Jihoon ingin bekerja, tapi Soonyoung ingin bercinta.

#soonhoon #seventeen #yaoi #m

WARNING:
- Aftermath
- Cuddle
- VERY CUTE CUDDLING AFTER MATCH. DON'T FIGHT ME. I ALREADY WARN YOU!

No Fun

Studio sunyi. Tidak seperti biasanya semua layar komputer mati, pun dengan laptop dan sound system yang seringnya dibiarkan on hampir 24 jam. Tak ada suara, tak ada cahaya. Hanya silau layar ponsel yang menyala dari arah sofa, menyinari seraut wajah yang tengah berbaring dengan mata mengantuk dan lelah.

23.36

Jihoon menghela napas panjang. Rasanya dia baru saja memejamkan mata dan tahu-tahu sudah hampir tengah malam. Layar ponselnya meredup bersamaan dengan jemari lentik itu meletakkannya kembali di permukaan sofa.

"Soonyoung-ah," desisnya. "Setengah dua belas," ujarnya memberitahu.

Menit berlalu.

Hening, tak ada jawaban.

"Soonyoung-ah," panggil Jihoon pada orang yang dia tahu tidak sedang tidur. Namun orang itu—yang berbaring di belakangnya, menempelkan tubuh pada punggungnya, menyembunyikan wajah di tengkuk lehernya, dan melingkarkan lengan di sekitar pinggangnya—masih bergeming tanpa bersuara sedikit pun.

"Sudah jam setengah dua belas—"

"Biar." Sebuah suara parau menyela kalimat Jihoon. Dia bergerak sejenak, mendekatkan diri pada tubuh mungil di depannya. "Biarkan saja," imbuhnya dengan nada mengantuk.

"Aku harus bekerja." Jihoon memegang tangan Soonyoung yang berada di pinggangnya, membuat namja di belakangnya tersebut mendesis tidak senang dan malah semakin mempererat pelukannya.

"Aku mohon, Soonyoung-ah." Suara Jihoon mengecil, terdengar antara kesal, putus asa, dan mengantuk.

"Lima menit lagi," gumam Soonyoung melepaskan lenguhan panjang dari kerongkongan tubuh mungil di pelukannya.

"Kau sudah mengatakan itu delapan kali sejak dua jam yang lalu," erang Jihoon frustasi.

"Aku tahu," sahut Soonyoung. "Lima menit lagi."

Jihoon berhenti meronta, membiarkan dirinya ditarik semakin dekat pada tubuh hangat yang lebih tegap darinya itu, diam-diam menikmati musik indah perpaduan suara napas Soonyoung dan detak jantungnya.

"Kau sudah mengatakannya sembilan kali," gumam Jihoon sambil memejamkan mata, tidak menampik kenyataan jika dia juga masih mengantuk. "Sekali lagi kau mengulanginya aku akan memukul..." ujung kalimat namja berambut ungu pucat tersebut hanyut terbawa ke alam mimpi.

-o-

"Soonyoung-ah." Mata sipit Soonyoung bercelah mendengar namanya dipanggil oleh suara parau yang dia kira merupakan salah satu dari kuda unicorn warna-warni yang barusan muncul di dalam mimpinya.

"Jam berapa sekarang?" Jihoon bergerak malas di depan dada Soonyoung. Terasa ujung hidungnya menempel nyaman di kulit telanjang namja tersebut meski mulutnya tidak berhenti menggumamkan perihal dia harus bangun dan bekerja dan membuat lagu—

Dengan itu, Soonyoung melepaskan pelukannya, menggeliat sesaat di atas sofa yang terasa sempit karena ditiduri berdua. Dia terlentang memandang atap studio yang nampak gelap, sementara di sebelahnya Jihoon sudah bangkit dan sedang mencari ponselnya yang terjatuh.

