Disclaimer : Naruto and all the characters mentioned in the story they're all belongs to Masashi Kishimoto. I do not take any financial benefits from this.


3:11 PM


Aroma biji kopi dibakar menguar kuat di udara. Matanya terkunci pada cangkir porselen berisikan cairan hitam pekat, sebelum ditenggak habis saat tidak lagi terasa panas. Menurut Naruto, menghadiahkan tubuhnya dengan kafein berlebih di salah satu kedai kopi dirasa penting setelah merevisi ulang blueprint milik seorang klien yang memiliki keinginan berbeda tiap minggu.

Profesionalitas dalam pekerjaan tidak mengizinkan untuk memilih siapa klien selanjutnya. Kepopulerannya di bidang design interior melibatkan kalangan atas yang sialnya selalu memiliki ciri khas sama; tipikal klien menyebalkan berkepala keras dengan uang berlimpah.

Meskipun begitu, Naruto berbohong jika mengatakan 'tidak mencintai pekerjaannya'.

10 tahun di bidang yang sama, teman-temannya mengatakan ia terlalu takut untuk pergi keluar dari zona nyaman. Kini usianya menginjak tahun ke-34, dan jujur saja semakin bertambahnya usia, ia tidak begitu peduli dengan apa yang bukan berasal dari kepalanya.

Kehidupannya bukan berbasis pendapat, ia tidak ambil pusing dengan bagaimana orang lain melihat, juga menilainya.

"Espresso-mu tuan."

Tersenyum ramah pada pelayan wanita yang membawakan cangkir kedua, Naruto menyelipkan tip dibalik buku menu atas meja saat si pelayan tidak melihat. Kali ini tidak bisa minum di dalam kedai, mengingat jam istirahatnya sudah habis, dan memiliki janji selanjutnya dengan klien yang menunggu di kantor.

Sebelum bangkit dari atas meja, sepasang matanya melirik singkat ke arah jam di pergelangan tangan kiri; jarum pendek menunjuk angka tiga, dan jarum panjang menunjuk angka dua. Setelah memastikan, ia melangkah santai melewati beberapa pelayan yang menunduk ramah, juga beberapa pengunjung lain yang mencuri pandang diam-diam ke arahnya.

Tangan kanan terjulur untuk meraih kenop. Namun belum sempat telapak tangannya bersentuhan langsung dengan permukaan besi, indra pengelihatannya dikejutkan oleh sosok asing yang muncul tiba-tiba dari balik pintu.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Empat detik.

Lima detik.

Enam detik.

Tujuh detik.

Delapan detik.

Sembilan detik.

Di detik ke-sepuluh Naruto menyadari jika apa yang ia lakukan saat ini menghalangi pintu masuk. Cepat-cepat menyingkir disusul kalimat permohonan maaf langsung dari bibirnya, tidak lagi menunda untuk melangkah ke luar meskipun masih menoleh sesekali ke belakang.

Menuju lahan parkir, betapa sulitnya ia menahan diri untuk tidak tertawa mengingat tingkah laku bodohnya beberapa detik yang lalu, hanya karena melihat sosok yang mampu membuat detak jantungnya berhenti sesaat, terlebih lagi itu seorang pria.

"Aku tahu ini aneh, tetapi ..., dia benar-benar terlihat sempurna." Ketika mesin mobilnya dihidupkan, kalimat pujian dari bibir Naruto mengakhiri paksa benaknya yang masih dipengaruhi bayang pria itu.

Mengingat mereka hanya sebatas orang asing yang bertemu di kedai kopi; mungkin saja dalam beberapa jam ke depan ia akan melupakan pria itu sepenuhnya, mungkin saja pria itu tidak peduli dengan keberadaannya, dan mungkin saja mereka tidak akan bertemu lagi.

Itu semua hanya akan menjadi kepingan memori yang terlupakan pada pukul 3:11 sore.

.

Continued