Author: Fanfic Eyeshield 21 pertamaku. Harap maklum kalo rada geje. Hehe..


DISCLAIMER: Eyeshield 21 milik Richiro Inagaki & Yusuke


Pairings: Sedikit Hirumamo, Sedikit Senamamo


Setting: Setelah melawan Poseidon sebelum melawan Wild Gunmans


Hari Minggu adalah hari dimana semua orang berusaha santai melupakan kepenatan mereka pada hari-hari yang lalu. Sebagian mungkin hanya dirumah dan sebagian memilih bersenang-senang ke tempat yang menyenangkan. Kota Deimon adalah salah satu incaran para masyarakat Deimon untuk berlibur, karena itu di hari ini, hari Minggu, kota Deimon lebih ramai daripada biasanya. Tapi, diantara kerumunan semua orang itu, ada seorang gadis yang datang ke kota Deimon bukan untuk bersenang-senang, melainkan ia harus membeli kebutuhan Amefuto Deimon Devil Bats. Disampingnya ada seorang cowok berambut spiky dan berwajah menyeramkan yang juga berjalan bersamanya.

"Hmm…alat-alat yang harus dibeli banyak sekali." Mamori menghela napas saat melihat daftar perlengkapan Amefuto yang harus dibeli.

"Kenapa mengeluh? Kau kan manajernya."

"Iya, memang benar sih. Tapi, banyak barang yang baru dibeli dan sudah rusak. Helm banyak yang lecet karena sering dibanting, sarung tangan kotor dan bola-bola yang sudah tidak bisa dipakai lagi. Kalau kejadiannya seperti ini terus, bisa-bisa keuangan klub kita menipis."

"Yah, memang sudah begitu resikonya, semua anggota kita kan, hanya para laki-laki bodoh."

"Lagipula, Hiruma. Kau kan juga mau kemari, kenapa bukan kau saja yang membeli alat-alat ini?"

" Khe, aku pergi ke sini kan hanya mau membeli permen karet, bukan mau membeli peralatan amefuto, itu kan memang sudah tugas manajer." Hiruma melirik Mamori yang ada disampingnya.

"Haaahhh…repot sekali menjadi seorang manajer." Keluh Mamori.

"Ke ke ke, memang begitulah tugas seorang manajer." Kali ini Hiruma tertawa hingga memperlihatkan gigi-giginya yang runcing.

"Hiruma, setelah membeli permen karet, kau tidak mau menemaniku?"

"Hm? Menemani? Kau kan bukan anak kecil lagi, kenapa harus minta ditemani? Kau takut?"

"Bukan begitu!" elak Mamori dengan wajah memerah. " Kau kan bisa membantuku memilih alat-alat perlengkapan amefuto yang bagus dan cocok."

"Haaahh…tidak mau, aku malas."

" Ya sudah kalau tidak mau. Aku tidak akan memaksamu!" kata Mamori dengan nada marah. Hiruma hanya tersenyum saja melihat tingkah Mamori. Beberapa saat kemudian, mereka berpapasan dengan sekelompok preman yang menghalangi jalan dengan motor besar mereka. Mamori yang memang dari sananya suka kedisplinan, merasa kesal melihat hal itu. Dengan beraninya Mamori menghampiri dan memarahi mereka.

"Hei, kalian!! Ini jalanan umum, bukan milik kalian!! Motor besar kalian meghalangi jalan ini, jadi sebaiknya pindahkan motor kalian dari sini!!"

"Hm?" mereka yang sedang asyik-asyiknya merokok sambil mengobrol di pinggir jalan agak terkejut juga karena dimarahi Mamori secara tiba-tiba.

"Wah, ada cewek cantik, nih!" ujar salah seorang dari preman itu yang lalu mendekati Mamori.

"He…hei, kalian dengar tidak perkataanku tadi?"

"Memang kau bicara apa, nona?" cowok preman itu semakin mendekati Mamori, apalagi 3 teman dibelakangnya juga berdiri dan mendekati Mamori.

