THE XX
Author : Guyliner with help from Shelma Karen
Cast : Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Do Kyungsoo
Kim Jongin
Other EXO Members and others
Genre : Brothership, a bit Bromance, angst, thriller, sad, comfort, etc.
Rating : T/T+/ maybe M
A/N : Hai, salam kenal. Ini ff author yang pertama lho. Author belum berani bikin FF yang Yaoi jadi author bikin yang Brothership dulu. Thanks to Diana Shelma Karenza who help me with this absurd FF. Makasih juga untuk para readers yang mau membaca. Ratingnya sebenernya T+ untuk bloody scene dan sedikit NC(?) di chapter-chapter berikutnya. Dan author mohon pengertiannya, karena ini FF pertama yang author berani publish, author mohon kesabarannya dalam membaca FF ini dan tolong bagi para plagiat, please go away. Meskipun author gak yakin ada yang mau nge-plagiatin FF Absurd ini. Tolong jadikan pengalaman pertama author indah(?). Gomapseumnida *bow* Enjoy the FF and comment please..
.
.
PLEASE DON'T BE SIDERS
.
.
LET ME KNOW YOUR OPINION
.
.
DON'T BE PLAGIATOR
.
.
*Baek PoV*
Entah kenapa ini semua harus terjadi padaku, akupun tak memiliki alasan yang pasti. Mungkin dikehidupan sebelumnya aku adalah sosok yang memiliki dosa besar yang tak dapat diampuni atau bagaimana.
Semua ini dimulai dari kedua orangtuaku yang meninggalkanku sendirian dengan hyungku yang memiliki tampang berandalan dan sifat brengseknya. Seandainya aku dapat memutar balik waktu, akan kugunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Aku akan menjadi orang yang melindungi ibuku kala itu, bukan orang yang dilindungi.
Tetapi, tetap saja itu mustahil.. Mungkin yang ada justru aku terpental keluar dan ikut pergi meninggalkan dunia ini. Yah, meskipun itu sepertinya lebih baik daripada hidup di sebuah apartemen yang cukup luas hanya dengan kakak yang seperti itu.
Bajingan itu adalah Park Chanyeol. Seandainya kau bukan saudaraku pasti sudah kubunuh secara sadis dengan kepala dan tubuh terpisah dan juga otak dan isi perut yang berceceran. Tetapi sekali lagi..dia HYUNGKU! Bisakah kalian garis bawahi, HYUNGKU!
Dunia ini gila! Aku adalah siswa berprestasi, tetapi dia.. astaga.. ya, mungkin prestasi meminum soju saat umur 10 tahun. Ia meminum 3 botol soju sendirian kala itu. Hebat! Bukannya aku tak mau meminum alkohol itu, tetapi kadar kompromiku dengan minuman bersoda itu rendah.. Mungkin hanya dengan meminum dua gelas minuman yang asing bagi lidahku itu mukaku langsung bisa merah padam seperti pantat babi.
Ada banyak ceritaku dengan Park Chanyeol, karena itu aku harap kalian akan menjadi pendengar setiaku.
Pertama-tama akan kuberitahu bahwa aku ini sebenarnya KAKAK CHANYEOL. Bingung? Aku yakin kalian bingung sekarang. Jadi begini, Chanyeol itu bergabung dengan sindikat pembunuhan gelap. XX, ya itu nama sindikatnya. Jangan bingung karena namanya memang seperti itu. Katanya ia melakukan ini semua demi pendidikanku. Ia tak ingin aku menjadi seperti dirinya, karena itu ia menyuruhku belajar keras agar dapat meraih cita-citaku. Yah, meskipun itu menuntutku untuk menarik diri dari kehidupan sosial.
Aku hanya memiliki beberapa teman, sejauh ini yang paling dekat adalah Kyungsoo. Singkatnya, aku mengenalnya karena kami satu nasib. Adiknya, Kim Jongin atau Kai juga seorang anggota sindikat itu dan hebatnya ia partner Chanyeol.
Chanyeol memalsukan identitasnya, termasuk namanya. Dalam sindikat pembunuhan gelap itu namanya adalah Samuel, dan ia lahir di tahun 1990, bukan 1992. Sejujurnya aku bingung mengapa ia bersikeras untuk masuk ke sindikat gelap itu demiku dan dengan alasan seperti itu. Padahal aku kakaknya bukan adiknya.
Aku merasa ia terlalu bekerjakeras. Berangkat jam 4 pagi dan pulang jam 12 malam. Jujur bukannya aku tidak menyukainya karena ia selalu mengejekku atau apa, tapi ia membuatku merasa bahwa aku adalah kakak yang tidak berguna baginya. Itu juga membuatku tersinggung.