"Jam satu." Terdengar suara sang vokalis, lalu dengus napasnya, dan tanpa alasan dia mengacak rambutnya sendiri. "Aku belum membuat apa-apaaa..." keluhnya depresi. Namja mungil tersebut menoleh pada tubuh tinggi yang masih berbaring di sebelahnya, yang menatap kosong ke udara dan sepertinya akan tertidur lagi.

"Yah," tegur Jihoon. "Tidakkah kau juga harus melakukan sesuatu? Kwon Soonyoung?"

Soonyoung berdecak keras, kembali menggeliat sambil menguap. "Melakukan apa?" desisnya.

"Membuat koreo, membuat lirik, menulis lagu," jawab Jihoon. "Yah! Kau tidak mau comeback?" dipukulnya sebelah lengan si dancer ketika namja itu malah kembali menutup mata dengan santainya.

"Aku mau tiduuur," rengek Soonyoung. "Aku tidak mau comeback," imbuhnya seperti orang ngelindur.

"Aish, terserah!" Jihoon menyerah. Dia menyalakan senter ponselnya dan mulai menyinari sekitar. "Dimana bajuku? Kwon Soonyoung, kau buang kemana bajuku?"

Soonyoung mengerang, antara kesal karena tidurnya diganggu oleh omelan-omelan Jihoon dan tidak bisa marah karena dia Lee Jihoon. Ya, Lee Jihoon yang meski bawel seperti apapun tidak akan pernah bisa membuat seorang Kwon Soonyoung marah padanya.

"Soonyoung-ah, bajuku..." suara Jihoon mengecil, seolah dia hampir menangis merasa panik, khawatir, kesal, dan mengantuk jadi satu. Sedangkan di dekatnya, dalam diam Soonyoung hanya mengawasi kesibukannya yang celingak-celinguk mencari pakaian.

Jihoon tengah berusaha menggapai ujung celana jeans-nya yang terlempar hampir satu meter jauhnya ketika sepasang lengan dengan kuat memeluk pinggangnya dan menariknya ke belakang. Tubuh mungil tersebut jatuh kembali ke sofa dengan pekikan kaget.

"YAH!" suara sang vokalis meninggi, dengan marah dia membalikkan badan dan langsung tersadar jika sedang berada di atas Soonyoung, kedua tangannya berada di sisi kanan dan kiri kepala namja itu, wajah mereka saling berhadapan, sekejab warna pink merata cantik di kedua pipi bulat Jihoon. Bukannya tidak mungkin Soonyoung tidak melihat perubahan ekspresi dari macan galak menjadi anak kucing yang cute tersebut, sinar senter dari ponsel Jihoon yang terjatuh di sebelah lehernya membuat namja pirang itu dapat melihat wajah di atasnya dengan sangat jelas. Namun dia memilih untuk tidak berkomentar, tidak ingin merusak momen, sebab Jihoon menjadi rawan mengamuk jika sedang tersipu.

Perlahan Soonyoung mengangkat tangan, menyentuhkan ujung jarinya pada salah satu kissmark yang tertinggal di leher jenjang sang vokalis.

"Hitam?" tanya si pemilik leher, dijawab cengiran lebih dulu oleh si pelaku.

Soonyoung menelengkan sedikit kepala Jihoon ke samping untuk melihat lebih jelas tanda serupa yang merata hingga ke pundak serta tulang selangkanya.

"Merah tua."

Jihoon mendesis, mengusap lehernya dengan kilatan mata kesal. "Aku membiarkanmu melakukannya karena kita sedang vakum. Awas saja kalau kau melakukannya waktu promosi—"

"Tapi aku suka~" dengan gemas Soonyoung memeluk Jihoon, membenturkan muka kecil itu pada dadanya diiringi pekikan lirih orang yang beberapa bulan lebih muda darinya tersebut. "Warnanya cantik, cocok untukmu, Gudae~"

"Bekasnya tidak bisa hilang seminggu, Kwon Soonyoung!" teriak Jihoon mencoba melepaskan diri dari dekapan lengan berurat alot hasil rutinitas dance tanpa kenal waktu itu. Berhasil. Bukan, Soonyoung yang memang sengaja melepaskannya.