"Aku bilang motor kalian menghalangi jalan ini! Jadi segera pindahkan motor-motor kalian." Mamori masih berani untuk melawan mereka. Tapi, keempat pemuda itu sepertinya tidak menghiraukan kata-kata Mamori. Mereka semakin mendekati Mamori dengan wajah menurut Mamori sangat menjijikkan. Mamori mundur selangkah demi selangkah. Karena merasa terdesak, ia lalu memanggil Hiruma.

"Hiruma." Mamori menoleh mencari sosok Hiruma. Tapi apa yang dilihatnya? Hiruma melenggang pergi seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

"Kau yang membuat masalah, jadi kau harus bertanggung jawab untuk mengurusinya." Ujar Hiruma dengan santai.

"Apa kau bilang?! Hiruma, kau tega membiarkanku sendirian disini?!" teriak Mamori marah.

"Kau….Hiruma Youichi, kan? Kapten amefuto Deimon Devil Bats."

"Hm?" Hiruma menoleh. Mata tajamnya lalu tertuju pada seorang cowok, yang menjadi pimpinan dari kelompok preman itu. cowok yang sepertinya seumuran dengannya, hanya saja badannya lebih besar dan berotot daripada Hiruma. Hiruma memandangnya dengan tatapan sinis.

"Heran, ya aku bisa mengenalmu?"

"Ke ke ke, aku tidak heran kok. Aku itu terkenal dimana-dimana, jadi wajar ,kan?"

"Cih, percaya diri sekali. Asal kau tahu saja, aku tahu tentangmu dari Habashira Rui, dari tim Zokugaku Charmeleon ."

"Hooo…jadi kau teman si tangan panjang itu?"

"Teman? Huh, aku bukan temannya. Aku hanya kenalannya saja. Oh ya, kau bisa memanggilku Shitsuji supaya lebih akrab, benar kan?"

Hiruma hanya diam saja walaupun matanya masih mengamati Shitsuji. Shitsuji lalu melanjutkan kalimatnya, " Nah, Hiruma aku punya satu tantangan untukmu." Tiba-tiba saja Shitsuji memukul tengkuk leher Mamori hingga pingsan.

"Kalau kau ingin menyelamatkan gadis ini, datanglah 4 jam lagi di gedung tua pinggir kota Deimon."

"Jadi ini tantanganmu? Huh, tidak menarik!"

"Tunggu, tunggu, aku belum selesai. Ingat kata-kataku, kalau kau tidak datang tepat waktu, maka…. gadis ini akan kubunuh." Shitsuji mendekatkan pisau lipatnya yang tajam ke leher Mamori yang putih dan mulus, " Aku tidak main-main."

Hiruma terdiam sejenak. " Oke, aku terima tantanganmu."

"Hm." Senyum menyeringai tersungging pada wajah Shitsuji.

"Tapi aku juga punya satu permintaan."

"Hm?"

" Kau harus membawa anak buahmu sejumlah 100 orang. Ingat, mereka semua harus berbadan besar dan kuat. Kau sanggup?" Hiruma memandang Shitsuji sambil tersenyum licik. " Aku juga tidak main-main."

"Hooo…kau berpikir untuk melawan mereka? Baiklah, tapi kau akan datang, kan?"

Hiruma melipat kedua tangannya sambil berpikir, " Datang tidak, ya? Sebenarnya sih aku malas, apa tidak datang saja, ya? Tapi tadi aku sudah terima tantanganmu tapi aku malas datang. Harus bagaimana, ya?"

Beberapa sudut siku-siku muncul di dahi Shitsuji pertanda bahwa kesabarannya sudah habis, " INI BUKAN MAIN-MAIN!!!! KAU MENGERTI????!!!"

"Iya, iya, kau tunggu saja, nanti." Kata Hiruma lalu melenggang pergi dengan santai. Dalam hati Shitsuji berpikir bahwa Hiruma adalah sosok orang yang benar-benar menyusahkan!!!


