SILENT IN LOVE

Pandora Hearts © Jun Mochizuki-sensei

Rated: T

Genre: Drama, Romance, Hurt/Comfort

Warning(s): OOC, Typos, Miss typos, Lebay, Alay, Garing, dll.

Summary: Pintar, disukai banyak teman, dan populer. Itulah sosok seorang Xerxes Break. Manakah yang akan dia pilih, ilmu atau cinta?

Enjoy! ^^

.

Chapter 1: I am

"Break, tolong ajarkan aku soal yang ini, donk."

"Baiklah."

Selamat siang, namaku Xerxes Break. Seorang remaja lelaki yang biasa saja. Eits, tunggu! Biasa saja? Itu hanya kata-kataku agar tidak dilihat orang bahwa aku seorang yang sombong. Harus kuakui bahwa aku memang mempunyai otak yang cerdas dan aku memiliki banyak teman.

Mungkin karena pesonaku ini aku selalu dikelilingi oleh teman-teman wanitaku. Jujur saja aku lelah. Aku ingin bersama sahabat-sahabatku, Oz Vessalius dan Elliot Nightray. Sahabat lamaku telah meninggalkanku, katanya aku orang yang sombong. Memang dia tidak mengatakan langsung padaku, tapi aku mendengar hal itu tanpa sengaja dari mulutnya.

Aku sangat bersyukur bahwa aku mempunyai 2 orang sahabat yang sangat mengerti aku. Jujur saja, aku tidak ingin kehilangan mereka seperti aku kehilangan sahabatku yang dulu. Mereka baik dan dapat dipercaya.

Aku seringkali mendengar beberapa nama cewek yang katanya, mereka menyukaiku. Aku memang memiliki wajah yang tampan. Sebenarnya aku adalah seorang yang narsis namun aku menutupi hal itu untuk menjaga image-ku yang innocent.

Aku tidak tertarik yang namanya cinta. Aku lebih mementingkan belajar agar aku dapat menuntut ilmu setinggi-tingginya. Merasakan cinta itu hanya membuang waktuku saja.

Alasan lain aku tidak tertarik dengan cinta ialah aku pernah patah hati. Dulu aku pernah menyukai seorang gadis. Gadis ini sangat cantik dan pintar, ia memiliki nama Alyss. Sayang sekali ia adalah seorang gadis yang playgirl dan sekarang ia sedang merajut hubungan dengan kakak kelasku, Jack Vessalius, yang notabene adalah sepupu Oz Vessalius. Jack Vessalius berada dalam 1 kelas yang sama dengan saudaraku, Kevin Regnard.

Patah hati itu menyakitkan. Aku tidak ingin mengalami hal itu lagi.

"SHARON! BURUAN! TEMANI AKU KE KANTIN!"

Itu adalah suara teriakan dari Zwei dan Echo –kembar besaudara- yang berasal dari kelas sebelah. Sahabat mereka, Sharon Rainsworth, berada satu kelas denganku. Jadi mereka berdua sering mengunjungi kelasku.

"Iya! Tunggu sebentar!" sahut Sharon kepada 2 sahabatnya itu.

Keadaan seperti ini sudah biasa terdengar di telingaku.

"Break, kamu sudah selesai mengerjakan PR Matematika, belum?" tanya seorang siswi, Charlotte Baskerville.

"Sudah."

"Boleh ku pinjam?"

Sebenarnya aku benar-benar tidak mau meminjamkan PR-ku. Cewek ini terkenal dengan kegenitan dan kebohongannya. Dari informasi yang aku dapat, ia sering mendapat masalah, suka memfitnah orang, dan suka dekat-dekat dengan cowok. Intinya, sekarang ia menyukaiku. Sungguh, membuatku ingin muntah bila melihat cewek ini. Tapi, ia tidak punya salah padaku.

"Boleh."

"Yeay! Makasih, ya Break!" katanya senang.

"Ya."

