:: HIDE ::

Cast : Hoseok (Jhope) – Taehyung (V) – Jimin – and other(s)

Disclaimer : This is just a fict not a fact. They are belong to God.

Summary : "Mungkin akan lebih baik jika aku tetap seperti ini, tetap bersembunyi seperti ini…" It's a VHope/TaeSeokfanfiction

Warn : Yaoi, typo(s), this is Jhope!uke fanfiction
**Don't like? Just don't read :) Gamsahamnida**

.

.

.

Suasana tampak lengang di salah satu apartment sederhana di kota Seoul. Tampak 3 penghuninya masih tertidur lelap di atas sebuah ranjang berukuran king size dalam kamar apartment mereka. Padahal matahari mulai muncul sepenuhnya, tapi ketiga namja tersebut tampak tak terusik dengan sinar matahari yang menyelip masuk melalui sela gorden.

RIIINGG! RIIINGGG!

Bunyi alarm terdengar memenuhi kamar tersebut. Cukup keras dan menganggu, hingga membangunkan salah satu dari mereka.

"Euungghh," lenguhnya, masih berusaha mengumpulkan kesaradarannya. Sampai, ia mendapati dirinya tidak bisa bergerak karena 2 namja yang berada di kedua sisinya memeluknya erat.

"Euuhh, Jimin-ah, Taehyung-ah, ireona," serunya dengan suara serak, khas orang baru bangun tidur. Ia berusaha membangunkan 2 penghuni apartment yang lain, yang tidak lain adalah 2 sahabat sekaligus dongsaengnya.

Namun sepertinya seruannya hanya dianggap angin lalu oleh keduanya, karena Jimin dan Taehyung sama sekali tidak mengubah posisinya sesenti pun. Akhirnya ia berusaha sendiri melepaskan kedua tangan dan kaki 2 namja di sampingnya. Cukup lama, tapi akhirnya berhasil. Ia segera turun dari ranjang sebelum tangan dan kaki kedua namja di sebelahnya kembali menjalar di tubuhnya, lalu mematikan alarm yang sedari tadi masih mengeluarkan bunyi memekakkan telinga.

"Hahh.. sebaiknya aku bersiap sebelum kedua namja ini bangun," gumamnya lalu beranjak ke kamar mandi.

.

.

"Morning Hopie hyung~"

Hoseok yang sedang memasak sarapan terlonjak kaget ketika mendapati tangan yang sudah melingkar manis di piggangnya. Dan detik berikutnya ia dapat merasakan bahunya kanannya terasa berat. Ia melirik ke samping, dan tersenyum ketika mendapati orang itu adalah Jimin.

"Morning Chim. Tae-tae belum bangun?" tanya Hoseok sambil melanjutkan acara memasaknya.

"Belum. Kau tau sendiri kalau Taehyung tidur seperti kebo(?)," jawab Jimin yang membuat Hoseok terkikik geli.

"Kau sudah mandi?" tanya Hoseok lagi.

"Kau tidak menciumnya?"

Hoseok mengerutkan dahinya. "Mwo?"

"Apa aku kurang wangi, hm? Aku rasa wangiku sudah cukup membuat orang jatuh cinta padaku," ujar Jimin sambil mencium badannya sendiri.

Lagi-lagi Hoseok terkikik mendengar penuturan dari Jimin.

"Kau kalah wangi dengan masakan ini, Chim," jawab Hoseok sekenanya.

"Kau tega, hyung," ujar Jimin pura-pura merajuk.

"Ara. Ara," Hoseok tersenyum sambil mengelus rambut Jimin sekilas. "Ya sudah, sekarang kau bangunkan Taehyung, ne? Aku akan siapkan sarapan untuk kita," ujar Hoseok yang sudah kembali fokus dengan masakan di hadapannya.

Hoseok dapat merasakan anggukan Jimin di bahunya. Dan detik berikutnya tangan Jimin yang melingkar manis di pinggangnya pun sudah hilang, menandakan namja itu sudah beranjak dari dapur.

.

.

"Aku berangkat, ne?" ujar Hoseok sambil berlalu mengambil tasnya di sofa.

