.:xxx:.
Disclaimer to its rightful owner:
Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki
Hawk's Impression by Rheyna Rosevelt
I own nothing but this fanfiction
Thus, I don't make any commercial profit within this story
.:xxx:.
For: Minor Characters Appreciation challenge
.:xxx:.
Pertama kali Takao melihatnya, mata elang itu telah menangkap perhatiannya.
Adalah pada babak eliminasi Inter-High tahun lalu, saat Seirin menghadapi Shinkyou, untuk pertama kalinya Takao melihat sosoknya. Rekan-rekan setimnya sudah terlebih dahulu menuju ruang ganti stadium setelah selesai bertanding melawan tim basket sebuah SMA yang kini tak lagi ia ingat namanya, namun ia mengabaikan panggilan kesal Shin-channya dan malah duduk di bangku penonton.
Permainan berlangsung dalam tempo sederhana, sejauh mata dan pengalamannya sebagai pemain kelas satu mengamati. SMA Shinkyou sendiri bermain dengan tim inti yang cukup... standar, kalau ia boleh membandingkannya dengan tim inti sekolahnya sendiri. Satu-satunya pemain mereka yang cukup mencolok mungkin adalah si murid pindahan dari Senegal itu (Siapa namanya? Mbaye?), namun hanya karena tingginya dua meter dan kulitnya begitu coklat, sih.
Tetapi Seirin berbeda. Tiap pemainnya sudah sangat menarik perhatian. Kuroko-nya Shin-chan, Kagami Taiga, si center pendiam, kaptennya yang menyeramkan... dan si point guard berambut hitam.
Dalam satu persekian detik, mata rajawalinya berhasil mengenali manik kecil beriris abu-abu itu. Mata elang. Sepertinya orang ini juga punya kemampuan mirip sepertinya, hanya saja dalam skala yang lebih kecil.
Tentu saja, memangnya siapa yang bisa mengalahkan mata rajawalinya, da ze?
Takao tak menaruh harapan besar pada mereka -walau ia masih merasa penasaran pada mata elang itu- dan telah meninggalkan tempat duduknya, kalau saja si mata elang tidak beraksi di atas lapangan dengan pupil melebar dan gerakan gesit, membuat poni hitamnya sedikit tersibak akibat tegangnya permainan walau telah basah oleh keringat...
"Hyuuga!"
Tubuhnya ramping dan sedikit menyerempet kata feminim, walau kesan berisi juga tak luput dalam deskripsi. Caranya berkelit mengejar bola dari pemain lawan bagai tarian enerjik, tangannya sesekali terangkat untuk memberi kode-kode alih strategi.
"Defense!"
Saat rahangnya mengatup keras, Takao tahu ia tengah menggertakkan gigi. Mungkin kesal karena kemampuan lawan mereka tak bisa dipandang sebelah mata, atau mungkin malah ia tengah menahan keluarnya beberapa kata yang mampu menyulut kemarahan kapten mereka?
"Cih. Nai-"
"Izuki damare!"
Manik kelabunya juga -faktor utama yang membuat Takao tertarik padanya. Sesekali sepasang indera itu akan mengernyit di bawah pengaruh emosi, sesekali bergerak liar dalam zona penglihatannya untuk mencari target passing yang tepat, dan beberapa kali juga akan berkilat senang saat bola jingga sebesar kepala itu berhasil masuk dalam ring lawan.
"Nice dunk, Kagami!"
Cara pemuda itu tersenyum pada rekan-rekannya seraya berseru semangat, cara pemuda itu mengarahkan permainan timnya dari lini belakang, cara pemuda itu mengekspresikan emosi tegangnya, cara pemuda itu dengan segenap tenaga menahan diri untuk tidak memainkan kata-kata (walau kadang terselip juga), cara pemuda itu memanfaatkan kemampuan spesialnya menganalisa zona penglihatan jauh lebih luas dari manusia biasa...
Takao terkekeh.
Sang rajawali telah memutuskan, ia harus tahu nama si elang.
Ia ingin mengenalnya lebih dekat.
.
.
[End]
