Pas searching di Youtube, ketemu sama yang judulnya 'Everything Mello can do, Near can do better' jadi dapet inspirasi buat ff. Hahaha. Silahkan baca. Dan review diperlukan.

Disclaimer: Tsugumi Ooba and Takeshi Obata

Rate: K (masih aman)

Summary: "Apa yang Near bisa tapi gue ngga bisa? Hah?" penuh kenistaan, OOC, OC juga, e te ce.

.

Senin, jam istirahat.

"Apa yang Near bisa tapi gue ngga bisa? Hah? Sebutin!" perintah cowo blonde pada cowo ber-goggle.

"Entahlah. Aku tak sempat mengurusnya," kata cowo ber-goggle itu yang terus berkutat pada PSP-nya. Cowo blonde bernama Mello itu melambangkan kekesalannya dengan cara melempar kamus bahasa Inggris-Perancis-Arab ke muka cowo ber-goggle itu. Hebatnya cowo ber-goggle yang bernama Matt itu tak bereaksi apa-apa. Dasar siluman badak!

TETT! TETT!

Bel berbunyi. Murid yang baik selalu masuk kelas tepat waktu. Murid yang sibuk mengerjakan tugasnya di perpustakaan biasanya agak telat masuk kelas. Yang diam di dalam kelas selama jam istirahat adalah anak-anak kurang kerjaan. Mello dan Matt salah duanya (bukan salah satunya). Near masuk sambil menenteng notebook-nya.

"Haloo, Near!" sapa Matt yang telah memasukkan PSP-nya ke dalam tas. Near meletakkan notebook-nya di atas meja. Dia duduk di depan Mello dan Matt (tepatnya di depan Mello) dan menoleh untuk membalas sapaan Matt.

"Haloo juga, Matt!" balas Near. Near mengalihkan pandangan ke Mello dengan dingin. Mello menatap Near dengan panas. Dingin. Panas. Dingin. Panas. DUARRR. Otak siapa meledak? Merasa suasana kurang baik, Matt segera menutup mata Mello dengan kaus kakinya yang baru dicuci setahun yang lalu.

"Maaf, Near. Kau tak usah mempedulikannya," kata Matt.

"Hei! Dia duluan yang menatapku. Dia menantang... Hmpph," sekarang Mello disumpel mulutnya ama sepatu Matt yang ngga kalah dahsyatnya ama kaus kakinya. Near balik badan.

"Selamat pagi, anak-anak!" sapa seorang guru yang baru masuk yang tak lain adalah Light Yagami, guru Fisika SMA Ghajwelasht itu.

"Pagi, Pak!" balas murid-murid kompak.

"Ayo, kita mulai saja materi baru! Buka halaman 135!" perintah Light.

"Eh? Kok Fisika modern, Pak?" tanya salah satu murid.

"Karena saya bukan guru yang kuno. Jadi ngga ngasih pelajaran Fisika kuno," jelas Light yang bikin seisi kelas sweatdrop.

"Maksudnya kok loncat? Zat dan kalor kan belum dibahas," sambung murid itu.

"Saya guru Fisika, ya. Bukan guru olah raga yang suka loncat-loncat. Turuti aja perintah saya!" kata Light. Double sweatdrop deh mereka.

"Nah, lho. Itu Pak Guru kok loncat-loncat?" tanya murid paling pojok.

"Maksud kamu apa, Voldemort?" tanya Light.

"Saya Golden Orz, Pak!" protesnya.

"Ganti kacamatamu!" teriak Mello ngeledek.

"Eh, maaf, Pak!" kata si Golden. Nah, ayo, muridnya error gara-gara pak guru. Tanggung jawab! Tanggung jawab!

Light geleng-geleng. "Oke, baca sepuluh menit! Nanti saya akan beri pertanyaan!" kata Light diiringi suara keluhan murid-murid.

.

Sembilan menit kemudian.

"Tutup bukunya! Sekarang saya mau test!" kata Light. Dasar guru killer.

"Eh? Baru 9 menit, Pak," kata salah seorang murid. Ada juga yang ngitung pake jam tangannya.

"55... 56... 57..." hitung Light. Apa akan ada yang mati?

"58... 59... 60... Yak, pas sepuluh menit!" kata Light ngeliatin stopwatch-nya. Sweatdrop, ah! Semua langsung menutup bukunya dan mendengar pertanyaan Light dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

"Nah. Apa rumus pemuaian panjang pada zat padat?" tanya Light.

"Eh, itu kan pelajaran zat dan kalor, Pak?" tanya seorang murid. Seisi kelas gaduh.

"Nah, kamu Brine Spion! Apa jawabannya?" tanya Light pada murid yang protes tadi.

"Saya Brion Spine, Pak! Saya ngga tahu jawabannya," katanya.

"Berani memprotes tapi tak tahu jawabannya? Maju ke depan!" perintah Light.

"Dasar guru maniak!" gumam Mello, tapi terdengar oleh telinga super Light.