"Eoh? Kau pergi lebih pagi, hyung?" tanya Taehyung yang baru keluar dari dapur sehabis mencuci piring. Ia menghampiri Hoseok dan memandang bingung pada namja itu. Tidak seperti biasanya, Hoseok sudah rapi dan bersiap untuk pergi kerja lebih awal

"Ne, ada yang harus aku kerjakan lebih awal," jawab Hoseok dengan senyum khasnya.

"Loh? Hyung sudah mau berangkat?" Jimin kebingungan melihat Hoseok yang sudah rapi. Ia baru saja keluar dari kamar sehabis bersiap untuk pergi kuliah.

"Ne, Jimin-ah. Kalau begitu, hyung berangkat dulu, ne? Annyeong!" Hoseok segera keluar setelah selesei mengambil barang-barangnya.

"Hyung, chankkaman! Kita berangkat bersama saja, aku juga akan berangkat kuliah," seru Jimin sambil menghampiri Hoseok, lalu menarik tangan namja yang lebih tua setahun darinya itu menuju pintu keluar.

"Loh? Chankkaman, Jimin-ah..,"

"Tak ada protes, hyung. Hyung akan lebih baik kalau ikut bersamaku. Tae, kami berangkat, ne? Annyeong!" Jimin langsung melesat keluar masih dengan tangan Hoseok dalam genggamannya.

"Ah, ne! Annyeong! Hati-hati di jalan," ujar Taehyung yang sedari tadi hanya memandang interaksi antara Jimin dan Hoseok dalam diam. Lalu sedetik kemudian menggidikkan bahunya dan pergi ke ruang tengah untuk menonton tv. Karena hari ini ia sedang tidak ada jadwal kuliah, jadi setidaknya ia dapat beristirahat di apartment seharian sambil menunggu Jimin dan Hoseok pulang.

.

.

"Harusnya kau tidak perlu mengantarku, Chim. Kau bisa terlambat kuliah," ujar Hoseok merasa bersalah karena Jimin harus mengantarnya dulu sedangkan jarak antara tempat kerjanya dengan tempat kuliah Jimin cukup memakan waktu.

"Gwaenchana, hyung. Lagipula… aku tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi," ujar Jimin dengan sedikit nada khawatir yang terselip di sana.

Hoseok menyadari nada suara Jimin yang berubah. Ia tersenyum getir sesaat, namun senyum indahnya kembali tampak, berusaha menunjukkan ia baik-baik saja sekarang.

"Hey, aku sudah sehat sekarang, kau tahu penyakit tak akan tahan lama, padaku. Kau harus lebih percaya padaku, Chim. Aku sudah baik-baik saja sekarang," ujar Hoseok sambil bergoyang ria lalu tertawa dengan khasnya. Jimin tersenyum dan ikut tertawa melihat tingkah hyung-nya yang terbilang ajaib tersebut.

.

-flashback-

.

[yesterday]

Mobil Jimin terparkir di depan café sederhana di ujung jalan, yang sudah –sangat- sering ia kunjungi tersebut. Ia keluar dari mobil, dan cukup membuat banyak pasang mata tertuju padanya. Tentu saja itu akan terjadi, dan sudah sangat sering terjadi. Dengan ketampanan yang bisa dibilang di atas rata-rata, rambut orange mencoloknya, style pakaian yang modis, ditambah mobil sport hitamnya, jelas menyita perhatian para pengunjung café. Ditambah lagi ini bukanlah café besar ternama seperti di mall-mall, hanya café sederhana di ujung jalan, dan itu cukup membuat orang keheranan ketika melihat Jimin dengan penampilan seperti itu malah memilih mengunjungi café ini.

Jimin tahu ia –kembali- menjadi pusat perhatian. Dan itu sudah sering terjadi setiap kali ia datang ke café tersebut. Jadi ia hanya berjalan santai ke pintu masuk café, dan para staff cafe yang melihatnya, menyapanya namja berambut orange caramel itu dengan ramah. Karena saking seringnya Jimin datang ke café tersebut, sehingga para staff bahkan manager café sudah mengenal Jimin, si pelanggan setia café tersebut

"Annyeong Jimin-ah. Kau datang?" sapa seorang namja dengan pakaian rapinya. Ia terlihat bersiap akan pergi.

