Halo, minna-san lama nggak jumpa, hehe… Setelah sekian lama mendekam (emangnya tahanan) dan cuma jadi silent reader AKHIRNYA sekarang aku punya kesempatan buat publish fic lagi. Ya, ya aku tahu kalau aku masih punya beberapa hutang fic yang belom bisa aku selesaikan, tapi cerita kali ini bikin aku serasa dihantui kalo nggak cepet2 ditulis, alhasil bikin susah konsen T.T
Aku harap minna-san masih mau baca karya-karyaku meski memang aku jug sadar masih banyak banget kekurangannya.
Ok, deh, selamat membaca!
Sakura dan Kerajaan Sihir Konoha
Naruto by Masashi Kishimoto
Story by Rinzu15
Bab 1
"Masih belum juga? Ya ampun, Ino… kakiku sudah pegal, nih! Rasanya mau copot!" Sakura, gadis remaja berusia 16 tahun itu tak henti-hentinya mengeluh pada sahabat blondenya yang sedari tadi asyik hunting baju dan aksesoris.
"Sabar, Forehead! Tinggal satu toko ini lagi, kok!" jawab Ino yang mulai bersemangat saat melihat toko pakaian yang tersisa di mall yang sudah mereka jelajahi sejak tiga jam yang lalu.
"Ugh, kau sudah belanja begini banyak masih belum cukup juga, Pig?" rutuk Sakura seraya mengangkat barang bawaan berisi belanjaan Ino di kedua tangannya.
"Obral besar-besaran seperti ini jarang sekali, tahu! Jadi, mumpung ada kesempatan harus dimanfaatkan. Sudah jangan banyak mengeluh!" Ino bergegas memasuki toko pakaian yang ada dihadapannya, meninggalkan Sakura yang melangkah lesu.
"Dasar Ino… kalau sudah belanja pasti lupa diri."
Pandangan Sakura tertuju pada sebuah kursi di sudut toko. Ia pun berjalan gontai ke arah sana. "Lebih baik aku tunggu disini saja sampai dia selesai memilih baju." Sakura meletakkan semua barang belanjaan miliknya dan juga milik Ino disampingnya. Kemudian ia merogoh tas selempangnya dan mengeluarkan air mineral. Diteguknya dengan cepat air mineral itu, membuat kerongkongannya yang tadi kekeringan menjadi segar kembali.
Dari kejauhan, tampak beberapa orang lelaki berjas lengkap dengan kacamata hitamnya mendekat kearah Sakura. Awalnya, Sakura sama sekali tidak menyadarinya sampai akhirnya mereka berada tepat dihadapan gadis itu, membuat matanya membulat dan hampir saja tersedak.
"Permisi," sapa salah seorang dari mereka.
Sakura memundurkan punggungnya sampai menyentuh punggung kursi. "Siapa kalian? Ada perlu apa?" tanyanya dengan penuh waspada.
"Maaf atas kelancangan kami, tapi kami harus memberikan ini pada Anda."
Tiba-tiba saja dua orang diantara mereka semakin mendekat lalu meraih tangan Sakura, sementara seorang lagi memasangkan sesuatu di pergelangan tangan Sakura sampai terdengar bunyi 'trek!'
"H-hei, apa-apaan kalian? Jangan macam-macam!" Sakura tampak meronta dari pegangan dua orang asing itu, namun tak lama karena mereka segera melepaskan kembali tangan Sakura. Gadis tomboy itu menatap tajam para pria misterius itu sebelum kemudian memicingkan mata demi melihat sebuah benda berkilauan terpasang manis dipergelangan tangannya. "Apa ini?"
"Maaf, Nona, kami akan kembali lagi saat waktunya tiba. Permisi."
Dengan cepat para pria berjas itu pergi dari hadapan Sakura tanpa menjawab pertanyaan gadis itu sebelumnya, membuat Sakura melongo dan kebingungan.
"Hei, tunggu! Jangan kabur!" teriak Sakura kencang. Belum sempat mengejar, para lelaki itu sudah hilang dari pandangan.
"Apa-apaan mereka itu? Seenaknya saja!"