"Tapi kau suka 'kan?" namja sipit tersebut mengedipkan sebelah mata dan kembali harus menahan tawa melihat kedua pipi Jihoon memerah.

"O-omong kosong!" Jihoon memalingkan wajah menyembunyikan rasa malunya. Dia bangkit dan duduk di atas perut datar sang dancer, lalu sebentar kemudian kembali mengomel soal bajunya.

Soonyoung membiarkan namja mungil itu, menatapnya membalikkan badan dan mengamati kesibukannya mencari pakaian, mendengar gerutuannya yang menyalahkan keadaan gelap yang membuatnya tidak dapat leluasa melihat, disusul oleh umpatannya ketika ponsel membunyikan alarm pendek tanda baterei melemah. Namja pirang tersebut hanya tersenyum.

Perlahan Soonyoung bangkit, kembali meraih pinggang ramping Jihoon dan menempelkan badan di kulit punggungnya yang masih hangat akibat tidur berpelukan selama berjam-jam.

"Soonyoung-ah." Jihoon merengek, merasa lelah oleh sikap manja kekasihnya setiap kali mereka selesai tidur bersama seperti ini. Perasaan, pasangan-pasangan lain—bahkan yang sudah menikah sekalipun—tidak gini-gini amat usai melakukan masalah ranjang, tapi Soonyoung selalu menjadi dua kali lipat lebih lengket serupa lintah. Tidak hanya memeluk, dia juga akan mencium rambut Jihoon, mengecup sekilas bahunya, maupun memijat pelan sebelah pinggulnya. Bukannya Jihoon tidak suka, namun terkadang sikap Soonyoung yang seperti itu—apalagi jika dia melakukannya di tempat umum dan ketahuan orang lain—membuat si mungil jadi risih, membuatnya terpaksa menendang dan mengusir lead-dancer tersebut jauh-jauh sebab Kwon Soonyoung tidak akan pernah berhenti sebelum dihentikan.

"Hm?" terasa hangat napas Soonyoung menerpa kulit sensitif di belakang telinga Jihoon, membuat tubuh kecil itu terjengat kaget dan berhasil meloloskan erangan lirih putus asa dari rongga dadanya.

"Aku harus bekerja," desis Jihoon menutup mata saat merasakan sepasang bibir secara insting menemukan jalan di lehernya.

"Tapi aku mau bercinta," bisik Soonyoung dengan suara rendah membuat namja di dekapannya mengerang frustasi.

"Aku bisa dimarahi—"

"Tak akan ada yang memarahimu," potong Soonyoung, sebelah tangannya meraih dagu Jihoon dari belakang, menuntunnya untuk menoleh sebab sekarang dia sedang menginginkan bibir tipis yang selalu memperdengarkan suara merdu baik saat menyanyi, mengomel, maupun mendesah itu.

"Seungcheol Hyung akan senang kalau tahu kau tidak bersitegang membuat lagu dan malah bersantai."

"Mana mu—umph..." kalimat Jihoon tenggelam di dalam belahan bibir Soonyoung, meleleh bersama salivanya dan sebelum lehernya terasa sakit karena sudut ciuman yang kurang nyaman, namja berambut ungu pucat tersebut bangkit untuk kemudian membalikkan badan dan mendudukkan diri di pangkuan kekasihnya.

Soonyoung tersenyum, dengan lembut dia menangkup sebelah pipi Jihoon yang sudah memerah, mendekatkan wajahnya dan mendaratkan sebuah kecupan di bibirnya, melepaskan pagutan tepat ketika namja mungil tersebut membuka mulut dengan sukarela.

"Mau coba sambil duduk?" tanyanya membuat mata kecil di depannya melebar.

