacak kepala Shuichi.
Shuichi tertawa, dan segera menceritakan semuanya. "Yuki datang ke sini membawakan makanan kesukaanku, dan menanyakan kabarku. Selanjutnya, yah, kau tahu sendirilah… Ia masih sedingin salju di luar…" Shuichi kemudian menceritakan apa yang terjadi ketika Yuki menjenguknya.
Hiroshi tertawa. Namun dalam hatinya, ia semakin tak tega memberitahukan keputusannya yang begitu mendadak kepada Shuichi. Sambil menatap Shuichi, ia mendengarkan ceritanya.
"Lagipula, aku kan menjadi sakit karenamu. Ingat, kita kan akan konser, dan komposisi untuk itu sama sekali belum selesai. Ibu sudah mengunci komputerku, jadi aku tak bisa meneruskannya… Padahal aku ingin menunjukannya padamu" lanjut Shuichi.
Entah keberanian dari mana, Hiroshi akhirnya mengatakan keputusannya. "Ano, Shuichi, maaf jika kedengarannya mendadak, tapi sepertinya aku tak akan ikut di penampilan kali ini…"
Shuichi kaget. "Maksudmu?"
"Aku akan berhenti sebagai gitaris. Orangtuaku memaksaku masuk Todai, dan memintaku berhenti…" Hiroshi menjelaskan panjang lebar. "Lagipula, kita masih berteman diluar Bad Luck, kan?"
Shuichi terdiam. Ia tak percaya bahwa tiba-tiba sahabatnya sendiri mengkhianati janji mereka untuk debut bersama, menyusul Nittle-Grasper. Shuichi masih tak mau berbicara padanya, sampai Hiroshi pulang.
"Nah, Shuichi, bersiaplah untuk sekolah besok" Hiroshi mengatakan itu kepada Shuichi, yang masih tak merespon, sebelum pulang dari rumahnya. Selama perjalanan pulang, Hiroshi menarik nafas.
"Aku seharusnya tak memberitahunya semendadak ini…"