Aku menyerahkan PR-ku dengan sangat tidak rela kepadanya. Oh, My God! Semoga ia cepat-cepat pergi dari sisiku!


Hari ini aku pulang sedikit terlambat. Aku tidak pulang bersama Kevin karena dia harus mengantar pacarnya, Vanessa Nightray, kakak Elliot Nightray. Aku harus menunggu bus di halte dekat sekolah selama 30 menit. Ketika aku sampai di halte, aku melihat sosok seorang gadis yang aku kenal. Ya, tidak salah lagi. Gadis itu adalah Sharon Rainsworth. Ia terlihat tidak sabaran menunggu bus.

Di sini aku hanya melihat gerak-geriknya. Lucu sekali. Ia seperti khawatir. Tapi aneh sekali, kenapa ia tidak pulang duluan? Aku kan pulang terlambat. Lagipula aku sering menunggu bus di sini, dan aku tidak pernah melihatnya. Tumben sekali.

Ia tidak menyadari keberadaanku yang sedang berdiri di belakangnya. Mengajaknya bicara? Jujur saja, ia jarang sekali mengelilingiku, tidak sama seperti cewek-cewek lainnya. Ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan 2 orang sahabatnya yang beda kelas itu tiap keluar main. Aku sangat iri padanya. Kalau dilihat baik-baik, hubungannya dengan kedua sahabatnya itu sangat baik. Padahal mereka pisah kelas.

Tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi senang. Apakah bus sudah datang? Tidak mungkin. Ini baru 20 menit berlalu. Seharusnya 10 menit lagi bus baru datang. Ternyata dugaanku salah. Ia bukan sedang menunggu bus, tapi menunggu ayahnya yang menjemputnya dengan mobil pribadi. Wajar saja, Sharon kan anak perempuan satu-satunya. Pasti dijaga sangat ketat.

Ketika ia mau memasuki mobilnya, ia baru menyadari bahwa sedari tadi aku berada di belakangnya. Ia menatap wajahku sejenak, lalu masuk ke dalam mobilnya. Ya, sikapnya biasa saja terhadapku. Begitu juga denganku terhadapnya.


Pagi ini begitu menyenangkan. Aku bisa bercengkerama bersama 2 orang sahabatku, yang biasanya kini aku dikelilingi cewek-cewek untuk ditanyai masalah pelajaran. Tapi hari ini tidak.

"ELLIOT! EIDA SUKA SAMA KA…. Humph!" terdengar suara teriakan dari Sharon. Pagi ini ia tidak bersama 2 orang sahabatnya yang ada di sebelah kelasku, tapi 2 orang sahabatnya yang ada di kelasku. Alice dan Eida Vessalius.

Sedikit informasi saja, Alice dan Alyss itu saudara kembar. Mereka berada dalam satu kelas yang sama. Namun, sifat Alice berbanding terbalik dengan Alyss. Alice bukan tipe playgirl dan sifatnya lebih cuek. Untuk membedakan mereka berdua bisa terlihat dari warna rambut yang mereka miliki. Lalu Oz dan Eida juga saudara kembar, tapi berbeda jenis kelamin. Mereka berada dalam satu kelas yang sama pula. Dan Oz sudah mempunyai pacar yang bernama Marry yang berada di kelas yang berbeda. Baiklah, kita kembali ke cerita sebelumnya.

Teriakan Sharon itu sukses membuat seisi kelas memutar bola mata menuju ke arah Sharon. Perkataan Sharon tadi terputus karena mulutnya dibungkam oleh telapak tangan Eida dengan wajahnya yang merah padam. Sedangkan Alice hanya tertawa cekikikan.

"Eh? Apa?" tanya Elliot balik. Wajahnya terlihat bingung.

Aku baru menyadari apa yang baru saja terjadi, begitu juga seisi kelas. Kami pun tertawa dengan kompak. Lucu sekali melihat Sharon yang berteriak dengan polos seperti itu, Eida yang membungkam mulut Sharon, dan Elliot yang masih dengan wajah bingung. Aku jadi ikut-ikutan mengejek Elliot dengan Eida.