"Hah?"

"Uke on top. Mau coba?" Soonyoung menelengkan kepala sementara Jihoon hanya mengerutkan alis, agaknya kejeniusannya dalam membuat lagu tidak menular pada pengetahuannya tentang seks.

Polos sekali, puji Soonyoung dengan gemas.

"Aku memasukkannya sambil duduk, kau hanya perlu melakukan hip dance seperti di No Fun. Naik dan turun. Kurang lebih begitu." Namja pirang itu mencoba untuk menjelaskan dengan kata-kata yang paling sederhana.

Ting, wajah Jihoon seketika memerah hingga ke telinga dan sedetik kemudian tangannya sudah melayang untuk menjambak rambut di depannya.

"ADOOUW!" pekik Soonyoung keras.

"JANGAN BERISIK!" hardik Jihoon tanpa sadar jika suaranya jauh lebih keras.

"Tidak perlu menjambakku!" protes Soonyoung.

"Itu karena kau terlalu mesum—"

"Aku cuma menjelaskannya karena kau tidak mengerti!" sela Soonyoung kembali membuat wajah mungil di depannya matang.

"Kalau kau mau coba, ini tidak sulit. Hip dance-mu di No Fun sangat bagus dan—"

"Bagaimana kau tahu kalau aku sangat bagus? Dasar mesum!" kali ini Jihoon mengeplak keras lengan Soonyoung, dalam hati berharap pukulannya akan membekas seperti halnya kissmark yang dancer itu tinggalkan di lehernya.

"AKU PELATIHMU!"

"BERISIK!" kembali Jihoon memukul Soonyoung.

"TIDAK AKAN ADA ORANG YANG DENGAR!" Soonyoung meledak. "Kau sudah menambah lapisan peredamnya, tidak akan ada orang yang dengar dari luar. Aku berani bersumpah demi Tuhan!" pekiknya membela diri.

"Jadi jangan mencari-cari alasan untuk memukulku," cicit Soonyoung kemudian sambil mengusap-usap lengannya yang dua kali dipukul Jihoon.

"Tapi aku serius, hip dance-mu sangat bagus. Mau coba?" celetuk Soonyoung masih bersikeras dengan idenya. Mendengar itu mata Jihoon kembali mendelik menyeramkan.

"Pelatih apanya? Kau cuma orang mesum yang selalu mencari kesempatan untuk mencuci mata," tuduh si Mungil penuh duri.

"Aku terpaksa." Soonyoung nyengir. "Kau menari persis di depanku. Ada pemandangan bagus, tentu saja aku tidak akan melewatkannya."

Kembali mata Jihoon melotot, tangannya sudah terangkat hendak memukul Soonyoung namun dihentikan dengan cepat oleh lengan orang di depannya. Soonyoung membawa tangan Jihoon melingkar di lehernya sementara dia mendapatkan bibir tipis tersebut. Sang vokalis melenguh kaget sejenak dengan ciuman yang tiba-tiba, dia mengerutkan alis dan mencoba memiringkan kepala, menyamakan ritme dengan gerakan kekasihnya.

Merasa Jihoon sudah hanyut pada pagutannya, Soonyoung melepaskan pegangan tangannya di lengan namja itu dan berpindah pada pinggangnya, perlahan membawa pinggul tersebut untuk mendekat, mempertemukan bagian selatan mereka bersama-sama. Untuk kedua kalinya, Jihoon melenguh kaget.

"Duduk ya?" bisik Soonyoung di jarak tipis antara bibirnya dan mulut Jihoon. Namja mungil di hadapannya menggeleng.

"Coba dulu—"

Kembali Jihoon menggeleng, kali ini dengan alis mengerut dan mata berkilat menegaskan penolakannya.

"Kau harus banyak bergerak, kau bilang mau comeback—"

"Ini tidak ada hubungannya dengan itu." Jihoon merengek. "Kau saja. 'kan kau yang performance leader."

