Titan's Dimension

Chapter 1: Perpindahan Dimensi

Terlihat sebuah bayangan hitam berlari menembus hutan yang cukup basah, membuat jalan menjadi licin. Bayangan tersebut berlari menerobos hutan, melompati dahan-dahan pohon sebagai pijakan, bergerak dengan kecepatan tidak normal, diatas kecepatan rata-rata dari seorang manusia. Bergerak menembus hutan tanpa takut terpeleset dengan kecepatannya. Didepannya terlihat sesosok bayangan lainnya. Hanya saja, bayangan tersebut bergerak lebih cepat. Bayangan pertama mempercepat langkahnya melihat bahwa bayangan yang dikejarnya bergerak lebih cepat darinya. Matanya yang putih tanpa pupil dengan vena menonjol di sekitar matanya terfokus pada sosok bayangan yang dikejarnya. Sosok yang telah mencuri sebuah gulungan penting bagi desanya, sebuah gulungan yang berisi sebuah jutsu terlarang yang sangat berbahaya, karena dapat memindahkan tubuh seseorang ke dimensi lainnya.

Sosok bayangan yang dikejar tadi sudah semakin dekat dengan sang pengejar, membuatnya mempercepat langkahnya. Ia berlari tanpa melihat arah, sehingga membawanya ke arah lahan terbuka, tempat yang cocok untuk menyerang, karena tidak adanya tempat persembunyian maupun tempat berlindung. Segera ia merutuki dirinya yang tidak melihat arah tujuannya, karena ia mempermudah pengejarnya untuk menyerangnnya. Segera ia berhenti berlari dan berbalik ke arah pengejarnya yang juga berhenti. Mereka saling menjaga jarak satu sama lain, menunggu serangan pertama diluncurkan.

Mereka saling menatap dengan tajam, mengamati celah yang diberikan musuhnya sekaligus menilai kelemahan musuhnya untuk menyerang. Serangan pertama pun diluncurkan, sosok yang dikejar, menggunakan jubah hijau dengan lambang dua buah sayap yang berwarna putih dan biru meluncurkan serangan pertama. Menggunakan peralatan aneh yang mengeluarkan tali sambil memegang dua buah pedang di masing-masing tangannya, ia meluncurkan dirinya terhadap pengejarnya. Mengayunkan pedangnya mengarah ke kepala sang pengejar, yang dapat dihindari dengan mudah. Kaget dengan gerakan musuh yang dapat menghindari tebasan pedangnya dengan mudah, membuatnya semakin meningkatkan serangannya, sehingga gerakannya menjadi kabur, tetapi tetap dapat dihindari pengejarnya dengan mudah, seperti gerakannya sudah diramalkan sebelumnya. Melakukan serangan terus-menerus lama-kelamaan melemahkan staminanya, membuat gerakannya melambat, sedangkan musuhnya tidak terlihat kelelahan sama sekali. Nafasnya masih teratur dan belum ada keringat yang terihat, padahal ia harus menghindari serangan cepat dan bertubi-tubi seperti tadi. Tidak ingin menyerah, ia berusaha menyerang sekali lagi, hanya untuk melihat usahanya gagal, dan ia malah menjadi orang yang terjatuh. Berusaha menggerakkan tubuhnya, tetapi tidak bisa, seperti sarafnya dihentikan. Ia menengadah dan melihat pengejarnya, seorang gadis berambut biru tua hampir hitam, bermata putih tanpa pupil dengan semburat lavender, dan mengenakan jaket kebesaran berwarna lavender putih dan celana biru tua, dan sebuah ikat kepala yang diikatkan di lehernya.

Sosok gadis sang pengejar mendekati sosok yang dikejar, orang yang telah mencuri sebuah gulungan terlarang dari desanya.

"Siapa kau dan dari mana asalmu?" tanyanya pada sosok yang terbaring tak bisa bergerak di tanah setelah bertarung dengannya.

".." sosok yang ditanya tidak menjawab. Ia hanya diam tak bergeming.

"Baiklah, beralih ke pertanyaan lain. Apa tujuanmu mencuri gulir itu?" tanya gadis itu menghadapi jawaban diam yang diterimanya.

".." lagi, sosok itu terdiam tak menjawab pertanyaan sang gadis.

Gadis itupun hanya menghela nafas, ia berjongkok di hadapan sosok yang dikejarnya, mencoba membuka tudungnya untuk melihat wajahnya. Namun gerakannya terhenti sebelum berhasil menyingkap tudung sosok tersebut setelah mendengar suara, suara dari sosok yang terbaring itu.