"Ada apa, Forehead? Berisik sekali! Suaramu sampai terdengar kedalam toko― Hei, apa itu ditanganmu? Gelang berlian?" Ino dengan serta merta menyambar tangan Sakura lalu menatap takjub benda berkilauan itu. "Woaaah… d-dari mana kau dapat gelang semewah ini, Sakura? Ini berlian asli!"
"Entahlah, Ino. Para pria berjas yang aneh tiba-tiba saja memberikan ini padaku. Aku bahkan tidak tahu siapa mereka."
"Haaah?" Ino menatap Sakura bingung. "Bagaimana mungkin seseorang memberikan gelang berlian dengan cuma-cuma seperti ini?"
"Makanya aku juga tidak mengerti."
"Lalu sekarang dimana orang yang memberikanmu gelang ini?"
"Mereka sudah kabur sebelum aku sempat mengejarnya. Aku tidak tahu apa maksud mereka. Jangan-jangan… ini gelang bertuah lagi! M-mungkin mereka bermaksud mencelakaiku? Huaaa… bagaimana ini Ino? Nyawaku terancam!"
"Jangan sembarangan! Memangnya siapa yang mau mencelakaimu? Kau 'kan cewek bertenaga monster, tidak akan ada yang berani." Ino mengibas-ngibas tangannya seraya menahan tawa.
"Apa kau bilang, Pig?" Sakura mulai mengepal tangan, membuat Ino merinding.
"Sudahlah, tinggal kau lepas saja gelang itu kalau tidak mau. Kita bisa menjualnya, bukan? Hehe…"
"Hmm… benar juga," gumam Sakura. Ia pun mulai menarik gelang itu dari tangannya, namun segera terhenti.
"Kenapa?" Tanya Ino.
"Um… tunggu sebentar, agak susah." Sakura kembali menarik gelang itu dengan lebih kuat, tapi tetap tidak lepas juga. "Aneh sekali, gelangnya tidak mau lepas."
"Hah? Masa, sih? Sini, biar aku coba." Kini giliran Ino yang menarik gelang itu dari pergelangan tangan Sakura. Ia mengerahkan segenap kekuatannya.
"Aduh, sudah, sudah hentikan! Tanganku sakit, Pig!"
"Ini benar-benar aneh! Kenapa sama sekali tidak mau lepas, ya?" Ino tampak terengah. "Jangan-jangan… seperti katamu, gelang ini gelang bertuah!"
"Apa? J-jangan bercanda!" Sakura mulai panik.
"Lebih baik coba pakai sabun saja, siapa tahu bisa lepas."
"Ide bagus. Kalau begitu aku ke toilet dulu."
"Baiklah, aku tunggu di kafe itu, ya?"
"Hn." Sakura mengangguk dan bergegas menuju toilet dengan perasaan berdebar-debar.
::
~R.I.N.Z.U.1.5~
::
Sesampainya di toilet, Sakura segera menuangkan sabun ditangannya sampai terasa licin. Ia pun kembali menarik gelang itu dengan sekuat tenaganya.
"Tidak lepas juga? Coba lagi! Uuuggh..." Sakura kembali menariknya. Namun bahkan tenaga supernya pun tidak juga membuat gelang itu meninggalkan tangannya, sampai-sampai tangannya memerah dan lecet.
Sakura terengah dan menundukkan kepala diatas wastafel. Ia mengepalkan tangannya dengan erat. "Kenapa tidak mau lepas juga?" bisiknya putus asa. "Sial! Sial!" Ia memukul-mukulkan tangan beserta gelangnya ke atas wastafel.
"Bagaimana?" tanya Ino saat Sakura kembali dari toilet. Sakura hanya menggeleng lesu sebelum kemudian mendudukkan diri dikursi kafe dihadapan Ino. Wajahnya terlihat kusut sekarang.
"Tetap tidak mau lepas." Sakura menghela napas. "Bagaimana ini, Ino? Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana kalau sesuatu yang buruk terjadi padaku?"
Ino menatap Sakura prihatin. Ia juga tidak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, ia juga tentu tidak mau melihat sahabatnya itu bersedih. "Sudah, jangan terlalu kau pikirkan, 'kan belum tentu juga itu gelang bertuah atau bukan. Lebih baik kita makan saja dulu. Kau jangan khawatir, aku 'kan disini bersamamu." Ino menepuk pundak Sakura lembut, berharap gadis itu bisa sedikit tenang.