Soonyoung berdecak, "Pemalas." Dengan gemas disentilnya ujung hidung Jihoon. "Lain kali aku akan membuatmu di atas," desisnya sembari mengecup singkat bibir merah di depannya yang sudah membengkak, lantas dengan hati-hati membawa tubuh yang lebih kecil darinya tersebut untuk berbaring di atas sofa.

Sesaat Soonyoung terdiam, hanya menatap mata Jihoon, mengagumi kecantikannya yang bahkan tidak dapat ditutupi oleh kegelapan. Siapa sangka orang yang paling galak di dalam grup sejatinya adalah orang yang sangat manis seperti anak kucing. Soonyoung suka Jihoon yang seperti ini, berbaring di bawahnya, nampak begitu mungil, manis dan cantik membuatnya tidak dapat menahan diri untuk tidak memeluk serta selalu melindunginya. Dengan gemas Soonyoung mendaratkan sebuah kecupan di puncak hidung Jihoon, menuai tawa geli atas tindakannya dan hal tersebut semakin membuatnya merasa gregetan dengan makhluk kecil satu itu.

"Kali ini aku mau membuat warna hitam," ujar Soonyoung asal.

Jihoon membeliakkan mata, hilang sudah ekspresi manisnya menyisakan tatapan tajam seperti macan. "Kau mau mati?" ancamnya.

Soonyoung nyengir lebar. "Aku tidak bisa mati, 'kan aku vampir," guraunya lalu segera menenggelamkan wajah di ceruk leher Jihoon.

"YA—ahh! Soon-eunghh..." Jihoon menggeliat protes tanpa dapat menjauhkan Soonyoung yang mulai mencumbui lehernya dengan antusias, memperparah tanda lama dan membuat tanda baru di kulit yang masih nampak putih mulus.

Pip pip pip~

Terdengar suara ponsel berbunyi.

"Soonyoung-ah, alarm-mu—" napas Jihoon tercekat memberitahu.

"Bukan," jawab Soonyoung sambil menyelipkan rambut Jihoon ke belakang telinganya untuk mengecup usil lubang tindik yang hampir tidak pernah dipasang anting, membuat kekasih mungilnya bergidik geli dan meloloskan tawa kecil bercampur dengan desahan, Soonyoung yang mendengarnya hanya dapat terkikik gemas lantas mencium pipi merona itu dengan sayang.

"Batereinya mau habis."

-o-

Dalam diam Jihoon mengusap layar ponselnya, mengeluh ketika menyadari gambar batereinya sudah berkedip-kedip merah dan saat dia memandang angka yang tertera di atas kolom pin, namja itu mendesis.

06.09

"Soonyoung-ah," panggilnya. "Jam enam. Bangunlah." Dengan malas Jihoon menepuk-nepuk lengan yang sedang memeluknya dari belakang. Namun bukannya beranjak pergi, tubuh tersebut malah bergerak semakin dekat dengan punggungnya hingga hangat napasnya terasa mengipasi kulit sensitif leher Jihoon.

"Soonyoung-ah~" Jihoon mengerang, mencoba melonggarkan pelukan kekasihnya dan menggerakkan badan terlentang, tapi hal itu justru membuat Soonyoung seolah mendapat tempat baru untuk menyamankan tidurnya. Namja pirang tersebut bergerak, sedikit mengangkat badan supaya bisa meletakkan kepala di sebelah bahu Jihoon, menempelkan wajah di ceruk lehernya tanpa lupa lebih dulu mendaratkan sebuah kecupan selamat pagi di pipi bulat tersebut. Jihoon yang sudah terbiasa diuyel-uyel semacam itu, hanya menghela napas panjang membiarkan sang performance team leader melakukan semua yang dia suka. Selesai Soonyoung dengan kesibukannya meringkuk di sebelah Jihoon layaknya anak kucing, baru vocal team leader tersebut kembali berbicara.