"Behel Keehl! Apa jawabannya?" tanya Light menunjuk Mello.

"Nama saya Mihael Keehl, Pak! Saya ngga tau jawabannya!" kata Mello. Sebenarnya jawabannya berkibar di otaknya, cuma karena kebawa emosi, mau dikata apa?

"Maju!" suruh Light.

"Cih!" Mello berdecih sambil berjalan ke depan kelas. Matt cekikikan di tempat.

"Kau! Mail Kipas! Apa jawabanmu?" tanya Light yang denger cekikikan jahanam dari Matt tadi.

"Eto. Saya Mail Jeevas, Pak! Dan jawaban saya adalah delta eL sama dengan eL o kali alfa kali delta Te," jawab Matt.

"Perfect. Ternyata kau punya alasan untuk menertawakan Mello," kata Light.

'Awas lo, Matt!' batin Mello.

"Berikutnya. Apa dimensi besaran turunan dari momentum?" tanya Light.

"Itu kan bab satu, Pak!" protes seorang murid kayak mau demo 'turunin harga komik, woy!'.

"Bukan itu jawabannya. Maju kau, Underwear!" perintah Light.

"Nama saya Underliners! Bukan Underwear!" kata murid itu protes dan maju ke belakang, ya ke depan lah.

Near senyam-senyum. Dalam hatinya ngakak nama Underliners dipelesetin jadi Underwear.

"Kau, Nate the Ripper! Ngapain senyam-senyum? Ini bukan casting iklan pepsodent, you know? Apa jawabannya?" tanya Light. Near kaget, namanya diplesetin jadi nama pembunuh nomor satu di dunia.

"Pak, saya Nate River..." kata Near. Dalam hati dia berteriak,'dasar killer, jangan samain gue ama Jack the Ripper!'. "Dan jawabannya adalah kilogram, meter per sekon," lanjut Near sukses mengejanya.

"Good. Pertanyaan berikutnya..."

Dasar kau cicak racun.

Baru kenal udah main sembur.

Ngomongnya acak adut.

Kau anggap aku anak semut.

Ringtone HP Light berbunyi. Oh astaga, aibmu terbongkar.

"Halo. Oh, Agus. Talking-talking you where now? Why very noise there? There are what you calling me? Hah? Inem sick? Oke, bring she to home sick. I will nyusul," kata Light. Sangat tak berstruktur.

"Saya mau pergi dulu. Kalian jaga kelas. Kerjakan eksersais tujuh. Good bye!" kata Light lebay lalu pergi dengan kecepatan becak.

"Horeee~" seisi kelas gaduh. Hanya Near yang serius ngerjain. Matt mah main PSP aja. Mello kembali ke tempat duduknya dan mengarahkan kapak warisan kakek buyutnya yang udah karatan ke arah Matt. Matt dengan lebaynya ngeluarin samurai warisan nenek buyutnya yang masih kinclong. Mello gemetar dan nyimpen kembali benda pusakanya.

"Near!" panggil Mello.

"Apa?" tanya Near tanpa menoleh.

"Gue nantang lo!" kata Mello yang menghentikan aktivitas Near, menggemparkan kelas, dan sanggup bikin lalat lewat mati suri.

"Nantang apa?" tanya Near menoleh.

"Gue mau adu otak tentang ilmu umum ama lo!" kata Mello mantep.

"Boleh," kata Near seperti tidak serius. Mello memutar kursi Near 180 derajat sehingga membuat Near menghadap bangku Mello.

"Yang serius dong lo!" kata Mello yang kembali dari 'pemutaran kursi Near'.

"Matt! Cari soal yang super sulit di internet!" perintah Mello.

"Males, ah!" kata Matt. Seisi kelas melotot ke Matt.

"Cepat!"

"Iya, cepat!"

"Ini pertarungan yang menarik, tau!"

"Matt, nurut aja deh,"

Seisi kelas mendukung permintaan Mello pada Matt. Satu lawan seratus. Matt kalah.

"O... Oke. Tunggu sebentar!" kata Matt ngeluarin palmtop-nya (bener itu namanya?). Mello ngeluarin kertas. Sedangkan Near nyolong kertas yang dipake Sayu (temen duduknya Near) buat ngeganjel meja.

"Soal nomor satu!" kata Matt pake toa. Mello semangat udah siap di garis start, sedangkan Near hampir gelantungan di pohon mimpi.

"Apa dampak negatif dari bersin?" tanya Matt. Mello memandang langit-langit lalu menulis jawabannya sambil nutup-nutupin biar ga diliat Near, sedangkan Near nulis dengan gaya L saking malesnya.

"Nomor dua! Siapa penemu Microsoft Office?" tanya Matt. Wah, soal keahliannya Matt, nih. Tulis, tulis, tulis.

"Nomor tiga! Tanggal berapa Malaysia merdeka dan kenapa mereka bisa merdeka?" tanya Matt. Tulis, tulis, tulis.

"Nomor tiga!"

"Empat woy!" protes Mello.