Hari-hariku juga selalu membosankan. Sejak kejadian buruk yang menimpa keluarga besar kami, aku dan Chanyeol hampir tidak pernah mengobrol, bahkan terkadang untuk menyapa pun sangat sulit. Seandainya aku sudah tak kuat mungkin aku sudah bunuh diri.
Malam ini kulakukan ulang kebiasaan yang mulai menjadi rutinitasku yaitu, menunggu Chanyeol pulang. Aku menunggunya sembari membaca salah satu buku tebal yang baru kudapat pagi tadi. Buku ini diberikan oleh dosenku secara cuma-cuma, ya..bonus menjadi asisten dosen katanya.
CKLEK
Hey, ada seseorang yang membuka pintu apartemenku, kuharap itu Chanyeol! Saatnya aku membicarakan ini dengan Chanyeol. Kuharap ia menyetujuinya, aku tak mau merepotkan anak yang sebenarnya sangat manja itu lagi. Doakan aku! Ini juga demi kebaikannya.
"malam yeol.. kau baru pulang? Apakah malam ini tugasmu cukup berat?" tanyaku padanya untuk sekedar berbasa-basi.
"eoh, baekkie hyung, kau belum tidur? Ini sudah pukul 12 malam."
Ya, beginilah ia selalu mencoba mengalihkan pembicaraan kami.. lagipula kau mengkhawatirkanku tapi tak pernah memikirkan dirimu sendiri. Pabo!
"belum.. aku masih ingin membaca.. Yeol, aku membuatkanmu ramen, makanlah.. aku yakin kau belum makan malam.." Sebenarnya itu ramen yang kubuat satu jam yang lalu..
"Benarkah? Berikan padaku..awas kalau rasanya tidak enak!" Setelah ia mengucapkan itu aku mengambil ramen yang tadi kubuat dari meja makan dan memberikannya pada chanyeol yang berada di ruang tengah.
Saat aku kembali pemandangan pertama yang kulihat yaitu Chanyeol yang tengah membersihkan noda darah dari jaketnya. Eh, darah? Siapa yang dibunuh anak itu kali ini? Tapi, mengapa darah itu terlihat baru? Bahkan darahnya belum mengering.. Apa yang terjadi padanya? Setahuku ia baru latihan, ia belum bisa membunuh bukan? Itu menurut apa yang dikatakan oleh Kai. Lalu, apakah ia terluka?
"Yeol, apakah kau terluka?"
''Ah, tidak..hanya luka kecil saja kok hyung!"
"Darahnya banyak yeol, tak mungkin itu luka kecil.. jujurlah.. apa yang terjadi denganmu?"
"Uhmm, tadi aku berlatih cara menggunakan pisau lipat.. Karena aku tidak hati-hati, pisau itu justru menggores perutku, hehehe.." astaga, dasar anak bodoh! Dia terluka pun masih bisa tertawa!
"Mwo?! Aiisshh! Pabo! Ini ramennya, tunggu disini.. Jangan apa-apakan lukamu! Tutupi dengan jaket atau kemejamu dulu untuk menghentikan darahnya, aku akan ke kamar mengambil kotak obat, tunggulah!" Dasar anak bodoh! Karenanya kini aku harus berlari ke kamarku dan Chanyeol (kami memang tidur di kamar yang sama namun ranjang yang berbeda) untuk mengambil kotak obat. Setelah beberapa detik akhirnya kutemukan kotak obat itu dan kembali ke ruang tengah untuk mengobatinya.
"Hey, buka kemejamu.. Aku tak bisa mengobatinya kalau kau menutupinya…" Ucapku padanya tapi, apa yang kulihat tidak seperti apa yang kuharapkan.
Monster itu.. Chanyeol yang kubenci, kembali mendominasi dirinya.
"Aku tidak mau! Berikan padaku aku akan mengobatinya sendiri!" Ucapnya dengan nada tegas namun dengan wajah yang datar.
"Yeol, jangan memulainya lagi… bukalah.. sudah lama aku tidak melihat otot perutmu, atau jangan-jangan kau sudah tidak memilikinya? Eih, apa salahnya kalau kau tidak memiliki abs? bahkan aku belum pernah memilikinya, hahaha.." Emmhh, aku tak yakin lelucon garingku bisa mencairku suasana yang beku ini (Xiumin murka :D).
"Kau yang memaksaku hyung.. Jangan berteriak ataupun heboh kalau aku sudah membuka kemejaku.."