"Sudah jam setengah lima sore, tapi kenapa kak Mamori dan Hiruma belum datang, ya?" kata Sena yang mulai khawatir.

"Benar juga, padahal mereka, kan hanya membeli alat-alat perlengkapan amefuto." Monta ikut-ikutan heran.

" Apa….apa jangan-jangan terjadi sesuatu pada mereka berdua?" seru Kurita cemas.

"Benar, benar. Siapa tahu mereka berdua diculik?" Monta mengeluarkan pendapatnya. Semua memandang Monta sambil mencerna perkataan Monta. Sedetik kemudian mereka semua menggeleng secara bersamaan, " Tidak mungkin. Siapa yang mau menculik Hiruma?"

"Hei,hei,hei…apa kalian tidak tahu? Mamo-nee dan You-nii pasti sedang kencan di suatu tempat."

"Eh?" Semua memandang Suzuna.

" Apa kalian tidak sadar kalau ada benih cinta diantara mereka berdua? Waaahhh…siapa tahu mereka saat ini sedang makan berdua di café atau melakukan hal romantis di luar sanaaa…" ujar Suzuna dengan berbunga-bunga. Sena dan yang lainnya hanya bisa mengangkat bahu.

"Apa?Ternyata kalian tidak menyadarinya, ya?Huh, dasar laki-laki payah!" Suzuna mendengus kesal.

"Hei, ayo semuanya!! Segera pakai seragam kalian!" Tiba-tiba saja Hiruma masuk sambil membawa senjata apinya.

"Eh, kemana?"

"Latihan."jawabnya singkat.

"Latihan?"

"Tapi Hiruma, kita semua baru saja selesai latihan." Kata Kurita menjelaskan.

"JANGAN BANYAK OMONG!!!TURUTI SAJA KATA-KATAKU!!"

"Ba…baiiikk!!!" Semuanya langsung siap, tidak ada yang bergerak karena terkejut dengan kemarahan Hiruma.

"Anak pendek, jangan lupa pakai helmmu."

"Ah..iya, baik!"

"Bagus." Hiruma membalikkan badannya dan berjalan keluar.

" Anu…Hiruma, kak Mamori sekarang ada dimana?Bukankah tadi kalian pergi bersama?" Hiruma menghentikan langkahnya. Ia terdiam sesaat kemudian menjawab singkat, "Dia ada di suatu tempat." Setelah itu Hiruma pergi, meninggalkan Sena yang merasa ada keganjilan pada diri Hiruma.

"Hiruma, apa yang terjadi?" gumamnya dalam hati.


"Heiiii….apa yang kalian lakukan!!!!Lepaskan aku!!!!" Mamori meronta-ronta berusaha melepaskan tali yang membelit sebagian tubuhnya.

"Bos, gadis ini berisik sekali. Dari tadi tidak mau diam." adu salah satu anak buah Shitsuji yag sudah menyerah untuk membuat Mamori diam. Shitsuji menghela napas sebentar lalu jongkok di depan Mamori.

"Hei, seharusnya si muka setan sudah datang." Shitsuji melihat angka yang tercantum dalam arloji digitalnya. 16.59. Sambil menunjuk-nunjuk arloji digitalnya pada Mamori, Shitsuji berkata dengan senyum mengejeknya, " Kalau arlojiku ini tepat pukul 17.00 dan si muka setan itu tidak datang, nyawamu bisa terancam, lho."

Mamori terdiam. Dalam pikirannya dan hatinya kini mulai muncul sosok Hiruma. Matanya menerawang memandang langit yang mulai berubah warna lebih kelam. Dia berpikir apakah Hiruma mencemaskannya? Apakah Hiruma akan menolongnya? Tapi waktu sudah hampir habis. Kalau dia terlambat, maka nyawa Mamori tidak akan selamat…

"10…9…8…7…" terdengar suara Shitsuji yang mulai menghitung mundur waktu.