Sakura hanya menghela napas dan menatap makanan yang sudah tersedia dihadapannya dengan tidak berselera, padahal sebelumnya ia sudah lapar setengah mati. "Trims," jawabnya dengan senyum kecil yang terpaksa.
Meskipun Ino bilang begitu, tetap saja ada kekhawatiran besar dalam hati Sakura. Bagaimanapun, seseorang asing memberikan benda tanpa jelas asal-usulnya tentulah patut dicurigai dan diwaspadai. Terlebih lagi dengan keanehan yang terjadi pada benda itu, bagaimana tidak membuat Sakura cemas?
Tiba-tiba acara makan mereka terhenti sejenak saat seruan Sakura mengagetkan Ino.
"Aku ingat!"
"Ingat apa, Forehead?"
"Mereka sempat mengatakan bahwa mereka akan kembali saat waktunya tiba."
"Hmm... kalau memang seperti itu, berarti mereka akan kembali lagi 'kan? Kita tunggu saja," sahut Ino seraya memasukkan potongan sosis panggangnya yang tadi sempat terhenti kedalam mulutnya.
"Benar juga!" Tiba-tiba Sakura kembali bersemangat. "Saat mereka datang lagi nanti, aku akan memberi mereka pelajaran, lihat saja!" Zamrud Sakura terlihat berkilat-kilat.
"Haha..." Ino tersenyum hambar. Namun, ia sedikit lega melihat sebuah semangat lagi dalam diri Sakura. Bagaimanapun, bukan Sakura namanya kalau selalu lesu dan sedih.
::
~R.I.N.Z.U.1.5~
::
Sudah tiga hari berlalu semenjak gelang misterius itu berada ditangannya. Dan selama itu pula, Sakura harus menutupinya menggunakan perban, baik di sekolah, di klub bahkan di rumah saat harus berinteraksi dengan orangtuanya. Dengan alasan tangannya terkilir saat latihan judo, Sakura berusaha menutupi benda itu. Sakura tidak mau semua orang bertanya tentang gelang berliannya yang pasti akan dikira pamer. Mereka pasti akan heboh jika tahu, apalagi orangtuanya. Mana boleh seorang siswi sekolahan memakai perhiasan mencolok seperti itu ke sekolah. Jadi, cukup Ino saja yang tahu akan hal ini.
Dan selama tiga hari itu pula belum pernah terjadi sesuatu yang buruk pada Sakura seperti yang selalu ia takutkan. Semuanya tampak berjalan normal dan seperti biasanya. Tapi tetap saja, Sakura selalu waspada. Kebiasaan lain yang seakan menjadi rutinitas barunya adalah menarik-narik gelang itu. Ia selalu berharap benda itu bisa lepas dari tangannya. Tidak mungkin juga 'kan, ia terus berpura-pura terkilir dan terus-menerus membalutkan perban. Orangtuanya pasti akan curiga lalu akan menyuruhnya ke rumah sakit untuk memeriksakannya.
Oh, itu akan menjadi masalah yang panjang dan merepotkan.
"Sampai kapan kau akan terus berada ditanganku, heh?" Sambil berbaring ditempat tidurnya, Sakura mengangkat tangannya ke atas wajah, memerhatikan gelang berlia itu dengan lekat seraya menghela napas. Permata silvernya berpendar ditengah ruang kamar Sakura yang kini hanya disinari cahaya bulan dari balik jendela. Ukirannya begitu indah dan rumit, seperti perhiasan milik bangsawan yang tidak dijual di toko perhiasan manapun. Sungguh, siapapun pasti akan terpikat pada kemewahannya, dan sudah pasti ingin memilikinya. Tapi, mungkin tidak bagi Sakura. Bagaimanapun indahnya, gelang itu tetap saja misterius.