"Aku bukan perempuan centil ataupun fansmu yeol… Jadi sebaiknya kau jangan terlalu percaya diri.. cepatlah!"
"Tutup matamu hyung. Atau kalau kau tak mau aku akan pergi!"
"Baiklah" Huh, dasar! Untuk apa aku menutup mata? Kau pikir aku akan langsung bernafsu ketika melihatmu melepas kemeja, begitu? Aku bukan tante girang atau apalah itu.. Tak butuh waktu yang lama, Chanyeol menegurku kembali.
"Hyung.. aku sudah membukanya, bukalah matamu dan ingat janjimu, jangan teriak."
Setelah mendengar instruksi darinya akupun membuka mataku dengan perlahan, dan apa yang sekarang aku lihat…
"Yeol.. Apa ini semua? Aku—"
"Hyung, mianhae.."
.
.
.
"DASAR ANAK BODOH! DIRI SENDIRI PUN TAK BISA KAU JAGA, hiks!" Aku tak bisa menepati janjiku untuk tidak berteriak, kalian tahu kenapa?Apa yang aku lihat sekarang? Perutnya yang dahulu putih halus kini penuh dengan luka memar dan sayatan, sebenarnya apa yang ia lakukan selama ini?
"Ini yang aku benci darimu hyung..oranglain yang terluka tapi justru kau yang menangis tersedu-sedu layaknya kau yang terluka, bukan orang itu.."
*Chanyeol PoV*
"DASAR ANAK BODOH! DIRI SENDIRI PUN TAK BISA KAU JAGA, hiks!" ini alasanku tak mau membukanya, ini..
"Ini yang aku benci darimu hyung..oranglain yang terluka tapi justru kau yang menangis tersedu-sedu layaknya kau yang terluka, bukan orang itu.."
Kini kulihat Baek hyung memunggungiku. Aku hanya bisa menatap punggungnya yang bergetar hebat dan kudengar suara isakkan yang sepertinya ia tahan.
"Hyung, jangan menjadi orang yang lemah.. Aku melakukan ini semua karena aku menyayangimu hyung.. Aku ingin kau kuat dan disaat kau tak bisa aku yang akan menjadi pelindungmu, tapi tak selamanya hyung.. suatu saat aku akan pergi dari hidupmu entah bagaimana.. Aku ingin kau kuat disaat tak ada aku dan berakting kau kuat saat ada aku.."
"hiks.. hiks.." Hanya suara isak tangis itu yang ia berikan untuk jawaban dari pernyataanku. Kau pikir aku akan puas dengan isak tangismu hyung?
"Hyung, lihat aku.."
"Shireo!"
"Hyung! Balikkan badanmu dan lihat aku, tatap mataku! Aku tak mau menggunakan kekerasan!"
"Shireoo!"
"HYUNG!" terpaksa kubalikkan badanya secara kasar untuk menghadapku. Namun, seperti tak kehabisan akal ia justru menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.
"Hyung, aku tak mau kedua telapak tangan dengan kesepuluh jari-jari indahmu ini menjadi tameng kesedihanmu.. Berikan semuanya pada pundakku, jangan menutupinya sendiri hyung, eumm?" Tuhan, tolong hentikan ini semua.. Aku takut hal itu terjadi lagi.. Ku sentuh dan kulepaskan perlahan kedua telapak tangan dan kesepuluh jari lentik yang menutupi mukanya itu.
"Kau jahat hiks..hiks.. Nappeun!" Kini ia memukul-mukul dada toplessku dengan salah satu tangan kecilnya. Sembari menyembunyikan kepalanya di dada bidangku.
"Hyung, hentikanlah.. Kau ingin mengobati lukaku bukan? Atau kau mau luka ini mengering dengan sendirinya dan infeksi" Ujarku masih dengan memegang pundaknya. Namun kini aku memegangnya dengan penuh kehalusan dan kelembutan seakan akan pundaknya adalah biskuit yang mudah larut dalam air. Ya, air kesedihan.
"Baiklah…"
Kini tangisnya sudah berhenti. Aku lebih suka melihat Hyungku yang seperti ini. Ia mengerucutkan bibirnya dan segera mengambil kapas dari dalam kotak P3K lalu membasuhnya dengan alkohol dan mulai membersihkan luka yang terdapat pada perut kananku.
.
.
.
.
.
.
TBC
Langsung lanjut Chapter 2 untuk ceritanya lanjutnya ya.. sebenarnya mereka satu chapter hanya saja kalau bersatu jadi kepanjangan. Jangan lupa untuk RCL^^