"Bangun atau aku akan memukulmu," ujar Jihoon dengan suara datar mengandung ancaman.

"Mmm~" Soonyoung hanya menjawab dengan geraman manja, benar-benar mirip anak kucing.

"Aku mau mandi..." Jihoon mencoba menjauhkan kepala pirang tersebut dari lehernya namun kembali dia harus memekik kaget sebab Soonyoung membalasnya dengan gerakan tangan dan kaki yang semakin kuat memperangkapnya seperti gurita.

"Lima menit lagi~" suara Soonyoung mendayu-dayu dipenuhi aegyo, ujung bibirnya mengecup bagian apapun kulit Jihoon yang paling dekat dengannya dan jatuh pada garis rahangnya.

Hening sejenak. Soonyoung mengira kekasihnya kembali menyerah kali ini hingga dirasanya jemari lentik menyusup di antara helaian rambut kepalanya.

Ngek!

"ADADADADA!" Soonyoung berteriak kesakitan manakala Jihoon ternyata menjambaknya lagi, membuat kepalanya menjauh dari leher yang hangat.

Jihoon memberikan sentakan terakhir pada tangannya sebelum melepaskan namja malang tersebut.

"KENAPA MENJAMBAKKU!?" Soonyoung tidak terima.

"Aku sudah bilang kalau kau mengulangi kalimat 'lima menit lagi' aku akan memukulmu," jawab Jihoon santai sambil bangkit dari tidurannya.

"Kapan!?" mata Soonyoung melebar, menusuk paras kecil di depannya dengan tatapan dipenuhi tuduhan.

"Tadi." Jihoon masih memasang ekspresi datar seolah yang barusan dia lakukan bukan apa-apa. Namja tersebut mengedarkan pandangan ke sekeliling dan berdecak begitu ingat dia belum bisa menemukan bajunya. Dengan asal diambilnya pakaian yang tergeletak di atas meja kopi yang ternyata adalah kaos Soonyoung. Jihoon segera memakainya. Kebesaran. Tentu saja.

"Kau masih lama 'kan? Cari saja bajuku, aku buru-buru," ujar namja mungil itu lantas turun dari sofa dan berdiri—membuat kaos oversize Soonyoung menutupi hingga separuh pahanya—untuk melanjutkan mencari celana.

Sementara Soonyoung hanya mengerucutkan mulut ditinggal sendirian begitu. Sebelum Jihoon dapat bergerak terlalu jauh, dengan jahil dancer tersebut mengulurkan tangan lantas menepok bokong kekasihnya yang menuai pekikan kaget. Buru-buru Soonyoung mundur dan kembali merapatkan badan ke sofa ketika Jihoon berbalik, memberinya tatapan tajam serupa kilatan seribu pedang.

Jihoon mengacungkan telunjuk ke hidung Soonyoung. "Berani kau melakukan itu di depan umum, aku akan membunuhmu," ancamnya.

"Biasanya juga kau yang menepok bokongku." Soonyoung membela diri, membalikkan badan lalu menggoyang-goyangkan pantatnya pada Jihoon yang mengetatkan rahang dengan muka memerah. Sedetik kemudian macan mungil tersebut menerjang ke sofa. Kepala dan leher adalah sasarannya. Soonyoung yang dengan mudah menangkis tangan Jihoon yang hendak mencekiknya, hanya dapat tertawa-tawa penuh kemenangan.

"KWON SOONYOUNG!"

-END-


BONUS CHAPTER!

LINES

Cklek, pintu studio dibuka dari luar dan sebelum Jihoon menoleh untuk melihat siapa yang masuk, sebuah suara lantang lebih dulu menyapanya.

"Gudae-ya!" dengan senyuman lebar, Soonyoung menghambur ke sebelah Jihoon.

