Title : Blossom
Cast : Luki/Loke, Kagamine Rin
Genre: Romance, Hurt/comfort
Entah kenapa Luki sering melihatnya akhir-akhir ini. Sepulang dari ia kerja sambilan ditoko, pulangnya ia akan menemukan gadis berambut itu kuning itu terdiam menatap kosong pohon sakura yang telah mati dipinggir jalan. Luki awalnya mengabaikanya. Menganggap gadis itu aneh atau mungkin bukan urusanya. Tapi entah mengapa lama-lama ia menjadi tertarik dengan gadis itu. Ekspresinya, kenapa begitu penuh dengan luka dan kesedihan? Kehidupan seperti apa yang membuat wajah cantik itu murung seperti itu? Entah kenapa hati Luki tergerak ingin tahu. Ia ingin mengenal gadis itu lebih dekat.
Pernah suatu sore Luki memberanikan diri mendekati gadis itu. Berdiri disamping gadis itu, sang gadis menoleh padanya. Menatapnya dengan sorot kebingungan. Tapi Luki mengabaikanya, membalasnya dengan senyum, dan sang gadis memalingkan wajahnya lagi menatap pohon. Melamun. .. dan Luki tidak ada niatan untuk mengganggunya. Setelah beberapa menit berlalu mungkin 30 menit Luki mendapati gadis itu berbalik. Berjalan meninggalkanya dan pohon itu. Pemuda dengan surai merah mudanya itu menatap tubuh kecil yang menjauhinya itu dalam diam.
Dihari lain, seperti biasa sepulang dari tempat kerja sambilanya Luki lagi-lagi menemukan gadis itu ditempat yang sama. Luki tanpa ragu mendekatinya. Berdiri disamping gadis dengan rambut secerah mentari itu cukup dekat, membuat objek yang merasakan kehadiranya menoleh padanya. Kali ini ekspresinya berbeda. Bukan bingung tapi datar atau mungkin kesal? Tapi Luki tak peduli. ia mengabaikanya, matanya fokus menatap pohon sakura mati didepanya. Pohon dengan kayu lapuk berwarna kecoklatan, tanpa daun, hanya batang yang sudah mati. Luki bertanya dalam hati kenapa pohon itu sampai tidak ditebang saja dan diganti pohon yang baru?
Disaat Luki berpikir, tanpa disadarinya gadis itu sudah berjalan menjauh dan Luki tak berniat mengejarnya.
"nee... aku bingung apa menariknya pohon ini untukmu?" Pertanyaan itu akhirnya meluncur dari bibir Luki, sekitar hari ke 5 ia melakukan hal yang sama seperti gadis itu lakukan-menatap pohon sakura yang sudah mati.
Gadis itu menoleh padanya dengan kening berkerut. "...?"
"ini hanya pohon mati." ujar Luki lagi.
"..."
Mendapati tak ada respon, Luki menatap gadis itu. Mencondongkan wajahnya cukup dekat dengan wajah sang gadis yang tidak terlalu tinggi, membuat mata kebiruanya dapat melihat ekpresi gadis itu dengan jelas yang tetap saja bermuka datar. Tak takut atau terkejut dengan gerakan tiba-tibanya.
"Kau cantik sekali. Siapa namamu?" Tanya Luki terpesona.
"..."
"kau tinggal dimana?"
"..."
"kau punya nomor ponsel?"
bugh!
Sebuah pukulan cukup menyakitkan diterima Luki pada perutnya membuat pemuda itu mengerang kesakitan. Tapi bukanya marah, pemuda itu malah tertawa sangat keras membuat gadis itu mengernyit.
"Itu cukup sakit." Ujarnya setelah tawanya reda.
Gadis didepanya menggeleng dengan ekpresi sangat prihatin. Kemudian dengan acuh pergi, mengabaikan Luki yang menganggil-manggil dirinya.
"Hei! Nona kau belum minta maaf padaku!" Seru Luki tidak terima.
Namanya Megurine Luki, seorang siswa SMA biasa dengan kehidupan yang terbilang pas-pasan. Masuk ke sekolah elit memang tidak mudah. Pemuda yang terkenal cukup pintar dengan prestasi yang gemilang semasa smpnya itu membuatnya mudah lolos seleksi sma manapun. Dengan bekal itu, Luki memutuskan meninggalkan kampung halamanya. Meninggalkan sang ayah dan saudara-saudaranya untuk merantau ke Tokyo mengenyam pendidikan yang lebih baik. Untuk menghidupi dirinya sendiri Luki bekerja sambilan disebuah Toko Roti yang cukup terkenal dikota itu. Waktu luangnya yang terbatas membuatnya tidak begitu memiliki banyak waktu untuk memikirkan hal lain selain kerja, dan sekolahnya. Tapi sepertinya ada hal lain yang mengganggunya semenjak ia melihat gadis bersurai kuning bermata biru itu. Diwaktu senggang dalam pekerjaanya Luki entah mengapa memikirkan gadis itu.