"Ah, iya, iya. Sebutkan buku-buku yang sudah ditulis oleh Dan Brown, tiga aja! Jangan kurang ato lebih!" tanya Matt. Tulis, tulis, tulis.

"Nomor lima! Siapa cowo paling cute di kelas ini dan berikan alasa..."

"Woy, serius dong lo!" protes Mello lagi.

"Ah, salah mulu gue. Iya, deh. Pecahkan dan jawablah kode berikut!" suruh Matt menunjukkan palmtop-nya. Terlihat di notepad, ada kode bertuliskan '1 !lv| 9'.

"Ah, sial. Aku ngga bisa buat kode yang susah!" kata Matt saat menyadari Near udah ngorek-ngorek kuping karena udah selesai. Mello masih melotot ke layar neraka itu.

"Apa-apaan nih?" teriak Mello kesal.

"Jawab aja, Mel!" kata Matt.

"Sepuluh menit lagi bel istirahat. Aku harus menemui seorang guru!" kata Near.

"Jadi, sisa waktumu lima menit lagi, Mel. lima menitnya lagi digunakan untuk memeriksa jawaban," kata Matt.

"Iya, iya. Nih, gue udah selesai!" kata Mello nyerahin kertasnya dengan kesal. Matt juga mengambil kertas Near.

"Saya akan menegaskan lagi soal yang saya berikan tadi. Nomor satu! Apa dampak negatif dari bersin?" tegas Matt. Mereka berbondong-bondong ngeliat jawaban dari dua jenius itu. Jawaban mereka adalah...

Mello= bersin yang parah dapat merusak otak, dan bersin yang keras membuat patahnya tulang iga dan mata meloncat.

Near= bersin yang parah dapat merusak otak, dan bersin yang keras membuat patahnya tulang iga dan mata meloncat.

Wah, jawabannya sama. Siapa nih yang kopi paste? (Authornya dong. Kan authornya yang ngetik).

"Poin satu sama!" kata Matt sweatdrop pada kebetulan yang ada. "Nomor dua! Siapa yang menciptakan Microsoft Office?" tegas Matt.

Mello= Bill Gates (a.k.a tagihan pagar)

Near= Bill Gates

"Poinnya dua sama!" kata Matt.

"Soal nomor tiga! Tanggal berapa Malaysia merdeka dan kenapa?"

Mello= 31 Agustus 1957. Karena dikasih kemerdekaan ama Ratu Inggris. Kenapa ngasih ke negara kayak begituan? Saya bingung ama jalan pikirannya Ratu Inggris, ke penjara ato neraka? Yang penting Indonesia ngga kayak gitu. Mereka merdeka dengan mengorbankan nyawa. Gue bangga ama Indonesia dan gue cinta Indonesia. Muacchhh...

Near= tanggal 31. Lu nanya tanggalnya doang kan, Matt? Gue kasih bonus deh. Bulan Agustus tahun 1957. Karena Ratu Inggris kasihan ama Malaysia dan menghibahkan kemerdekaan. Kasihan!

'Mello kan orang Amerika, jadi maniak Indonesia gitu? Trus Near pake bahasa gue-elu? Kiamat kan bukan tahun ini?' batin Matt terus berkecamuk memikirkan fakta yang biasanya hanya muncul ketika ki amat sudah dekat.

"Poin tiga sama! Nomor tiga!"

"Nomor empat!" protes seisi kelas. Kayanya Matt phobia angka empat ya?

"Sebutkan karya Dan Brown!"

Mello= The lost symbol (atau simbok?), Angels and Demons, Da Vinci Code.

Near= Digital Fortress, Deception Point, dan The Lost Symbol. Uh, gue paling suka tuh yang The Lost Symbol.

"Poin empat sama!" kata Matt. "Yang terakhir adalah yang paling menentukan hidup kalian. Mulailah dekatkan diri pada Tuhan!" kata Matt basa-basi-baso. "Soal yang terakhir adalah, apa arti lambang yang tadi gue tunjukin?" tegas Matt.

Mello= #$!&&^#&**)(**&&^*^%

Near= '1 !lv| 9' kode itu di flip, diputer 180 derajat. Yang di atas jadi di bawah, yang di bawah jadi di atas. Bisa baca, kan? Baca aja sendiri. Oke, oke. Bacaannya adalah 6 kali 1=6. Jawabannya adalah 6!

"Ehm! Kita tau pemenangnya. Adalah Near! Dengan poin 5-4," kata Matt. Mello nangis guling-guling.

"Nah, Mello. Nanti pulang sekolah jangan cegat aku hanya karena aku tak meladeni permintaan anehmu!" kata Near lalu pergi keluar karena merasa bel istirahat tadi sudah berbunyi. Kapan ya?

To Be Continued

Yaaahaaa. Akhirnya bisa buat fanfic humor, walaupun ancur. Saya harap ada review, mau ngritik ato komentar saya terima dengan lapang dada..XD Ayo review review review… Tunggu saya di chapter