"Ayo, comeback dengan image seksi!" ujar namja sipit tersebut dengan mata berbinar-binar.

"Apa maksudmu?" Jihoon hanya mengerutkan alis. "Sudah pasti akan ada lagu seksi 'kan nanti—"

"Bukan begitu." Soonyoung mengibaskan tangan. "Aku sudah membuat liriknya, ayo comeback dengan konsep seperti itu."

Kembali Jihoon mengerutkan alis, ada sentilan firasat tidak enak yang dia rasakan tapi tetap saja tangannya tengadah. "Mana lihat?" ujarnya meminta lirik yang dimaksud oleh Soonyoung. Dengan girang sang kekasih memberikan ponselnya dan menunjukkan note yang baru saja dia buat.

Looking at you dearly
Adore your gentle move above me
I can't even blink once oh baby
You're gorgeous, so fcking beauty

With those glowing sunshine in your back
Hugging you like wings in black
Insanely hope my mind can't back
'
Cause the shadow in your face—
shine brighter than any golden black

Ting! Jihoon merasa kedua pipinya panas. Dengan jengkel dia menatap Soonyoung yang masih setia menunjukkan senyuman gigi bunny-nya tanpa punya rasa bersalah.

"Ini bukan seksi," desis Jihoon. "Ini cuma SEKS!"

Senyuman Soonyoung memudar. "Apa masih ada kesan seperti itu?" tanyanya polos membuat Jihoon ingin membenturkan headphone ke keningnya segera. "Aku yakin aku sudah mengganti kata-kata yang vulgar." Soonyoung mengambil ponsel dari tangan kekasihnya.

"Memang apa yang kau tulis sebelumnya?"

"Ride me."

Jihoon menyesal sudah bertanya.

"Perbaiki lagi atau aku tidak akan menggunakan lirikmu itu." Keputusan final.

"Kalau begitu, comeback saja dengan konsep 19+. Fans pasti akan senang—ADUH!"

Jihoon benar-benar memukulkan headphone ke pelipis Soonyoung.

"Tidakkah kau ingat kau masih punya Leechan dan Hansol!?" Jihoon memekik. "Dan Mingyu, Seokmin, Seungkwan, Minghao! Aish jinjja, bagaimana bisa ada orang sepertimu di dunia ini!"

"Tapi mereka semua bisa membuat para Noona menjerit lebih gila daripada aku." Soonyoung masih bisa menjawab dengan nada aku-tidak-sepenuhnya-salah-karena-kenyataannya-memang-begitu.

"AAARGH! Molla molla molla!" Jihoon meletakkan headphone ke atas keyboard dan berdiri dari kursi.

"Mau kemana?" tanya Soonyoung menghentikan tangan Jihoon.

"Mencari kewarasan," jawabnya ketus.

"Cium dulu, mumumu~" Soonyoung memonyongkan bibir dengan aegyo namun hanya membuat Jihoon memutar mata jengah. Dengan kesal disentaknya jari yang memegangi tangannya dan melangkah ke arah pintu, tidak menoleh bahkan ketika Soonyoung memanggilnya dengan seribu nama kesayangan berganti-gantian.

Blam! Pintu tertutup menyisakan Soonyoung seorang diri di dalam studio. Namja sipit tersebut cemberut.

"Apa yang salah dengan lirikku?" gumamnya masih tidak mengerti.

-END-


Gudae: panggilan serupa 'sayang' di Korea (sama term-nya dengan chagi atau bae)

Soonyoung (lagi-lagi) berakhir menjadi karakter mesum tanpa bisa ditolong

Kenapa NO FUN? Karena BLESS YOUR SOUL WITH HIP DANCE (cr: Comel). SoonHoon is the best! d('-')b

Thanks buat yang udah kasih masukan (Comel, Aurorain, Lele Noona) :***

Mari dukung terus SoonHoon meski mereka pelit momen! XO #SoonHoonSquad