Blooded Knife by RyukiRei Fujitatsu a.k.a Rei

Fandom : the GazettE

Genre : sepertinya rada angst dikit, bloody mungkin =w=a ato malah ungenre

Pair : ReitaXKai, AoiXUruha, RukiX?

Rating : M for Bloody and Fighting Scene

Disclaimer : the GazettE punya PSC, tapi fic abal gaje ini punya saia

Author Note : a whole new story but the same storyline. jadi... kalo nggak baca chapter 1 dan 2 versi revisi kalian pasti nyesel. huahahahahahahahahahahaha XDDD *jadi wajib harus kudu baca #plak. mengapa di revisi, karena menurut saya 2 chapter pertama itu kayak junk fic apalagi formatnya yang kacau balau =w=v, jadi saya perbaiki dengan sedikit merubah cerita tapi tetap sama (?) ya pokoknya baca sendiri lah biar ngerti ._.v

oh iya balesan review untuk yang di 3 chapter terakhir

mamoru okta-chan lemonberry: terima kasih sudah review~! untuk ReiKa-nya sudah saya pertimbangkan dan... lihat saja nanti. huahahahaha XDD karena tidak akan jadi surprise jika dikasih tau sekarang. tapi saya meninggalkan hint yang sangat jelas XDd

XkouyoushiroyamaX : terima kasih sudah review~! untuk AoiHa memang lagi jadi fokus saya :))

Yuki amano : terima kasih sudah review~! juki sepertinya lagi banyak fikiran :)) untuk penghapusan saya lagi nggak punya ide untuk mereka

hana : terima kasih sudah review~! saya terima masukannya :))


darah bercecer dimana-mana, tapi dia masih berdiri di sana menatap mayat bersimbah darah di depannya sambil tetap memegang pisau yang di gunakan untuk membantai mayat di depannya...

"urusanku denganmu sudah selesai sobat, Maaf, aku tidak punya pilihan lain..."

Lalu kai pergi meninggalkan jenazah tersebut sambil meletakkan pisau dan mawar putih di samping mayat Ruki...

-skip-

"lo bawa pesenan gue kan ?" Reita berusaha menahan sakit karena kecanduan, rasanya seluruh otot tubuhnya mengencang

"limited. Fresh from Columbia" Ruki dengan seringai tipis yang menempel di bibirnya

"skip this shit and just gimme that" Reita mulai tidak sabar

"what kind of payment this time" seringai Ruki makin lebar

"gue mau jadi kurir lo" jawab Reita tidak sabar

"funny. Apa jadinya pemimpin yakuza paling di takuti di wilayah Roppongi ternyata ingin menjadi kurir. Don't make me laugh" Ruki tertawa sinis

"apapun bakal gue kasihin, asal lo ngasih barang itu ke gue" Reita kesal, diam-diam dia mempersiapkan pisau lipatnya untuk menikam Ruki

"kiddin, ya don't hav ta. Sepertinya kau berguna, aku perlu bantuanmu" Ruki memutuskan

"what ?" Reita menaikkan alisnya

"gue butuh data tentang kelompok mafia blood rain, pimpinannya namanya Kai, lo sebagai bos besar gangster pasti tau siapa dia" Ruki, jika memungkinkan seringaiannya pasti sudah dari telinga ke telinga

"dia menempati distrik 3C, anggota jaringannya bermain cukup rapih, omzetnya bisa sampai jutaan dollar, dia tidak pernah terendus jaringan polisi karena Kai, bos mereka tidak akan segan menyuap orang-orang atas kepolisian" Reita memberi informasi dengan cepat, berharap percakapan sampah ini segera berakhir

"well, this is yours" Ruki melemparkan paket yang barusaja dibeli Reita "remember to pay me" Ruki lalu pergi meninggalkan Reita yang segera menghirup paket sabu-sabu dan langsung dalam kondisi fly. dalam kondisi sakaw, Reita bisa melakukan apasaja agar bisa mendapatkan sabu-sabu dan kokain, tapi kali ini informasi yang dia berikan kepada Ruki adalah, tentang kekasihnya sendiri... damn he baru saja dia berjalan menuju kematiannya sendiri

~skip~

"Reita..., Reita..., Rei, sadar Rei... ?" Kai menepuk-nepuk pipi Reita sedari tadi, berharap Reita segera bangun

"Kai..." dengan susah payah Reita membuka matanya "ada apa ?" Reita berusaha duduk

"ada apa dengan mu Rei ? wajahmu pucat begitu and you're alone in this sofa, where's the others ?" Kai melihat tidak ada orang disekitar