"Aku sebenarnya bukan dari dimensi ini, aku sedang bertarung dengan titan, sebuah makhluk raksasa pemakan manusia bersama dengan teman-temanku saat cahaya menyilaukan muncul sebelum Titan Kolosal muncul, aku terkena cahaya itu dan terlempar ke dimensi ini. Saat aku sedang berjalan-jalan mencari cara untuk pulang, aku melihat perpustakaan, aku memasukinya, berpikir aku harus mengenal dunia ini untuk bertahan hidup sebelum mencari cara untuk pulang ke dimensiku. Saat sedang mencari buku yang berisi tentang dunia ini, aku tidak sengaja menemukan gulungan ini dan sedikit membacanya, saat kulihat isinya adalah untuk berpindah dimensi, aku mengambilnya dan akan menggunakannya untuk pulang ke dimensiku setelah kupelajari. Tetapi aku tidak pernah bisa melakukannya, karena aku tidak tahu chakra dan kemudian kau mengejarku karena mencurinya." Jelas sosok berjubah itu kepada gadis di depannya.

Terdiam sejenak, gadis itu kembali berdiri dan berjalan ke belakang sosok berjubah. Mengira bahwa sang gadis tidak percaya dengan ceritanya dan akan membunuhnya, sosok berjubah itu memejamkan matanya menunggu kematiannya. Tetapi sesuatu yang hangatlah yang melanda punggungnya. Bingung, perlahan dibuka kedua matanya, melihat bahwa ia masih berada di tempat yang sama. Setelah perasaan hangat yang melanda punggungnya hilang, ia mencoba melihat gadis itu, terkejut bahwa tubuhnya berhasil digerakkan kembali. Melihat ke arah gadis yang mengejarnya, ia kembali terkejut melihat tangan yang disodorkan kepadanya, menawarkan bantuan untuk berdiri. Menerima tangan yang ditawarkan padanya, ia berdiri dengan bantuan gadis itu.

Setelah hampir seharian mempelajari gulungan yang tadi sempat dicuri dan dikejarnya demi mendapatkannya kembali dan membawanya ke desanya, gadis pengejar tadi malah mempelajari jutsu yang yerdapat dalam gulungan rahasia itu.

"Aku sudah selesai mempelajari gulir ini, besok pagi akan kugunakan untuk membawamu pulang, semoga besok berhasil. Sekarang kita akan istirahat dulu, aku cukup lelah setelah berlatih mempelajari jutsu itu, selamat malam." Kata Hinata, gadis yang mengejar pencuri gulungan tadi yang hanya dibalas dengan anggukan.

'Tak kusangka gadis itu orang yang baik, ia malah menawarkan bantuan padaku yang sudah mencuri sesuatu yang penting bagi desanya.' Pikir sosok bertudung tadi. Ia terlarut dalam pikirannya memikirkan kejadian yang dialaminya tadi saat gadis itu menawarkan bantuan dan saling berkenalan.

Flashback Mode

Ia berhasil berdiri dangan bantuan gadis itu. Mengucapkan terima kasih atas bantuannya, ia menyadari bahwa gadis itu lebih muda daripada dirinya, ia terkejut setelah itu. 'Gadis ini sangat hebat, ia berhasil mengalahkanku yang lumayan jauh lebih tua darinya, dan ia tidak terlihat lelah sedikitpun tadi, mungkin jika...' pikiran sosok berjubah itu terpotong oleh sebuah suara yang memasuki telinganya dari gadis itu.

"Namaku Hinata, Hyuga Hinata. Kupikir, aku ingin membantumu kembali menuju dimensimu, siapa namamu?" tanya gadis itu kembali mengejutkannya.

"Aku Erwin Smith, ketua dari pasukan pengintai di dimensiku, tugas pasukanku adalah masuk ke daerah Titan, mengeksplorasi wilayah yang belum diketahui dan meneliti cara mengalahkan Titan." Ia menjelaskan kepada Hinata.

Hinata hanya mengangguk dan melihat Erwin. "bolehkan aku melihat gulungan yang kau ambil tadi, aku tidak akan mencurinya darimu, aku hanya akan mempelajarinya untuk kugunakan mengembalikanmu ke dimensimu." Katanya sembari menyodorkan tangan kanannya tanda meminta gulungan yang disebutkan tadi.