Sakura meletakkan lengannya menutupi mata. Malam ini begitu terasa sunyi dan bulan tengah bulat sempurna. Sebentar lagi hampir tengah malam, tapi Sakura masih belum juga terlelap. Suara detak jam dinding di kamarnya terasa terdengar begitu keras, membuat ia semakin terganggu. Entah sudah berapa kali Sakura hanya berbalik ke kanan dan ke kiri mencari posisi yang nyaman dan berharap untuk bisa segera tidur. Ia tidak mau besok sampai kesiangan sekolah gara-gara tidak bisa tidur.
"Arrrgh! Ayolah tidur, tidur!" Gadis pink itu mengacak rambutnya sendiri, frustasi. Kepalanya jadi terasa pusing karena dari tadi tidak kunjung terlelap.
Tak lama kemudian, tiba-tiba saja sebuah cahaya bersinar menyilaukan Sakura. Sambil memicingkan mata, ia mencoba melihat asal dari cahaya itu.
"Apa? G-gelangnya!" Sakura terbelalak saat melihat cahaya menyilaukan itu ternyata berasal dari gelang yang dipakainya. "Kenapa?"
Bersamaan dengan itu, dari luar samar-samar terdengar suara iring-iringan musik tradisional yang semakin lama semakin mendekat. Penasaran, Sakura mencoba mengintip dari jendela kamarnya. Emeraldnya semakin membulat tatkala melihat serombongan orang berjalan dengan lampion-lampion tinggi. Diantaranya ada dayang-dayang, pemain musik, lalu sisanya adalah para pria berjas dan berkacamata hitam.
"Ada apa ini?" gumam Sakura masih terheran-heran.
Tak lama kemudian, suara musik pun berhenti tepat saat rombongan itu berada di depan rumah Sakura. Sakura semakin terkejut sekaligus takut. Cepat-cepat ia menutup kembali tirai jendela kamarnya dan bergegas menuju kasurnya.
"Apa yang mereka lakukan didepan rumahku? J-jangan-jangan mereka mau memasang guna-guna, huaaa... ini gawat! Eh, tu-tunggu dulu... orang-orang berjas dan berkacamata hitam... mereka pasti orang-orang yang waktu itu! Kalau begitu, ini saatnya untuk memberi mereka pelajaran! Ini bukan saatnya untuk takut, ha!" Sakura berdiri diatas tempat tidurnya seraya mengepalkan tangan keatas. Meskipun penuh dengan keanehan, Sakura harus mendapat penjelasan tentang gelang yang ada ditangannya itu. Dan yang paling penting, ia ingin benda itu lepas dari tangannya.
Belum sempat Sakura melangkah, tiba-tiba saja gelang itu menariknya keluar kamar. Pintu-pintu didalam rumahnya terbuka begitu saja dengan sendirinya, membuat Sakura berteriak terkejut.
"HIYAAAA...! Apa-apan ini?"
Sampai didepan pintu utama rumah, gelang itu akhirnya berhenti menarik Sakura. Perlahan, Sakura membuka matanya yang tadi terpejam dan tersentak saat ia berdiri dihadapan rombongan aneh yang semuanya kini membungkukkan badan.
"Selamat malam, Tuan Puteri Sakura. Kami datang untuk menjemput Tuan Puteri," sapa sang pria berjas dengan sopan.
'Tuan Puteri... Sakura?' Ingin sekali Sakura terbahak mendengarnya. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan otak pria dihadapannya itu. Mungkin ada sel-nya yang putus? Demi rambut merah mudanya, Sakura sama sekali tidak pernah ada keturunan darah biru setetes pun!
"Apa yang kalian lakukan disini, hah? Kalian ini siapa dan darimana?" Sakura berkacak pinggang sambil memasang wajah kesal. "Oh, dan kau!" Sakura menunjuk sang pria berjas, "Kau sudah dengan seenaknya memasang benda aneh ini padaku tanpa menjelaskan apapun! Aku tidak pernah mengenal kalian semua, jadi sebaiknya kalian lepaskan benda ini dariku!" seru Sakura dengan cukup keras, membuat para dayang dibelakang pria berjas bergidik ketakutan.
Sang pria berjas dengan santai melepas kacamata hitamya. Sepertinya ia sama sekali tidak terpengaruh dengan sikap Sakura yang sudah memunculkan sinyal kemarahan.