"gue suruh pergi, memangnya kenapa ?" Reita mengusap mukanya, mencoba menghilangkan kantuk

"aku khawatir denganmu, kudengar dari anak buahmu, kau terlibat dengan Ruki ?" tanya Kai

"ya, aku memang ada sedikit urusan dengan Ruki, dan itu nggak ada sangkut pautnya denganmu" Reita masih mencoba mengusir rasa kantuknya

"but, I'm worried Rei" Kai dengan wajah sendihnya

"kau fikir aku ini tidak bisa jaga diri apa?! Jangan anggap remeh aku Kai" Reita mendadak emosi

"Rei! Apa ?! apa aku salah mengkhawatirkanmu ?! kenapa kau mendadak emosi begini ?!" Kai ikut tersulut emosinya

Reita menatap Kai dengan kaget "maaf, Kai, aku hanya sedikit pusing saja"

"it's okay dear, kalo lagi banyak kerjaan, mendingan istirahat dulu ya" Kai dengan cepat merubah moodnya, tersenyum.

"accompany me, dear" Reita membalas senyum Kai dan membelai pipi Kai

"Sure" tanpa ragu, Kai mendekat ke arah Reita dan mencium bibir Reita. Lembut tanpa nafsu

"Rei-chan..." Kai berubah manja

"hm?" ini yang dia suka dari partnernya, bagaimana Kai begitu cepat merubah moodnya. Make him feel better

"you've changed. Rei-chan berubah, tidak seperti dulu lagi" Kai berkata dengan sediki cemberut yang terlihat cute dimata Reita

"kenapa dear? did you miss me that much ?" Reita mencoba menggoda partnernya. Semburat pink tipis tercetak di pipi chubby Kai

"don't tease me! You pervert" Kai dengan gemas mencubit pinggang Reita

"ouch, that's hurt" Reita tertawa jahil "come" Lalu Reita menarik Kai ke pangkuannya "tell me, how much you miss me?"

"as you see it" Kali ini justru Kai yang menantang Reita, mendekatkan wajah ke partnernya dan menciumnya. Tidak seperti yang sebelumnya, kali ini Kai memberikan open mouthed kiss yang cukup panas, memaksa Reita membuka mulutnya dan menerima lidah submissive dari parnernya yang dengan mudah dia taklukkan dan mendorong kembali lidah Kai ke rongga mulutnya

"mh.. Rei.." Kai mencoba berbicara disela-sela ciumannya, sedangkan tangan jahil Reita mulai menejelajahi tubuh Kai. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, Uruha yang datang mendadak menginterupsi kemesraan kedua sejoli yang jarang bisa bertemu ini.

"time up guys, bukan waktunya buat mesra-mesraan ada hal harus kita bicarakan" Uruha yang sedikit kesal melihat kedua kouhainya ini yang malah mengumbar keintiman di ruang tengah markas mereka. apa sih yang ada di kepala mereka, mau show off apa

"well, ada apa ? tidak biasa kau langsung masuk tanpa pemberitahuan" Reita menyeringai. Masih melanjutkan 'pekerjaannya' terhadap Kai, kali ini Reita sukses melucuti seluruh pakaian Kai dan hanya meninggalkan kemeja hitamnya saja

"s-stop, Rei.. mh..." semburat diwajah Kai semakin merah hingga ketelinganya. Melihat Uruha ada disana membuat inderanya bukannya mati malah menjadi hyper-sensitif

"well, kayaknya kita akan mendapat serangan" Uruha berdehem tidak nyaman sebenarnya melihat Kai yang hanya menggunakan kemeja yang menghadap ke arahnya sedangkan Reita dengan kejam men-teasing kejantanan Kai yang agak mengeras

"dari ?" Reita mencoba inosen

"Partner bisnis barumu" Uruha datar. Padahal sebenarnya dia entah agak malu atau justru terangsang melihat Kai yang biasanya stoic itu menjadi lewd di tangan Reita

"Ruki ?" merasa aneh dan sedikit kesal, Reita tidak sadar mengeratkan genggamannya dikejantanan Kai

"a-ah~!" sebuah desahan erotis lolos dari mulut Kai, segera dia menutup mulutnya dengan tangan

"memang ada yang harus dicurigai selain dia ?" Uruha sedikit blushing mendengar desahan Kai

"sussh~ don't cover your cute lips, love" Reita ditengah pembicaraan masih sempat men-tease Kai

"ash... s-top.. Rei.. mhh" Kai memohon

"I won't till you come" Reita dengan seringai lebar. Uruha merinding melihatnya

"r u sure bout this ?" Reita tampak berifikir

"absolutely, but carefull, his target not you" Uruha serius. Namun ditengah keseriusan pembicaraan Reita dan Uruha, Kai tidak bisa mengendalikan dirinya

"yahh~ e-eno-ooh~, s-stop Rei... I-I'm gonna.. haah~" Kai tidak bisa lagi mengendalikan panas tubuhnya yang berkumpul dikejantananya. Dia seolah-olah merasa akan meledak.