Setelah ragu sejenak, Erwin menyerahkan gulungan tersebut kepada gadis itu, melihatnya membuka gulungan itu dan mulai membacanya, lalu berlatih dengan mengangkat dan menggerakkan jari-jarinya dengan gerakan yang cukup cepat.

Normal Mode

Hinata membuka matanya perlahan, menatap kosong ke arah depan, melihat langit yang masih tampak gelap. Mengerjapkan matanya dua kali, ia menoleh ke samping, melihat ada seorang pria tidur bersandar di batang pohon di dekatnya. Mengerjap bingung, ia pun mengingat kejadian yang dialaminya kemarin, ia berjanji menggunakan jutsu dari gulungan yang telah dicuri pria itu, membawanya kembali ke dimensinya. Tetapi dengan sebuah konsekuensi, konsekuensi yang cukup berat. Ia harus ikut ke dimensi itu dan tidak bisa kembali ke dimensinya lagi, karena jutsu itu hanya bisa digunakan satu kali. Ia mengetahuinya, tetapi ia memutuskan untuk membantu Erwin, mengingat ia berfikir bahwa ia tidak terlalu dibutuhkan di dimensinya. Mungkin ia akan bisa lebih berguna jika ikut ke dimensi Erwin dan tidak akan ada yang akan mencarinya, ia pasti akan cepat dilupakan setelah ia hilang, dan ayahnya akan dengan senang hati akan mengangkat Hanabi sebagai heiress dikeluarganya, klan Hyuga.

Melihat bahwa pria yang ditatapnya bergerak, ia menduga bahwa ia akan segera bangun. Dan, dugaannya terbukti, karena Erwin membuka matanya perlahan dan menatap balik ke arahnya. Bangkit perlahan, ia berjalan mendekati Erwin yang masih duduk di tempatnya. Mengulurkan tangannya dan membantunya berdiri, ia kemudian berjalan menuju ke arah lahan yang lebih terbuka, mengangkat tangannya dan mengayunkannya ke depan, pertanda sebagai isyarat untuk mengikutinya. Mengerti dengan isyaratnya, Erwin menurut dan berjalan di belakangnya dengan jarak yang tidak terlalu jauh.

Setelah sampai di lahan yang terbuka, Hinata berbalik dan melihat kearah Erwin.

"Baiklah, aku akan memulai jutsunya, berdirilah di sampingku, agar kau bisa ikut denganku kembali ke dimensimu." Kata Hinata kepada Erwin.

"Baiklah, tapi tunggu sebentar, apa maksudmu dengan ikut?" Tanya Erwin.

"Aku juga akan berpindah ke dimensimu karena aku menggunakan jutsu itu. Itu bukan jutsu pengiriman, sehingga aku juga akan ikut tertarik ke dimensimu." Jelas Hinata.

"Baiklah." Erwin pun berjalan mendekat dan berdiri di samping Hinata yang segera melakukan segel tangan yang diperlukan untuk jutsu tersebut.

"Ninja Art: Jutsu Perpindahan Dimensi." Gumam Hinata setelah menyelesaikan segel tangannya. Segera, cahaya menyilaukan yang membutakan mata muncul dan menelan mereka berdua ke dalamnya.

Setelah cahaya itu memudar, mereka membuka matanya dan melihat bahwa mereka berada di dalam dinding Rose, dinding pertahanan kedua dari para Titan, dan menjadi yang pertama setelah dinding Maria ditembus. Hinata menatap sekelilingnya dan kemudian beralih ke Erwin.

"Inikah dimensimu?" tanyanya yang dibalas dengan anggukan kepala dari Erwin.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini? Berjalan-jalan di sekitar atau langsung kembali ke dimensimu?" Tanya Erwin setelahnya.

"Sebenarnya jutsu yang kulakukan tadi hanya bisa digunakan sekali dan aku tidak akan bisa pulang kembali ke dimensiku." Jawab Hinata dengan suara lirih.

Erwin menatap shock ke arahnya dan kemudian mendekatinya.

"Hm, bagaimana jika kau bergabung dengan pasukanku?" Tawar Erwin kepada Hinata.

"Hm.. Baiklah." Jawab Hinata mengangguk, kemudian tersenyum kecil ke arah Erwin.


Sekian chapter pertama dari ff ku yang pertama ini. Harap kalian menyukainya. Mohon kritik dan sarannya untuk membantuku meningkatkan kualitas karyaku. Terima kasih.