"Annyeong Namjoon hyung. Kau akan pergi?" tanya Jimin pada si manager café yang sudah sangat dikenalnya.

"Ne, hyung ada rapat di luar. Masuklah, kau bisa bertanya pada Yoongi kalau kau mencari Hoseok," ujar Namjoon sebelum ia beranjak keluar café sambil melambaikan tangannya pada Jimin sebagai salam perpisahan(?). Dan Jimin membalas singkat lambaian tangan Namjoon, lalu segera menghampiri Yoongi yang sedang berada di kasir.

"Annyeong, Yoongi hyung," balas Jimin ramah, kepada staff cafe yang paling sering menemaninya mengobrol jika Hoseok sedang sibuk melayani pelanggan.

"Ah, annyeong Jimin-ah. Mencari Hoseok?" tebak Yoongi yang sudah hafal kebiasaan Jimin jika datang ke café. Dan tebakan itu selalu benar, karena detik berikutnya Jimin mengangguk masih dengan senyuman ramahnya.

"Ia ada di depan meja bar," ujar Yoongi lagi.

"Gomawo, hyung," kata Jimin sebelum beranjak ke meja bar café tersebut.

Dan benar saja, tak perlu waktu lama, Jimin menemukan Hoseok yang sedang menuang kopi di hadapan meja bar. Jimin tersenyum lalu segera menghampiri Hoeseok yang baru selesai memberikan kopi buatannya pada waitress.

"Hopie hyung!" sapa Jimin yang sudah duduk manis pada bangku meja bar.

"Eoh? Hai, Chim, kau datang?" sapa Hoseok dengan senyuman, dan Jimin mengangguk.

"Pesananku seperti biasa, hyung," ujar Jimin.

"Nde, arasseo. Tunggu sebentar," dan Hoseok berlalu dari sana, masuk ke dalam dapur café.

Sambil menunggu pesanannya, Jimin memainkan handphone-nya. Membuka beberapa notification yang masuk.

PRAANG!

Jimin terlonjak kaget ketika mendengar suara barang pecah. Ia segera menolehkan kepalanya menuju sumber suara. Dan matanya sukses membelalak ketika melihat Hoseok sudah terduduk di lantai dengan pecahan gelas di dekatnya. Para staff café juga segera berkerumun di sekitar Hoseok. Tanpa pikir panjang, Jimin segera masuk ke dalam counter café dan menghampiri Hoseok yang sedang menunduk. Dan samar Jimin dapat mendengar ringisan kecil keluar dari bibir Hoseok ketika ia berlutut di hadapan namja tersebut.

"Hyung, kau baik-baik saja?" tanya Jimin panik bercampur khawatir melihat kondisi Hoseok. Dan Hoseok hanya mengangguk sambil –memaksakan- tersenyum.

Tapi Jimin tidak bodoh, ia tahu Hoseok berbohong karena wajah Hoseok kelihatan pucat

"Hyung, kita ke rumah sakit!"

Hoseok tertegun mendengar ucapan Jimin. Ia menggeleng cepat, "Ani! Tidak perlu, Chim. Hyung baik-baik saja, hanya kecapean. Tidak perlu ke rumah sakit."

Jimin hampir dibuat frustasi dengan penolakan Hoseok, apalagi melihat wajah Hoseok yang berusaha menahan sakit dengan wajah pucatnya. Pasalnya ia juga bingung apa yang terjadi dengan Hoseok, jadi ia tidak tahu harus berbuat apa.

Para beberapa staff café, akhirnya memilih untuk memindahkan Hoseok ke ruang ganti staff terlebih dahulu agar tidak menjadi tontonan café. Dan Yoongi datang menyusul membawakan air minum untuk Hoseok, dan membantu namja itu untuk minum.

"Hyung, kalau begitu kita pulang saja, ne? Kau lebih baik istirahat dulu hari ini," ujar Jimin ketika Hoseok mulai terlihat membaik.