"then, come for me, love" Reita berbisik di telinga sensitif Kai

"nyaaah~" tidak bisa mengendalikan dirinya lagi, Kai melengkungkan punggungnya dan mencapai orgasme. Uruha kali ini tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang memerah karena perasaannya yang tidak karuan melihat Kai.

"then, who ?" Reita kini membiarkan Kai yang lemas dipelukannya sambil terus berbicara dengan Uruha

"bad luck him, it's Kai" Uruha sambil menyulut rokoknya

"what the hell" Reita mengeraskan rahangnya mendengar nama Kai disebut

"posisi yang buruk, heh ?" Uruha tertawa getir sambil menghisap rokoknya

"ya. Kita harus melakukan sesuatu. Ruki bisa menyerang tiba-tiba, kau, medapatkan informasi ini dari mana ?" Reita agak gusar

"pimpinan salah satu geng yang kita backup" Uruha kembali menghisap rokoknya

"who?" Reita penasaran

"Aoi" jawab Uruha singkat

"gangster underground yang ada di wilayah distrik D, kau sedang ada hubungan dengan dia bukan" raut wajah Reita tidak terbaca

"bukan urusanmu" Uruha mendadak kesal

"urusan percintaanmu dengan dia bukan urusanku juga" Reita menyeringai, merasa sukses menjahili Uruha "tapi apapun urusanmu itu jangan sampai menggangu bisnis kita" Reita serius

"got it" Uruha makin kesal

" I've got to go, it seems my baby exhausted." Reita berjalan menuju kamarnya sambil menggendong Kai yang mulai diserang kantuk "don't sleep yet baby, there is plenty things to do" Reita berbisik ditelinga Kai. Kai yang tadinya hendak tidur, kini terhenyak kesadarannya kembali tinggi. 'Uruha aniki, save mee~' batin Kai berteriak

~skip~

Pukul 2 pagi Reita mendadak merasa sakit kepala hebat, entah darimana datangnya yang jelas dia masih dalam taraf normal seharusnya, tidak sakaw. Terbangun dari tidurnya dia segera mengacak-ngacak laci nightstand disamping tempat tidurnya, tanpa fikir panjang dia menghirup heroine yang ia temukan disana. Bukannya menenagkan heroine yang ia hisap ternyata sudah diracun oleh Ruki, sakit kepala Reita semakin menjadi

"fuck!" kesal terhadap rasa sakit, Reita berteriak tidak perduli dengan Kai yang masi terlelap. Kai yang terbangun mendengar teriakan Reita segera mencari tahu apa yang sedang terjadi dan menemukan Reita tengah memegangi kepalanya dan berteriak-teriak kesakitan

"Rei... hold on Rei..."

"it's fucking hurts" Reita masih kesakitan, sedangkan Kai yang tidak bisa meninggalkan Reita dia memilih untuk memanggil Uruha

"aniki ?! aniki...?!"

ditempat lain Uruha sedang mengurusi laporan-laporan masuk, tanpa dia sadari bahwa ada seseorang yang masuk keruangannya

"lama tidak bertemu honey..." Aoi segera memeluk Uruha sekaligus dengan kursinya

"tak usah bertingkah manis, it makes me sick" Uruha dingin

"hey, r u angry ?" Aoi menduga-duga

"no way I'm angry. I just fucking sick with your cocky attitude" Uruha makin kesal

"sorry dear, too many things to do" Aoi mengecup kening Uruha

"jika tidak ada yang penting, lebih baik kau pergi, aku sibuk" Uruha kesal

"kalau aku tidak mau pergi" Aoi mulai menggoda himenya

"aku yang akan mengusirmu dengan ini" lalu menodongkan pistol ke kepala Aoi

"whooa whooa whooa apa-apaan ini? Kita jarang bertemu tapi sekali bertemu kau menodongku dengan senjata, poor me" Aoi dengan muka pura-pura sedihnya

"sick bastard" Uruha memilih mencium bibir Aoi singkat agar Aoi segera menyingkir dari hadapannya. Namun belum sempat Aoi menjawab, Uruha mendengar teriakan panik Kai. Segera dia berlari menuju kamar Reita, dan menemukan Reita yang sedang kesakitan dipangkuan Kai yang panik.