"Elliot, ada cewek yang nunggu, tuh!" kataku.

"Ha? Gak ada tuh," balas Elliot dengan sedikit kesal. Dia kesal bukan hanya karena aku, tapi juga seisi kelas yang mulai menyoraki Elliot-Eida dengan semangat.

Elliot hanya diam menahan malu. Aku hanya bisa tertawa dan Oz terlihat sedang bersiul-siul ria menyoraki Elliot dan Eida.

Aku mengalihkan pandangan kepada 3 sekawan itu –Sharon, Alice, dan Eida- terlihat Eida sedang kesal dan Sharon beserta Alice yang masih asyik menyoraki Eida dengan tertawa. Hanya dengan melihat mereka saja, aku bisa tertawa. Ternyata di dunia ini, ada juga yang menyukai Elliot seperti ini.

Tiba-tiba Eida berdiri. Aku pikir ia bakalan kabur ke luar, tapi ternyata tidak.

"WOI, DENGER DEH! SHARON DENGAN BREAK PASANGAN YANG COCOK!"

Seketika itu pula aku terkejut, begitu juga dengan Sharon. Aku langsung menatap Sharon. Aku melihat ia mulai salting dan mencoba meredam semua sorakan dari seisi kelas kepada kami berdua.

"Nggak, kok! Itu bohong! Bukan pertanda aku menyukai Break!" katanya cukup keras.

Sekeras apapun ia berbicara, sebanyak apapun ia berbicara, seisi kelas tetap saja menyorakkan kami.

Aku segera mengalihkan pandanganku dan mencoba membaca buku. Aku tidak tahu harus melakukan apa saat ini, karena 2 orang sahabatku juga menyoraki diriku dengan Sharon.

Dari suara yang telah kudengar, Sharon masih tetap berbicara untuk meredam semuanya. Sedangkan aku… stay cool! Walaupun aku berusaha menjaga image-ku dan menghindari tatapan orang yang melihat wajahku memerah, tapi tetap saja ada yang datang padaku dan mengucapkan, "Selamat, ya Break! Ternyata kau masih normal!"

Aku hanya bisa membalas ucapan itu dengan tersenyum. Aku kembali mengalihkan pandanganku pada Sharon yang masih asyik berbicara. Wajahnya benar-benar sudah merah. Aku bisa melihatnya dengan jelas.

"Cie! Break melihat ke arah Sharon terus!" tiba-tiba suara teriakan Elliot pun terdengar.

Aku pun segera mengalihkan kembali pandanganku pada buku. Masih terdengar olehku suara sorakkan dari teman-teman sekelas, suara siul yang bersahut-sahutan, suara tawa, dan suara Sharon.

Ya. Aku bisa mendengar suaranya dengan jelas.

Aku menutupi wajahku penuh dengan buku yang kubaca. Wajahku kini memerah.

Ini pertama kalinya dalam hidupku merasakan dan diperlakukan seperti ini. Beriringan dengan semua itu, detak jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya.

Di sudut ruangan kelas itu, terlihat Charlotte (Lottie) yang sedang memandangi Sharon dengan penuh sinis.

TBC

.

Yeay! Fict multichapter-ku yang baru akhirnya keluar juga…

Fict ini mengenai Sharon dan Break (maklum, author salah satu fans SharonBreak) dengan Break POV. Tapi seiring dengan perjalanan waktu, bisa dapat diubah menjadi Normal POV atau Sharon POV.

Perjalanan cinta Break dkk akan dimulai pada chapter-chapter selanjutnya. Akan ada banyak kejutan pada Break, Sharon, Elliot, Eida, Oz, Alice, Echo dan Zwei. Tokoh baru akan muncul pada chapter-chapter yang akan datang.

Next, Review?

*Puppy eyes*

Note: Marry merupakan tokoh yang ada pada Retrace XLIV jilid ke-11.