"Hiruma."

"3…2…1…" tepat setelah itu angka di jam Shitsuji berubah menjadi angka 17.00. Shitsuji berdiri, mencoba mencari sosok Hiruma, tapi tidak ada tanda-tanda kemunculannya. Shitsuji menjadi kesal.

"Dia tidak datang. Apa dia menganggap hal ini hanyalah main-main? Kurang ajar!" Umpatnya. Ia lalu mengambil pisau lipatnya dari saku celananya lalu meghunuskannya ke leher Mamori.

"Sayang sekali, nona, sepertinya si muka setan itu tidak akan datang kemari. Kalau begitu nyawamu sudah ada dalam genggamanku. Tapi aku tidak rela membunuh gadis secantik seperti dirimu secepat ini. Kalau begitu aku akan memberikan tanda kekecewaanku pada wajahmu dengan pisau ini supaya dia tahu bahwa aku tidak main-main." Dengan perlahan Shitsuji memindahkan ujung pisau itu ke wajah Mamori. Mamori yang merasakan ujung pisau lipat Shitsuji membuat bulu kuduknya merinding. Ia menelan ludah.

"Okeeee….selamat tinggal kulit mulus!!!"

"Tunggu dulu!!!"

"Eh?" Mamori, Shitsuji dan para anak buahnya serentak mendongak, melihat Hiruma yang berdiri dengan gagahnya di balkon tinggi yang tidak jauh dari tempat mereka. " Ke ke ke."

"Hiruma." Teriak Mamori lega.

"Hiruma…huh, walaupun kau datang, sudah terlambat. Waktu sudah menunjukkan pukul lima lewat satu."

"Terlambat? Benarkah? Coba kau bandingkan waktu di arlojimu dengan para anak buahmu." Hiruma tersenyum misterius.

"Bo…bos, ternyata di arlojiku jam lima tepat." Seorang anak buahnya membenarkan hal itu.

"Sama, bos, aku juga. Padahal tadi kita sudah menyamakan waktunya."

"Sial!Kenapa bisa beda?!Kenapa kalian tidak menyadarinya??!"

"Ha...habis, cuma bos yang punya jam digital, kalau kami...mana kelihatan kalau kurang semenit lagi."

"Cih, Bodoh!"umpat Shitsuji.

"Benar. Saat kau lengah, aku memundurkan waktu di arlojimu semenit."

"Saat aku lengah? Apa sebelum jam lima dia memang sudah ada disini untuk mengawasi kami dan menunggu kami lengah?"

"Hei, kau, teman tangan panjang. Apa kau sudah menyiapkan 100 anak buahmu yang paling kuat?"

"SUDAH KUBILANG AKU INI BUKAN TEMANNYA!!!Huh, jadi sebagai pembuka kau mau melawan mereka?"

" Bukan aku. Hei, kalian, ayo keluar!" tak lama kemudian muncul sepuluh orang berseragam amefuto Deimon Devil Bats dan seorang gadis manis berbaju cheerleaders dengan roller bladenya. Dari jauh mereka berjalan dengan gagahnya, padahal setelah di dekati, terlihatlah wajah-wajah penuh keheranan.

"Kalian?!" Mamori terkejut melihatnya.

"Kak Mamori." Sena terkejut melihat Mamori dalam keadaan terikat dan bersama preman-preman itu.

"Hei, Hiruma, apa maksudmu membawa mereka?!!" teriak Shitsuji.

"Ke ke ke, yang akan melawan 100 anak buahmu adalah mereka, tahu! Nah, sekarang keluarkan para anak buahmu!"

"Apa? Ternyata dia memang main-main. Semuanyaaaa….ayo keluaaaarrr!!!! Serang merekaaaaaa!!!!!" perintah Shitsuji.

bersambung...


Author: Aduh, aduuuuhhh...maaf ya fanficnya rada gaje....

Dikejar waktu, gak sempet bikin yang bagus...

Mohon reviewnya.