"fuck..." Uruha tercengang "ada apa ini ?"

"aku tidak tau, aniki, sepertinya tadi Rei, sakit kepala dan dia mengambil sesuatu dilacinya"

"ini..." Aoi mengendus serbuk putih yang berada didekat Reita "heroine"

"the fuck" Kai dan Uruha kaget

"tapi... bagaimana bisa ?" Kai sangat shock mendengar Reita menghisap heroine

"aku tidak tau, tapi sepertinya heroine ini tidak murni. Dia dijebak" Aoi berhipotesis

"apa yang harus kita lakukan" Uruha jadi ikut-ikutan panik

"yang jelas kita harus mengosongkan isi perutnya, baru kita bisa melakukan pertolongan untuk Reita, akan aku panggil dokter dari headquarter" Aoi segera mengubungi organisasi induk mereka untuk mengirimkan dokter-dokter ahli.

Sedangkan Uruha dan Kai membaringkan Reita ditempat tidurnya. Kai menggengam tangan Reita dengan kuat. Uruha harus menarik Kai paksa ketika dokter yang dikirim oleh headquarter akan memeriksa Reita karena Kai tidak mau melepaskan tangannya.

"it's okay, Kai. Rei would be alright" Uruha menenangkan

"b-but" Kai memohon

"no buts" Uruha tegas. "just leave Rei under their care".

"u-un" akhirnya Kai menurut apa yang dikatakan oleh Uruha "Aniki..." Kai bersuara

"ya ?"

"sebenarnya apa motif Ruki ?" Kai kali ini serius

"Ruki sebenarnya adalah mafia yg selama ini berusaha menjegal bisnis kita, dia anggota kepolisian tapi dia bermuka dua..." Aoi tiba-tiba menyahut

"eh ?" Kai bingun

"yap sepertinya dia ingin membuat bisnis kita hancur, ya motifnya adalah..." Aoi menyulut rokoknya

"menjegal bisnis kita untuk memperluas omzetnya ?" Uruha menduga-duga

"benar sekali" Aoi sambil memasukkan pemantik ke sakunya

"lalu bagaimana dengan Reita..." Kai menjadi bingung

"aku tidak tau" Aoi datar.

Ketika Aoi terdiam pada saat yang sama dokter yang menangani Reita keluar dari kamar, segera saja Kai menghampiri mereka

"bagaimana ?" tanyanya khawatir

"kondisinya sudah membaik, racunnya sudah berhasil kami keluarkan dan netralkan, sebaiknya biarkan dia istirahat terlebih dahulu, setelah itu sarankan dia untuk mengikuti terapi heroine" kepala tim dokter menyodorkan sebuah alamat

"terima kasih" Uruha membungkuk seperlunya, lalu tim dokter dari headquarter pergi meninggalkan mereka

Sedangkan Kai, segera masuk ke kamar, duduk disebelah Reita

"Rei..."

"biarkan dia istirahat..." Uruha menggenggam pundak Kai

"hm'm"

"kau sebaiknya tetap disini dan jaga Reita, aku akan keluar memastikan keadaan, kau selalu membawa pisau dan pistolmu bukan ?" Uruha memastikan

"ya"

Lalu Uruha pergi meninggalkan Kai dan Reita sendirian..., tiba-tiba terdengar suara ledakan dan tembakan dari luar, Kai segera berlari ke pintu keluar, tidak sadar bahwa Reita sudah bangun dan mengambil senjatanya lengkap, meski langkahnya masih agak sedikit terhuyung

"ikuzo, Kai" segera Reita menarik Kai yang akan menuju pintu kamarnya

"R-Rei ?" Kai bingung

"jangan banyak bertanya ayo segera pergi" Reita menarik Kai

"b-baik"

Melihat Reita yang agak limbung lalu Kai membantu memapah Reita untuk jalan, baru saja mereka akan kabur dari pintu darurat tapi Ruki sudah lebih dulu menghadang mereka...

"buona sera..." Ruki menyeringai

"kau... dasar brengsek..." Tanpa basa basi Kai langsung menyerang Ruki dengan tangan kosong, tapi serangan Kai kali ini tertahan oleh seseorang yang berpakaian serba hitam dan menggunakan penutup wajah.


review ?