"Jimin benar, Hoseok-ah. Sebaiknya kau pulang dulu saja. Wajahmu terlihat pucat. Nanti aku akan bilang pada Namjoon kalau kau sakit, ia pasti mengerti," Yoongi akhirnya memilih angkat bicara, karena ia tahu Hoseok akan kembali menolak ajakan Jimin.

Akhirnya Hoseok memilih mengangguk, mengiyakan saran Jimin dan Yoongi. Ia merasa bersalah ketika melihat wajah khawatir dan kecewa Jimin ketika ia menolak ajakannya untuk pergi ke rumah sakit. Jadi ia memilih untuk mengikuti ajakan Jimin kali ini untuk pulang. Sedangkan Jimin tersenyum lega ketika mendapati Hoseok mengangguk.

Dengan dibantu Yoongi, Hoseok akhirnya digeondong piggy bag oleh Jimin. Permintaan Jimin lagi tentunya, padahal Hoseok sudah menolaknya mati-matian dengan alasan ia masih kuat untuk berjalan. Tapi bukan namanya Jimin jika ia langsung menyerah. Ia –berpura-pura- memasang wajah kecewanya setelah ditolak Hoseok yang kedua kali, dan benar saja, Hoseok yang memang berhati lembut itu, langsung menerima permintaan Jimin.

"Aku pamit Yoongi hyung. Sampaikan salam maafku dan Hoseok hyung untuk Namjoon hyung," ujar Jimin.

"Ne. Hati-hati di jalan. Cempat sembuh, Hoseok-ya," ujar Yoongi sambil mengelus surai Hoseok.

"Gomawo, hyung," balas Hoseok sambil tersenyum. Dan setelahnya Jimin membawa Hoseok ke mobilnya melalui pintu belakang café.

"Tidurlah, hyung. Nanti aku bangunkan kalau sudah sampai di apartment," ujar Jimin setelah mendudukkan Hoseok di bangku samping kemudi.

Jimin segera pindah ke bangku kemudi dan menjalankan mobilnya menuju apartment mereka.

"Gomawo, Chim. Maaf selalu merepotkanmu," ujar Hoseok pelan.

"Ani, sejak kapan hyung merepotkanku? Lebih baik sekarang hyung istirahat, ne?" balas Jimin sambil tersenyum, lalu mengelus lembut surai hitam Hoseok sambil fokus menyetir, karena Hoseok akan selalu merasa nyaman untuk tidur ketika seseorang mengelus rambutnya.

Dan tidak perlu waktu lama, karena beberapa detik kemudian ia dapat mendengar suara dengkuran halus di sampingnya. Jimin tersenyum melihat wajah tenang Hoseok saat tidur. Sekilas ia tersenyum getir ketika mengingat kejadian di café tadi, yang cukup membuatnya khawatir dan panic secara bersamaan. Karena jujur baru kali itu ia melihat Hoseok kesakitan seperti tadi.

Jimin menghela nafasnya, lalu menatap Hoseok yang tertidur tenang di sampingnya.

"Cepat sembuh, hyung..,"

.

-flashback end-

.

Jimin kagum pada sosok Hoseok yang selalu bisa membuat orang lain terhibur karena senyum dan tawanya, selalu dapat menguatkan orang lain dengan kata-katanya, dan penuh perhatian terhadap orang lain, seakan dirinya tak mempunyai beban sedikit pun. Tapi di sisi lain, senyum itu yang malah membuatnya –terkadang- khawatir terhadap namja di sebelahnya tersebut. Karena senyum itulah yang membuatnya susah menebak isi pikiran dan keadaan Hoseok. Sepertinya namja itu terbuka untuk siapa saja yang datang padanya, tapi tidak untuk mengetahui dirinya lebih jauh. Seakan semuanya baik-baik saja, tapi entahlah.

Mobil Jimin menjadi ramai, hanya karena Hoseok. Sepanjang perjalanan diiringi oleh gurauan dan tawa keduanya. Hingga tidak terasa 20 menit berlalu, mobil Jimin sudah berada di halaman depan tempat Hoseok bekerja.