"Maafkan atas ketidaksopanan kami waktu itu, Yang Mulia Puteri. Aku Yamato, pelindung Baginda Raja Minato hanya menjalankan perintah beliau. Dan kami semua datang dari Kerajaan Konoha untuk menjemput Tuan Puteri sesuai dengan permintaan Baginda Raja." Pria berjas bernama Yamato itu terhenti sesaat sebelum kemudian melanjutkan, "Selain itu... karena Tuan Puteri adalah orang yang terpilih, maka dengan beribu maaf gelang berlian itu tidak bisa kami lepaskan."
Urat-urat kemarahan didahi lebar Sakura mulai bermunculan. Tangannya pun mengepal kuat. Sungguh, ia tidak mengerti sama sekali dengan arah pembicaraan Yamato itu. "Jangan bercanda!" Sakura terlihat menyeringai. "Berhenti menyebutku Tuan Puteri karena aku BUKAN puteri kerajaan kalian! Lalu, apa tadi katamu? Kerajaan Konoha? Baginda Raja Minato? Aku tidak pernah mendengarnya dibuku dongeng maupun sejarah manapun! Dan asal kalian tahu, aku tidak pernah punya urusan dengan kalian sebelumnya, jadi hentikan semua lelucon ini dan lepaskan gelang ini sekarang juga!" Kemarahan Sakura seolah sudah mencapai ubun-ubun.
"Maaf, Puteri, kami tidak bisa," jawab Yamato tegas. Tak mau berlama-lama, ia pun menghampiri Sakura dengan tangan terulur. Sakura yang menyadari gerakan tangan Yamato dengan refleks mundur menjauhkan diri.
"Mau apa kau?"
"Sihir pengikat," gumam Yamato namun masih bisa terdengar oleh Sakura. Tiba-tiba zamrudnya membelalak tatkala sesuatu keluar dari telapak tangan Yamato dan melingkari pergelangan tangan Sakura.
SYUUUT!
"A-apa ini?"
"Ini sihir elemen kayu milikku. Aku bisa mengubah kayu dan tanah menjadi apapun."
"S-sihir katamu? Kau... penyihir?" seru Sakura tak percaya.
"Kerajaan Konoha merupakan salah satu kerajaan sihir yang masih berdiri. Nah, Tuan Puteri, mari ikut dengan kami."
"Apa? Tidak mau! Lepaskan aku!" Sakura mencoba kabur, namun ikatan kayu yang elastis itu semakin mencengkeramnya kuat sehingga membuat geraknya tertahan.
"Tobi!" Yamato melirik kearah rekannya yang bertopeng aneh.
"Ok, senpai!" jawab Tobi seraya mengangkat sebelah tangannya. Ia pun membentuk segel sihir dengan cepat. Dan saat itu juga, angin kencang bertiup lalu perlahan menghisap semua orang yang ada disana, termasuk Sakura, kedalam lubang mata topeng milik Tobi.
"KYAAA!"
Dalam sekejap mata, semua kawanan dari Kerajaan Konoha menghilang tanpa jejak. Suasana malam pun kembali sunyi bersamaan dengan lenyapnya teriakan Sakura.
~Bersambung...~
Dibalik layar...
Rinzu : "Ya amsyong kenapa aku bisa kepikiran nulis fic fantasy genee, ya? Haha..."
Yamato : "Gile, gue keren abis disini!"
Rinzu : "Aku juga jadi tersepona..."
Tobi : "Kenapa si Yamato yang jadi senpai-ku? Aku tidak mau kena bom Deidara!"
Rinzu : "Udah, jangan protes, deh! Deidara udah aku bujuk pake kembang api 7 rupa."
Naruto : "Bagian ekeu manaaa? Kenapa belom nongol? Ekeu 'kan pengen ngejemput Puteri Sakura juga!"
Sakura : "..."
Rinzu : "Sabar, sabar! Ntar juga bakal nongol dichapter 2. Udah sekarang mending kalian semua cabut, deh. Siap-siap buat syuting selanjutnya, nyehehe..."
Naruto : "Aye! Ekeu nggak sabar buat ketemu Sakura-chan 'ttebayo!"
Rinzu : *nyumpal mulut Naru* "Ok, minna-san ketemu lagi dichapter 2! Arigatou... ^^V