"Kau melamun lagi." Tegur seorang temanya ditoko Roti.
"Ka-kaito senpai!" kagetnya melihat seniornya itu tiba-tiba sudah ada didekatnya dengan ekpresi serius. Siang itu suasana toko cukup sepi sehingga mereka bisa sedikit bersantai sambil bercakap-cakap seperti sekarang.
"memikirkan apa?"
"hanya... uhm..." Luki mengetuk-ngetuk kaca etalase toko dengan bertopang dagu, berpikir.
"gadis itu lagi?" Tebak Kaito tepat sasaran.
Luki hanya mengangguk pelan.
"Kau sudah berkenalan denganya?"
"tentu saja belum!"
"Kau benar-benar tidak berbakat merayu wanita ya." Kaito terkikik,
Luki mendengus sebal, "memangnya kaito senpai pintar kalau soal wanita?"
"tidak juga sih."
Luki menatap senpainya itu sweatdrop.
"wanita memang susah dimengeti. Kau harus lebih berjuang lagi mendapatkanya!" Kaito menepuk bahu juniornya itu memberi semangat. Luki mengangguk seraya tersenyum. Merasa lebih semangat mendengar support pemuda yang lebih tua darinya itu.
Perbincangan keduanya harus berakhir karena seorang pelanggan memasuki toko roti itu.
"selamat datang!" seru Luki ramah.
Sore menjelang, seperti biasa sepulang bekerja Luki melewati jalan itu. Jalanan yang memang cukup ramai yang disetiap trotoar jalan dapat ditemukan pohon sakura yang ukuranya cukup besar. Tapi tidak sebesar pohon mati yang selalu ditatap gadis itu. Mengingatnya membuat Luki lebih bersemangat, pemuda itu melangkah dengan cepat berharap bisa cepat sampai dipohon sakura yang itu, ia ingin melihat gadis itu lagi dengan surai kuningnya yang mencolok dan wajahnya yang murung. Rasa lega ia rasakan ketika mendapati gadis itu disana dengan rutinitasnya yang terbilang unik. Luki mengembangkan seulas senyum menghampiri gadis itu.
"kau datang lagi nona." Ujarnya berdiri disamping gadis itu seraya memasukkan tanganya kedalam saku celananya.
"..."
"kau belum minta maaf padaku soal kemarin. Jadi aku datang untuk mengganggumu."ujar Luki lagi.
"..."
Beberapa saat tak ada respon dari gadis itu. Luki menghela napas, pemuda itu selangkah mendekati gadis itu. Berdiri menjulang didepan gadis itu, menghalangi pandanganya untuk menatap objek yang disukainya. Kesal, gadis yang hanya setinggi bahu Luki itu mendongak. Iris kebiruanya melebar mendapati wajah pemuda itu begitu dekat dengan wajahnya hanya berjarak beberapa senti saja.
Waktu disekeliling mereka terasa berhenti ketika tatapan mereka bertemu. Luki dapat merasakan jantungnya berdetak menyenangkan melihat warna biru dimata gadis itu bergetar gelisah. Dapat dilihatnya dengan jelas pipi gadis itu yang merona. 'imut sekali' pikir luki gemas. tanganya tanpa dia sadari sudah menangkup pada kedua sisi wajah gadis itu. Membawa dirinya lebih dekat pada gadis itu untuk bisa menciumnya. Kedua bibir itu bertemu dalam sebuah cuiman tanpa nafsu. Hanya bibir yang saling menempel satu sama lain. Beberapa saat Luki menjauhkan wajahnya dari gadis itu untuk dapat meilhat ekpresinya. Luki tersentak mendapati wajah ketakutan gadis itu.
"Ma-maaf aku..." Ucapanya mejauhkan dirinya. Ucapanya tertahan melihat gadis itu tiba-tiba malah berlari pergi tanpa sempat ia cegah.
"Hei... hei nona!" teriak Luki keras tapi tak dihiraukan gadis itu yang sudah hilang dari pandangan Luki karena larinya yang kelewat cepat.
Luki menghela napas, mengacak surai merah mudanya dengan kesal. Shit! Apa yang sudah ia lakukan?
Apa ini apa? :v tolong jangan bunuh saya plis. Ini hanya coreta-coretan absurd yang tiba-tiba muncul dikepala saya. Gommenasai!