"Gomawo, Chim. Kau, hati-hatilah di jalan, ne?" ujar Hoseok sebelum ia keluar dari mobil Jimin.

"Ne, cheonma hyung. Dan jangan terlalu memaksakan diri. Kalau capek, istirahatlah."

Hoseok tersenyum mendengar penuturan Jimin yang mengkhawatirkannya.

"Ne, araseeo. Jja! Hyung masuk dulu. Kau juga segeralah berangkat, nanti kau terlambat masuk kelas," ujar Hoseok masih dengan senyumannya. Lalu beranjak keluar dari mobil Jimin.

"Hopie hyung!"

Mendengar namanya kembali dipanggil, Hoseok yang baru saja akan masuk ke dalam café, mengurungkan niatnya tersebut. Ia melongo ke dalam mobil Jimin melalui kaca jendela yang terbuka.

"Nanti aku jemput, ne? Hyung selesei bekerja jam 10 [[malam]] kan?"

"Ahh, ne."

Jimin tersenyum, "Okay, kalau begitu aku berangkat, hyung! Annyeong!"

"Ah, ne, annyeong! Hati-hati di jalan!"

Hoseok melambaikan tangan pada mobil Jimin yang perlahan keluar dari pekarangan café. Ia masih beridiri di tempatnya sampai mobil Jimin tidak terlihat di tikungan jalan. Diam-diam menghela nafasnya, lalu benar-benar masuk ke dalam café.

.

.

.

#ToBeContinue

ANNYEONG! Akhirnya bisa comeback. Anyone miss me? Of course no -_-

Kali ini aku comeback dengan membawa VHope,, hohoho. Entah kenapa aku lagi tergila-gila dengan pair ini. Hmm,, mereka selalu bisa membuat saya tersenyum-senyum sendiri kalau lihat perhatian mereka satu sama lain. ARRGGHHH, I'm going crazy.

Tapi, mungkin banyak yang ga suka sama pair-nya,, saya bisa memaklumi. Karena yang saya tahu kebanyakan pada suka pair VKook. Maafkan Minz yang tidak berdaya melihat VKook bertebaran dimana-mana *bow 90 derajat*,, kalaupun VHope shipper pun,, sukanya V sebagai uke,, tapi saya juga ga bisa ngelihat V sebagai uke,, karena menurut saya untuk pair VHope –khususnya-, V terlihat lebih cocok menyandang gelar seme dibanding uke. Astaga sekali lagi maafkan saya yang tidak bisa menuruti keinginan para shipper kebanyakan di luar sana. Apa daya, karena saya selalu dan hanya bisa buat fanfict dengan pair yang suka,, kalau ga,, pasti ceritanya ancur lebur dan berakhir ga jadi apa-apa karena saya stress mikirin jalan cerita dan interaksi yang akan dibuat di fanfict-nya #lebayModeON .FF ini pun akhirnya jadi karena ke-frustasian saya karena tidak berhasil menemukan ff VHope dengan Jhope uke ((Ada, tapi hanya 1/2/3/4/5? Pokoknya bisa dihitung dengan jari)) Haaaahhhh *sigh*. Okelah, pokoknya begitu **pasti pada ga ngerti? Ya sudah tak apa**

Saya tahu, di chap ini gaada moment VHope nya sama sekali, alamak. Malah terkesan JiHope fanfict yaa? HMMM… It's just the begin guys.. VHope akan muncul seiring dengan berjalannya waktu. HaHAHaHAHa

Jujur, alur untuk cerita ini belum saya tentukan. Kebiasaan Minz memang begitu kalau buat ff ber-chap, pasti ide cerita bakal muncul per-chap nya. Nanti-tau-taunya cerita awal ama akhir jadi absurd, gaje, gak nyambung sama sekali. Hmmxxx,, maafkan saya TT-TT

Oh, ya btw, terima kasih untuk yang sudah review di fanfict "Tinkerbell remake vers.". saya senang ternyata ff saya masih ada yang baca dan banyak yang bersedia me-review. Semoga di ff saya kali ini juga begitu *walau kecil kemungkinannya :( *

Okay, guys, so this is for chap one, See you in next chap. ANNYEONG!